Etika Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

presentase pasien sindrom nefrotik berjenis kelamin laki-laki 73 60,83 dengan rasio 1,5:1 dan 38 67,9 dengan rasio 1,8:1. 4,14-17 Gambaran klinis berupa keluhan utama dan gejala klinis lain yang menyertai pada pasien sindrom nefrotik biasanya berupa edema yang timbul secara lokal saat permulaan terutama di sekitar preorbita dan pretibia, namun secara progresif dapat menyebabkan edema yang bersifat anasarka. Pada penelitian ini, didapatkan hampir keseluruhan pasien datang akibat keluhan timbulnya edema 61 95,3 sementara beberapa pasien datang dengan keluhan lain yang dapat timbul diakibatkan komplikasi dari sindrom nefrotik diantaranya kejang 2 3,1 dan demam 1 1,6. Hal serupa dilaporkan oleh Nilawati GAP 2012 pada sebagian besar pasien datang dengan keluhan bengkak 62 91 dan yang lainnya datang dengan keluhan demam, kejang, dan syok. 14 Gejala lain yang timbul menyertai keluhan utama yang ditemukan pada sebagian besar pasien antara lain hipertensi 48 75, hematuria 33 51,6, dan infeksi 55 85,9. Gejala- gejala klinis tersebut dapat dihubungkan dengan kecenderungan kejadian dan frekuensi kekambuhanrelaps. Manifestasi klinis hipertensi yang ditemukan pada sebagian besar pasien 75 berbeda dengan hasil penelitian Subandiyah K 2004 yang melaporkan kejadian hipertensi pada pasien sindrom nefrotik sebesar 25 27,47. Penelitian Noer MS 2005 juga menunjukkan angka presentase kejadian yang rendah yaitu 22,2 pasien sindrom nefrotik mengalami hipertensi. Sementara Wisata L 2010 menemukan hipertensi pada 33 43,42 pasien. 1,18,19 Dari hasil penelitian didapatkan 51,6 pasien menimbulkan menifestasi klinis berupa hematuria, hal tersebut menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding dengan laporan penelitian Constantinescu AR dkk 2000 yang mencatat 26 46,4 pasien sindrom nefrotik mengalami hematuria. Presentase kejadian hematuria lebih kecil lagi ditunjukkan oleh Subandiyah K 2004 yang mencatat hanya sebesar 39 42,85. Perbedaan terlihat dari hasil penelitian Wisata L 2010 yang mencatat sebesar 59 77,63 pasien menunjukkan manifestasi klinis hematuria. 16,18,19 Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar pasien sindrom nefrotik mengalami komplikasi infeksi dengan tipe infeksi yang paling sering ditemukan pada pasien adalah infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran kemih dengan jumlah masing-masing 36 65,4 dan 8 14,8. Secara umum gambaran frekuensi infeksi sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subandiyah K 2004 yang melaporkan presentase kejadian infeksi sebesar 69,19 dan mayoritas dari total pasien dengan infeksi menderita ISPA 34,1 dan ISK 28,6. Temuan tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Moorani KN 2011, dalam penelitian tersebut didapatkan hasil kejadian ISPA dan ISK pada pasien sindrom nefrotik adalah 200 anak 54,49 dan 82 anak 22,34. Hasil penelitian lain yang berbeda dilaporkan oleh Sarker Mst.N dkk 2012 yang mencatat presentase tipe infeksi terbanyak yang diderita pasien sindrom nefrotik adalah ISK 22 anak 44 dan ISPA 17 anak 34. Namun hasil berbeda ditunjukkan oleh Gulati S dkk yang melaporkan kejadian ISPA pada pasien hanya sebesar 5,2. 4,18,20,21 Gambaran pasien sindrom nefrotik berdasarkan responnya terhadap pengobatan dengan steroid dan kekambuhannya. Pada penelitian ini didapatkan presentase respon sensitif sebesar 67,2, hasil tersebut lebih rendah dibanding penelitian Nilawati GAP 2012 yang melaporkan presentase respon sensitif sebesar 85,2. Sementara berdasarkan kekambuhannya, pada penelitian ini didapatkan 55 85,9 pasien mengalami kekambuhanrelaps dengan rincian presentase frekuensi sering 57,8 dan frekuensi jarang 28,1. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Noer MS 2005 di RSUP Soetomo Surabaya, yang mendapatkan presentase kekambuhanrelaps sebesar 63,6 dengan rincian kambuhrelaps sering dan jarang masing- masing 13,3 dan 50,5. 1,14

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa kekurangan akibat keterbatasan penelitian antara lain : 1. Pelaksanaan sampling dibatasi oleh waktu penelitian. 2. Keterbatasan memperoleh sampel yang diambil dari data rekam medik. 3. Tidak semua data yang diperoleh lengkap mencakup seluruh variabel yang ingin diteliti. 4. Desain penelitian terbatas. Pola waktu potong-lintang dengan uji statistik deskriptif observasional, oleh karena itu pada penelitian ini hanya didapatkan hasil berupa gambaran karakteristik tanpa mengetahui hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.