Tahapan Kegiatan Sistem TPTI
B. Tahapan Kegiatan Sistem TPTI
Penataan untuk seluruh areal pengelolaan dilakukan dengan membagi luas total dengan siklus tebangnya, yaitu 35
Tahapan pelaksanaan kegiatan sistem TPTI yang lebih
tahun. Dengan cara ini maka realisasi luas penebangan
lengkap mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal
tidak akan mencapai 100 dari rencana karena di dalamnya
Pengusahaan Hutan Nomor 151KptsIV-BPHH1993 tanggal
selalu ditemukan areal tidak efektif (seperti sarana
19 Oktober 1993.
Pada Peraturan Dirjen BPK
prasarana dan lain-lain) serta kawasan perlindungan (PUP,
No.P.9VIBPHA2009, tahapan dan petunjuk kegiatan TPTI
tegakan benih, plasma nutfah, sempadan sungai dan lain-
dibuat lebih umum sehingga memberi ruang yang lebih banyak
pelaksanaannya. Tahapan kegiatan yang masih diberlakukan pada sistem TPTI tahun 2009, tanpa menyertakan tata waktunya, adalah:
Urutan blok kerja tahunan dalam RKL serta angka periode RKL. Pada bagian atas ditandai menjadi 4 bagian masing-
masing menunjuk nomor petak kerja.
f. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan
obat-obatan. Peralatan terdiri GPS, TheodolitBTMT-nol,
Kompas, Peta kerja, Thally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat).
g. Regu kerja PAK terdiri 10 orang, terdiri 1 ketua regu
(pemegang GPS dll), 1 pencatat, 2 pemegang tali dan rambu, 2 perintis jalan, 2 pemasang tanda batas, 1
pembantu umum, 1 pembawa alat ukur. Pimpinan regu dari tenaga berpengalaman seperti dari SKMA, Sarjana muda,
Sarjana kehutanan.
h. Pelaksanaan kegiatan PAK adalah menelaah peta kerja skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alampatok
permanen), menentukan titik ikatan, membuat batas blok dan petak kerja serta membuat peta hasil kerja skala
Tabel 5. Contoh thally sheet kegiatan penataan areal kerja
Gambar 12. Contoh penataa blok kerja tahunan dalam unit
Tahun kegiatan :
Luas :
manajemen sistem TPTI.
Anak panah
Lokasi kegiatan :
menunjukkan contoh pergiliran pengelolaan blok
Titik Ikat
Azimut:
kerja tahunan.
Rencana blok tahun :
c. Maksud PAK adalah membuat batas blok dan petak kerja
Waktu
No.
Panjang alur
Jumlah pal batas Jumla Jumlah
Ptk
batas
h biaya
untuk memudahkan pengelolaan unit pengelolaan hutan,
Petak Bh HOK
dengan tujuan untuk mengatur areal kerja sehingga
pengelolaan hutan dapat tertib dan efisien.
d. Penetapan blok kerja tahunan berdasarkan daur yang
diperkirakan mempunyai produktifitas hampir sama serta mempertimbangkan bentang alam, seperti punggung,
Total
lereng, lembah dan sungai.
e. Pal batas blok kerja tahunan dibuat dengan kayu keras
berukuran 10x10x180 Cm bertuliskan angka tahun RKT,
2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
(Koompassia exelsa) dll. Pohon dilindungi diberi label
(ITSP) ET-2
kuning bertuliskan identitas pohon.
a. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) adalah
PT.
kegiatan pengukuran, pencatatan dan penandaan pohon
RKT
dalam blok kerja tahunan untuk mengetahui jumlah, jenis,
No. Petak
PT.
diameter dan tinggi pohon tebang, pohon inti dan pohon
No. Pohon
RKT
dilindungi serta data bentang alam seperti sungai, bukit, No.Petak
Jenis
Diameter
No.Phn
jurang, kawasan dilindungi.
Label 1
Jenis
b. Maksud kegitan ITSP adalah mengetahui penyebaran pohon
No. Petak
Diameter
No.Pohon
dalam tegakan meliputi jumlah dan komposisi jenis serta
Jenis
volume pohon tebang, mengetahui jumlah jenis pohon inti
Label 2
dan lindung yang dipelihara sampai rotasi berikutnya.
No. Petak No.Pohon
Tujuan ITSP adalah mengetahui data penyebaran pohon
Jenis
tebang terdiri dari komposisi jenis, jumlah dan volume
Label 3
pohon yang digunakan untuk menetapkan target produksi
8 Cm
tahunan pada blok bersangkutan, mengetahui arah trace
Label pohon tebang
Label pohon inti dan lindung
jalan dan perencanaan penggunaan peralatan eksploitasi serta tenaga kerja.
Gambar 13. Contoh label pohon tebang, pohon inti dan pohon
c. ITSP dilakukan dalam petak ukur (PU) berukuran 20x20m.
dilindungi
PU terletak dalam jalur sepanjang 1000m. Dalam setiap petak mengandung 50 Jalur. ITSP dilakukan dengan IS 100 terhadap semua pohon berdiameter 20 Cm ke atas.
d. Pohon tebang adalah pohon berdiameter 50 cm ke atas (60
cm ke atas untuk HPT) yang diberi label 3 bagian berwarna merah berukuran 12x6 Cm. Tiap label bertuliskan identitas pohon meliputi RKT, Petak, Nomor, Jenis, Diameter dan Tinggi pohon.
e. Pohon inti adalah pohon komersial berdiameter 20-59 Cm
(20-59 Cm untuk HPT) diberi label warna kuning bertuliskan identitas pohon.
f. Pohon dilindungi adalah jenis pohon penghasil buah dan hasil hutan non kayu lainnya yang dimanfaatkan masyarakat setempat, seperti Tengkawang (Shorea spp), Gaharu (Aquilaria sp dll), Jelutung (Dyera spp), Daha
Gambar 14. Penandaan dan penempelan label pohon inti pada
kegiatan ITSP
–10 sd 10 serta sumbu y dengan nilai 0 sd 20. Dari
Tabel 6. Contoh thally sheet kegiatan ITSP
koordinat pohon dibuat peta pohon dengan skala 1:1.000. k. Pelaksanaan kegiatan ITSP adalah menelaah peta kerja
Nama HPH
skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alampatok
Lokasi kegiatan
Nomor petak :
permanen) dan menentukan titik ikatan, menentukan petak
Rencana blok RKT :
Nomor jalur :
yang akan dikerjakan, membuat jalur utara selatan dari
Waktu kegiatan :
nomor 1 sd 50. Inventarisasi dalam jalur dilakukan setiap
Petak Ukur.
Koordinat Pohon
l. Dalam satu petak kerja nomor urut pohon, baik pohon
1 2 3 4 5 6 7 8 tebang, pohon inti maupun pohon dilindungi, diurut dari PU 1 Jalur 1 sd PU 50 Jalur 50. Koordinat pohon dibuat
berdasarkan sumbu x yang merupakan as jalur dengan nilai –10 sd 10 serta sumbu y dengan nilai 0 sd 20. Dari koordinat pohon dibuat peta pohon dengan skala 1:1.000.
g. Bahan yang diperlukan adalah camping unit, logistik dan
obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta kerja skala
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Et-1
1:10.000, pengukur tinggi, pita diameter, klinometer, alat
a. Pembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan penyediaan
rintis, tabel volumeThally sheet, Tali 25 m, alat tulis
prasarana (jalan) wilayah bagi kegiatan produksi kayu,
menulis, penanda (cat), plat plastik merah dan kuning,
pembinaan hutan, perlindungan, inspeksi, transportasi dan
paku.
komunikasi antar pusat kegiatan. Hasil kegiatan PWH
h. Regu kerja PAK terdiri 10 orang, terdiri 1 pemegang
berupa jaringan jalan utama, cabang dan sarat, TPn, TPK,
kompas, 2 pemegang tali batas, 2 orang rintis batas jalur, 2
Camp dll.
pengenal dan pengukur pohon, 2 penanda pohon, 1
b. Sebelum pembuatan jalan dilakukan, didahului dengan
pencatat. Pimpinan regu dari tenaga berpengalaman seperti
pembuatan trace jalan, yang merupakan rintisan tempat
dari SKMA, Sarjana muda, Sarjana kehutanan.
badan jalan akan dibuat. Tim trace jalan terdiri dari 5-7
i. Pelaksanaan kegiatan ITSP adalah menelaah peta kerja
orang yang dipimpin tenaga yang mengerti karakteristik
skala 1:10.000, mendatangi starting point (tanda alampatok
bentang alam dan konstruksi jalan. Pembuatan trace jalan
permanen) dan menentukan titik ikatan, menentukan petak
memperhatikan topografi, sungai, kondisi tanah, arah
yang akan dikerjakan, membuat jalur utara selatan dari
perbukitan dan lembah.
nomor 1 sd 50. Inventarisasi dalam jalur dilakukan setiap
c. Jalan utama mempunyai spesifikasi: umur permanen, sifat
Petak Ukur.
tahan cuaca, lebar permukaan jalan 6-8 m, lebar bahu jalan
j. Dalam satu petak kerja nomor urut pohon, baik pohon
2-3 m, tebal perkerasan 20-50 cm, tanjakan menguntungkan
tebang, pohon inti maupun pohon dilindungi, diurut dari
10 dan kapasitas 60 ton. Jalan cabang dengan perkerasan
PU 1 Jalur 1 sd PU 50 Jalur 50. Koordinat pohon dibuat
mempunyai spesifikasi umur 5 tahun, sifat tahan cuaca,
berdasarkan sumbu x yang merupakan as jalur dengan nilai berdasarkan sumbu x yang merupakan as jalur dengan nilai
peta ber skala 1:10.000. Biasanya dapat terjadi pergeseran
tanjakan 12, kapasistas 60 ton.
atau perbedaan antara trace jalan dengan badan jalan jadi.
d. Pembuatan jalan diluar areal uni manajemen disebut jalan
Hal ini disebabkan adanya faktor alam dan data bentang
koridor. Setiap kegiatan pembuatan jalan harus mendapat
alam yang sulit dideteksi sebelum kegiatan operasional di
ijin dari instansi berwenang.
jalankan.
e. Teknis pembuatan jalan harus menghindari tanjakan berat,
teknis punggung penyu dan membuat saluran drainase di kiri kanan jalan. Pembuatan jembatan, gorong-gorong dan knepel dapat dilakukan bila diperlukan.
Gambar 15. Jaringan jalan untuk pengangkutan kayu bulat dari
Gambar 16. Pengukuran jaringan jalan menggunakan theodolit
blok tebangan menuju TPK atau logpond atau IPHHK (Foto: Wahyudi)
h. Semua pohon yang berada dalam jalur jalan dapat ditebang. Pohon yang bernilai dapat diregister, dicacat dalam buku
f. Peralatan untuk membuat badan jalan antara lain chain
ukur dan dapat di LHP kan sebagai target tebangan trace
saw, traktor (buldozer), motor grader, dump truck dan lain-
jalan.
lain.
g. Setelah badan jalan dibuat, dilakukan pengukuran secara
cermat menggunakan theodolit serta pemasangan pal Km dan rambu lalu lintas. Hasil pengukuran dituangkan dalam
4. Penebangan ( Et )
vegetasi pengait pohon tebang. Membuat jalur lari pada saat pohon rebah dll.
a. Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-
g. Pohon yang telah ditebang dilakukan triming. Pada
pohon dalam tegakan yang berdiameter sama atau lebih
tunggak pohon diberi label 1, balok diberi label 2 dan label
besar dari limit diameter yang ditetapkan. Pada hutan
3 disimpan untuk laporan administrasi TUK dan
produksi (HP) limit diameter sebesar 50 Cm, pada hutan
pengupahan.
produksi terbatas 60 cm, pada hutan rawa 40 cm, trace jalan
h. Penyaradan dilakukan dengan traktor melalui jalan sarad
30 cm dan pada hutan tanaman sesuai peruntukkankelas
menuju TPn.
Penyaradan semaksimal mungkin
perusahaan.
menggunakan winch atau seminimal mungkin menjelajahi
b. Tahapan kegiatan penebangan pohon adalah penentuan arah
hutan. Makin pendek jalan sarad makin baik untuk
rebah, penebangan, pembagian batang, penyaradan,
menekan kerusakan lingkungan.
pengupasan dan pengangkutan (haulling).
i. Kayu yang telah terkumpul di TPn dilakukan pengupasan
c. Maksud kegiatan penebangan adalah memanfaatkan kayu
kulit, dicatat dalam buku ukur untuk pembuatan Laporan
secara optimal dari blok tebangan yang telah disahkan atas
Hasil Produksi (LHP). Semua bontos kayu tebang diberi
pohon yang berdiameter sama tau lebih besar dari limit
palu Tok sesuai kode perusahaan.
diameter serta meminimalkan kerusakan tegakan tinggal. Tujuan penebangan adalah mendapatkan keuntungan perusahaan berupa kayu dengan jumlah yang cukup serta bermutu.
d. Pelaksanaan penebangan berdasarkan pada buku RKT yang
telah disahkan instansi berwenang, dengan peta kerja skala 1:10.000 yang memuat jaringan jalan utama, cabang (dan sarad) serta peta penyebaran pohon skala 1:1000.
e. Penebangan dilakukan oleh regu tebang dengan
memperhatikan kaidah takik rebah dan takik balas. Arah rebah dipilih pada lokasi yang seminimal mungkin merusak tegakan tingggal, tidak mengarah ke jurang atau tempat berbatu serta searah dengan jalan sarad agar kegiatan penyaradan dapat berlangsung dengan efisien dan menekan kerusakan tegakan. Tekik rebah dibuat serendah mungkin untuk memperkecil limbah pembalakan. Banir yang besar
Gambar 17. Tempat pengumpulan kayu
dapat dipangkas dahulu untuk mempermudah penebangan.
f. Regu tebang
harus memperhatikan
keselamatan.
j. Kayu bulat yang berada di TPn diangkut menuju TPK
Menggunakan helm, masker, sarung tangan dll. Sebelum
menggunakan logging truck. Pada beberapa HPH, kayu di
pohon ditebang harus dihilangkan dahulu liana atau
TPK selanjutnya dibawa ke logpond untuk dimilirkan ke IPKH, baik dengan cara merakit dan atau menggunakan TPK selanjutnya dibawa ke logpond untuk dimilirkan ke IPKH, baik dengan cara merakit dan atau menggunakan
diharapkan volume jalan sarad dan jalan cabang dapat ditekan
mutasi kayu. Setiap kayu yang dimilirkan harus disertai
sehingga mengurangi kerusakan tegakan tinggal, tanah dan air.
dokumen Daftar Hasil Hutan (DHH) dan Surat Keterangan
Dengan semakin pendeknya jaringan jalan, maka produktifitas
Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) yang dikeluarkan oleh
pembalakan juga semakin tinggi karena daya jelajah dan
instansi kehutanan terkait.
penggunaan BBM dapat ditekan.
Menururt Wahyudi dan Panjaitan (2008) Sistem Reduced
Tabel 7. Thally sheet kegiatan penebangan
Impact Logging (RIL) dapat meningkatkan daya jelajah traktor sarad dibanding sistem konvensional dengan perbandingan
Perusahaan
Target luas :
1,22 km per jam dan 0,863 km per jam atau meningkat sebesar
Lokasi kegiatan
Target Volume:
Sistem RIL dapat meningkatkan kemampuan
RKLTahun ke
penyaradan kayu bulat dibanding sistem konvensional dengan
3 perbandingan 61,39 m 3 per jam dan 23,58 m per jam atau
meningkat 286,2. Dengan menggunakan BBM solar yang
relatif sama, sistem RIL dapat meningkatkan daya jelajah
Januari Pebruari
traktor dan hasil penyaradan kayu bulat, dibanding sistem
Maretl
konvensional. Sistem RIL dapat meningkatkan produktifitas
……….
kerja, menghemat biaya operasional, efisien dan meminimalkan
Jumlah
kerusakan tegakan tinggal, tanah dan air. Tabel 8. Perbandingan sistem RIL dan konvensional pada
Reduced Impact Logging
jelajah traktor, produksi kayu dan konsumsi BBM
Reduced Impact Logging (RIL) atau pembalakan ramah lingkungan mulai diperkenalkan sejak awal tahun 90-an.
Hari Ulangan Jelajah Traktor (Km) Volume Kayu (m3) BBM Solar (Liter)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pada
Kerja Ke (n)
RIL Konvens. RIL Konvens RIL Konvens
vegetasi atau tegakan tinggal dan tapak (tanah dan air) akibat
kegiatan eksploitasi hutan serta meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktifitas kerja.
Kegiatan RIL dimulai dari tahapan ITSP, PWH dan
penebangan. Pada kegiatan ITSP didata pula kondisi bentang
alam, azimut dan kelerengan sehingga dapat dibuat peta kontur.
Jumlah
Peta ini kemudian dipadukan dengan peta penyebaran pohon sehingga dapat dirancang jaringan jalan sarad yang mengarah
Elias (1999) mengatakan bahwa pemanenan kayu cara
pada sebaran pohon tebang serta kondisi kelerengan yang
konvensional dalam sistem TPTI mengakibatkan kerusakan
relatif datar. Jaringan jalan lebih utama menyusuri punggung
lebih berat dan lebih besar pada tanah dan tegakan tinggal
bukit dibanding pada lembah. Dengan rancangan ini
dibanding dengan sistem yang berwawasan lingkungan.
Pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan dapat
serta menebas belukar yang rapat sehingga dapat
mengurani sampai 50 kerusakan dibanding dengan cara
menghalangi jatunya biji ke lantai hutan.
konvensional. Sementara menurut Sukanda (1999), berdasarkan
e. Regu perapihan terdiri 6 orang yang tugas utamanya adalah
hasil penelitian di Wanariset Sangai, kerusakan tegakan tinggal
menebas. Bahan yang diperlukan adalah camping unit,
yang diakibatkan pemanenan dengan penerapan RIL dapat
logistik dan obat-obatan. Peralatan terdiri Kompas, Peta
dikurangi sampai 40.
kerja skala 1:10.000, parang, thally sheet dll.
Dengan perencanaan jalan sarad yang tepat, tidak akan ditemukan tanjakan atau turunan yang tajam pada penyaradan,
Tabel 9. Thally sheet perapihan
hal ini membuat aktifitas traktor sarad berjalan dengan lancar, mudah dan efisien serta memperpanjang masa pakainya.
Perusahaan
Blok RKT tahun:
Pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dengan hasil yang
Lokasi kegiatan
No. Petak
Penataan Ulang
Luas Jumlah
Blok (Hm)
Perapihan Biaya