Tahapan Kegiatan Sistem TPI

B. Tahapan Kegiatan Sistem TPI

  Etat tebang disesuaikan dengan rotasi tebang dan volume

  1. Inventarisasi tegakan (Et – x)

  standing stock pohon komersial.

  a. Inventarisasi tegakan dan

  permudaan untuk

  mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatan

  2. Persemaian (ET-x)

  ini dilakukan berdasar Rencana Tebangan dan

  Sebelum dilakukan kegiatan penebangan harus dibuat

  Rencana Tahunan Pengusahaan Hutan serta dilakukan

  terlebih dahulu persemaian untuk pengadaan bibit dari

  sebelum diadakan penebangan.

  jenis-jenis komersial yang sesuai dengan tempat tumbuh.

  b. Penunjukkan dan penandaan pohon inti, yaitu pohon

  Bibit dapat berasal dari biji atau cabutan anakan alam.

  yang akan membentuk tegakan utama pada rotasi

  Luas persemaian harus sebanding dengan luas kesatuan

  tebang berikutnya. Pohon inti berukuran 35-50 Cm,

  operasional. Penyediaan bibit dilakukan dengan

  diberi nomor urut dan tanda cat berwarna kuning

  perhitungan jumlah penyulaman sebanyak 20.

  melingkar batang. Pohon inti menggunakan jenis

  B = T + (Tx20)

  komersial dengan jumlah 25 pohon per Ha.

  dimana

  B: jumlah bibit yang dibuat

  c. Penunjukkan dan penandaan pohon tebang, yaitu

  T: perhitungan jumlah penanaman

  pohon yang berdiameter 50 cm ke atas. Pohon tebang

  3. Penebangan dan penyaradan

  diberi nomor urut (bergabung dengan nomor pohon

  a. Penebangan dilakukan pada pohon-pohon yang telah diberi tanda silang a. Penebangan dilakukan pada pohon-pohon yang telah diberi tanda silang

  dapat sembuh dan tidak mengganggu

  dengan luas penebangan.

  kwalitas dan kwantitas pohon di

  - Luas penebangan < 10 Ha, maka luas TPn 0,22-

  kemudian hari

  0,3 Ha

  - Rusak : tidak dapat baik kembali dan pertum-

  - Luas penebangan 10-15 Ha, maka luas TPn 0,3-

  buhan menurun.

  0,35 Ha

  5. Pembebasan (Et+x)

  - Luas penebangan > 15 Ha, maka luas TPn 0,5

  a. Pembebasan

  dilakukan untuk membebaskan

  Ha.

  permudaan jenis perdagangan dari tumbuhan

  c. Penebangan dan penyaradan kayu diusahakan

  pengganggu.

  meminimalkan kerusakan tegakan tinggal, pohon inti

  b. Tujuan pembebasan adalah untuk membantu

  dan permudaan lainnya. Jalan sarad harus dibuat

  pertumbuhan pohon muda dan permudaan terutama

  sebelum penyaradan. Arah tebangan searah dengan

  jenis kayu perdagangan dengan membebaskan dari

  jalan sarad. Pada waktu hujan tidak dianjurkan untuk

  saingan akar, ruang tumbuh dan cahaya. Jenis-jenis

  menyarad kayu, karena akan memperbesar kerusakan

  liana kecuali rotan dipotong pada pangkal batang.

  tanah dan erosi.

  Jenis pohon pengganggu (wood species) perlu

  d. Pada penyaradan sistem High Lead Yarding, harus

  ditebang, diteras dan di racun. Pohon-pohon yang

  menempatkan spar tree yang tepat sehingga

  tidak mengganggu pohon inti tidak perlu dibunuh

  memungkinkan penyaradan log ke atas dan memakai

  karena dapat melindungi tanah dan cadangan kayu.

  parit dan jurang sebagai jalan kabel utama (main cable ways). Jarak penyaradan tak boleh lebih dari

  6. Penanaman sulaman (Et+1)

  250-300 m. Bila log tersangkut pada pohon, tidak

  a. Untuk menjamin azas kelestarian maka perlu

  diperbolehkan dipaksakan ditarik. Jumlah cable

  dilakukan kegiatan penanaman sulaman pada bekas

  ways yang keluar dari TPn tidak boleh lebih dari 12

  tebangan 1 tahun yang lalu.

  dan dapat digunakan pohon penahan (rub trees)

  b. Pada tanah terbuka seperti bekas TPn, jalan traktor,

  untuk melindungi pohon inti dan permudaan.

  jalan kabel, jalan lori dan lain-lain perlu dilakukan

  4. Inventarisasi tegakan sisa (ITS) (Et+x)

  penanaman sulaman dengan bibit yang berasal dari

  a. Kegiatan Inventarisasi Tegakan Sisa (ITS) dilakukan

  persemaian.

  setelah penebangan (Et+x). Pohon yang perlu di

  c. Pada blok tebangan (kesatuan operasional) yang

  inventarisasi adalah pohon komersial atau jenis kayu

  tidak atau kurang mengandung permudaan tingkat

  perdagangan berdiameter dibawah 50 Cm khususnya

  semai dan pancang dari jenis komersial juga

  pohon inti.

  Pohon inti diinventarisasi 100

  dilakukan penanaman sulaman.

  sedangkan pohon lainnya dengan sampling.

  7. Pencegahan erosi parit (gully erosion)

  b. Kerusakan pohon dapat dibedakan sebagai berikut:

  Bekas jalan traktor atau kabel pada tanah yang miring

  - Sehat : tidak rusak atau kerusakannya sedikit

  yang dapat menimbulakn bahaya erosi parit harus dibuat

  sekali

  galangan atau parit horisontal.

  - Luka

  : ada kerusakan pada tajuk atau akar tapi

  2. Menurut Soerianegara, pada hutan yang kaya jenis perdagangan dengan potensi 100 m3ha, penebangan dan

  8. Pengamanan hutan

  penarikan kayu akan banyak menimbulkan kerusakan

  a. Pemangku hutan (HPH) bekerja sama dengan

  hutan, terutama pada pohon-pohon muda dan permudaan

  instansi pemerintah harus mencegah terjadinya

  alam, sehingga sistem TPI sukar dilaksanakan.

  perladangan liar, kebakaran dan penggembalaan

  Sistem TPI telah mengalami revisi pada tahun 1980 melalui

  liar pada bekas tebangan dengan mengerjakan

  Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Arah revisi

  penjaga hutan (forest guard).

  terutama pada penurunan diameter minimal pohon inti dari 35

  b. Jumlah penjaga hutan disesuaikan dengan luas

  cm menjadi 20 cm dan jumlahnya dari 40 batangha menjadi 25

  areal pengelolaaan. Luas 1.000-5.000 Ha

  batangha. Syarat pelaksanaan TPI dalam revisi ini disajikan

  ditempatkan 1 penjaga hutan, 6.000-10.000 Ha

  dalam tabel berikut ini.

  ditempatkan 2 penjaga hutan dan setiap luas 10.000 Ha ditempatkan 2 penjaga hutan.

  Tabel 3. Syarat pelaksanaan sistem TPI dalam pedoman TPI hasil revisi Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi

  9. Pemeliharaan permudaan (Et+5)

  Lahan tahun 1980.

  a. Pemeliharaan permudaan dilakukan 5 tahun setelah penebangan

  Pohon Diameter Siklus Jatah tebang

  b. Kegiatan berupa pembebasan pohon muda dan

  phn inti

  tebang tahunan

  permudaan jenis niagawi

  hutan

  minimal minimun (tahun) (etat volume)

  c. Diadakan ulangan penanaman sulaman

  (phn)

  (cm)

  d. Bila perlu dengan penjarangan

  Hutan

  135x80xmassa

  C. Evaluasi Sistem TPI

  Hutan

  135x80xmassa

  2. eboni

  16 20 45 tegakan

  Evaluasi sistem TPI dilakukan pada seminar Reforestation

  campuran

  dan Afforestion di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta

  Hutan

  135x80xmassa

  tanggal 23-24 Agustus 1974. Pada seminar ini konseptor TPI,

  3. ramin

  15 20 35 tegakan

  Ir. Sugiarto Warsopranoto, menyatakan bahwa: campuran

  Keterangan: ) Kekurangan dipenuhi dengan jenis lain

  1. Pada hutan dengan potensi jenis kayu perdagangan yang rendah, 10-30 m3ha, penebangan hutan dengan sistem TPI

  Pada hutan eboni campuran, jumlah pohon inti jenis eboni

  tidak banyak menimbulkan kerusakan hutan, karena pohon

  sebesar 16 batang per hektar dan sisanya 9 batang per hektar

  yang ditebang per hektar tidak banyak. Namun

  dapat berasal dari jenis perdagangan lainnya. Pada hutan ramin

  dikhawatirkan adanya over cutting jenis-jenis tertentu dan

  campuran, jumlah pohon inti jenis ramin sebesar 15 batang per

  penebangan pohon-pohon dengan diameter kurang dari 50

  hektar dan sisanya 10 batang per hektar dapat berasal dari jenis

  cm.

  perdagangan lainnya.

  Pada tahun 1987 dibentuk tim materi, Panitia Pengarah dan

  atau Lophopetalum multinervium di Kaltim yang sulit

  Panitia Penyelenggara Diskusi Penyempurnaan Pedoman

  menerapkan konsep tebang pilih.

  Tebang Pilih Indonesia berdasarkan SK Kepala Badan Litbang

  7. Pelaksana TPI harus mempunyai dasar yang kuat tentang

  Kehutanan Nomor 021987 tanggal 6 Januari 1987 dengan

  tipe dan kondisi hutan, baik struktur maupun

  anggota dari staf Badan Litbang, Fahutan IPB dan Fahutan

  komposisinya.

  UGM. Data diambil dari pelaksanaan TPI pada beberapa HPH

  8. Belum adanya pengaturan anggaran kegiatan perencanaan

  seperti PT Silvasaki, PT Hatma Santi (Riau), PT Kayu Lapis

  dan pembinaan hutan.

  Indonesia (Kalbar), PT Inhutani II, PT Hutan Kintap (Kalsel)

  9. Belum ada pemisahan organisasi yang menangani kegiatan

  dan PT Inhutani I, PT ITCI, PT BFI (Kaltim). Hasil kajian

  sebelum penebangan (perencanaan), pemanenan dan

  menunjukkan bahwa pada tegakan sisa sistem TPI masih

  kegiatan setelah penebangan (pembinaan hutan).

  mengandung jumlah pohon inti berdiameter 20 cm yang cukup dan munculnya permudaan alam yang melimpah pada rumpang bekas tebangan. Hasil kerja tim dan panitia tidak dipergunakan untuk penyempurnaan sistem TPI.

  Dalam pelaksanaan di lapangan belum semua praktisi melaksanakan TPI secara baik dan benar. Beberapa tahapan silvikultur yang sering ditinggalkan adalah inventarisasi sebelum eksploitasi, menyisihkan pohon inti dalam jumlah cukup, inventarisasi tegakan bekas penebangan, penanaman perkayaan, penanaman tanah terbuka dan pemeliharaan tegakan bekas penebangan. Penyimpangan yang sering muncul pada pelaksanaan TPI juga tidak terlepas dari masih adanya beberapa kelemahan sistem ini, seperti:

  1. Belum ada kepastian dan kejelasan hasil pembinaan hutan karena indikator keberhasilan sulit diukur dan memerlukan waktu yang lama.

  2. Biaya operasional dalam skala yang luas sangat tinggi

  3. Kekurangan tenaga ahli dan staf teknis kehutanan

  4. Kurang seimbang antara kegiatan pemungutan hasil dengan pembinaan hutan. Intensitas pemungutan hasil lebih besar dibanding pembinaannya.

  5. Lebih sulit dilaksanakan dibanding sistem tebang pilih biasa karena adanya variasi limit diameter

  6. Tidak tahu menggunakan sistem TPI pada kondisi tertentu, misalnya pada hutan alam Duabanga moluccana di NTB

  Pada edisi ini sistem TPTI dilengkapi dengan ketentuan menyediakan anggaran untuk kegiatan pembinaan hutan serta

  V. TEBANG PILIH TANAM INDONESIA

  menyediakan tenaga teknis yang memadai. Beberapa tahapan kegiatan teknis dirubah meskipun tidak terlalu signifikans pengaruhnya, seperti terlihat pada Tabel 4.