komplemen reaktif dan protein koagulan dapat berperan sebagai faktor pencetus serta berperan dalam menentukan karakter, luasnya, dan waktu terjadi kelainan. Mengenai proses imunologis
dapat disebutkan bahwa leukosit polimorfonukleus, monosit, limfosit B, trombosit, aktivitas jalur komplemen klasik dan alternatif, koagulasi, prostaglandin, kinin, angiotensin II, histamin,
faktor agregasi trombosit, interferon, interleukin, dan metabolit oksigen toksik, semua ikut menentukan timbulnya gejala pada kelainan.
2,8-13
Pada saat ini patogenesis dasar timbulnya SN yang banyak dipakai ialah terutama berdasarkan kelainan imunologis. Mekanisme reaksi antibodi antigen glomerulus endogen yang
ditemukan pada membran basal dan membentuk deposit linier atau granuler bergantung pada distribusi lokal merupakan proses yang mempunyai dasar patogenesis penting. Antigen yang
ditemukan mengendap pada membran basal tersebut bukan berasal dari jaringan ginjal itu sendiri antigen nonrenal. Deposit granuler pada kerusakan glomerulus jenis kompleks imun
sebenarnya merupakan hasil reaksi in situ antara antibodi dan antigen non-renal yang terikat pada permukaan glomerulus bukan karena terperangkapnya kompleks imun yang ditemukan
pada sirkulasi. Beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme tersebut ialah besarnya ukuran kompleks imun, muatan sawar glomerulus, dan perbedaan daya difusi.
2,7,8,11
Gambar 2.1 Beberapa kemungkinan reaksi imun antigen glomerulus yang dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler Couser dan Salant,
1982
10
2.5 Patofisiologi Sindrom Nefrotik
2.5.1 Proteinuria
Proteinuria merupakan salah satu kelainan utama pada SN. Secara klinis merupakan kelainan yang paling penting dalam penegakkan diagnosis SN, oleh karena
itu proteinuria pada SN dinyatakan “berat” untuk membedakannya dengan kelainan proteinuria lain yang bukan disebabkan oleh SN. Proteinuria berat telah ditetapkan
dengan batasan 40 mgm
2
LPBjam.
2,7
A. Selektivitas protein
Kelainan dasar glomerulus menentukan variasi jenis protein yang diekskresikan pada penderita SN. Pada SNKM proteinuria yang terjadi bersifat selektif karena
hampir seluruhnya terdiri dari albumin. Sementara pada SN dengan kelainan glomerulus lain didapatkan proteinuria non-selektif, dengan jenis protein yang
diekskresi terdiri atas campuran albumin dan protein dengan berat molekul BM besar. Derajat selektivitas proteinuria dapat ditetapkan dengan membagi rasio
IgG urin terhadap plasma BM 150.000 dengan rasio urin plasma transferin BM 88.000. Rasio kurang dari 0,2 menunjukkan adanya proteinuria selektif,
biasanya terdapat pada penderita SNKM dan responsif terhadap steroid. Namun pemeriksaan ini dianggap tidak efektif karena sangat bervariasi untuk
membedakan penderita SN dan bukan SN.
2,8-10,12,13
B. Perubahan pada filter kapiler glomerulus
Perubahan permeabilitas membran basal juga tergantung terhadap kelainan dasar glomerulus. Pada SNKM terdapat penurunan klirens semua protein netral
dengan semua berat molekul, namun terdapat peningkatan klirens protein bermuatan negatif seperti albumin. Hal inilah yang mendasari kelainan utama
SN berupa hilangnya sawar muatan negatif selektif. Namun pada SN dengan kelainan glomerulonefritis proliferatif klirens molekul kecil menurun dan
molekul besar meningkat. Keadaan ini menunjukkan bahwa di samping
hilangnya sawar muatan negatif juga terdapat perubahan sawar ukuran celah pori atau kelainan dua-duanya.
2,7,8,10
Proteoglikan sulfat heparan yang menimbulkan muatan negatif pada lamina rara interna dan eksterna merupakan sawar utama penghambat keluarnya molekul
muatan negatif, seperti albumin. Dengan hilangnya proteoglikan sulfat heparan dengan heparatinase mengakibatkan timbulnya albuminuria.
2,12,13
Di samping itu terdapat sialoprotein glomerulus yaitu suatu polianion yang terdapat pada tonjolan kaki sel epitel, tampaknya berperan sebagai muatan
negatif yang penting untuk mengatur sel viseral epitel dan pemisahan tonjolan- tonjolan kaki sal epitel suatu protein dengan BM 140.000 disebut podocalyxin
mengandung asam sialat terbanyak di daerah tersebut. pada SNKM, kandungan sialoprotein kembali normal sebagai respons pengobatan steroid.
2,12,13
2.5.2 Hipoalbuminemia
Jumlah albumin ditentukan oleh proses sintesis oleh hepar dan pengeluaran dari akibat degradasi metabolik, ekskresi renal dan gastrointestinal. Pada anak dengan SN
biasanya terdapat hubungan terbalik antara laju ekskresi protein urin dengan derajat hipoalbuminemia.
2,7,8-10
Meningkatnya katabolisme albumin di tubulus renal dan menurunnya katabolisme ekstrarenal dapat menyebabkan keadaan laju katabolisme absolut yang
normal atau menurun. Jadi pada keadaan hipoalbuminemia menetap, konsentrasi plasma yang rendah tampaknya disebabkan oleh meningkatnya ekskresi albumin dalam urin dan
meningkatnya katabolisme fraksi pool
albumin terutama disebabkan karena peningkatan degradasi di dalam tubulus renal yang melampaui daya sintesis hati.
2,8-10
2.5.3 Kelainan metabolisme lemak
Pada pasien SN primer timbul hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia terutama pada tipe kelainan SNKM. Umumnya terdapat korelasi terbalik antara konsentrasi
albumin serum dan kolesterol. Sementara kadar trigliserida lebih bervariasi bahkan dapat normal pada pasien dengan hipoalbuminemia ringan. Pada pasien SN konsentrasi