Evaluasi Sistem Tebang Rumpang

C. Evaluasi Sistem Tebang Rumpang

  Rumpang

  Sistem Tebang Rumpang di Indonesia dipromosikan oleh Ir.

  IV

  APS. Sagala dari Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru (BTR) sejak tahun 90-an. Sistem ini banyak mengadopsi teknik

  Batas alam berupa jalan utama, jalan cabang dan sungai

  silvikultur yang diterapkan di berbagai negara, namun yang lebih penting, bahwa sistem ini merupakan replikasi gejala

  Gambar 26. Kuvio dengan bestek yang jelas

  alam yang lebih dekat, yaitu regenerasi hutan yang berada dalam rumpang (gap) yang melingkar yang terbentuk setelah

  Prosedur kerja sistem Tebang Rumpang pada tingkat unit

  pohon besar mati dan roboh.

  manajemen:

  Sistem TPTJ pada prinsipnya juga meniru gejala alam ini,

  1. Membentuk unit pengelolaan pada tingkat pusat

  namun dengan modifikasi memanjang agar mudah dalam

  2. Menentukan kawasan pengelolaan yang definitif dengan

  pelaksanaan kegiatan penyiapan lahan, penanaman, perawatan,

  tata batas menyeluruh dan berkekuatan hukum (SK Unit

  penebangan dan pengawasan hasil penanaman. Dari segi teknis

  Manajemen)

  silvikultur, sistem rumpang diakui sangat baik dalam

  3. Pada tingkat unit manajemen, dilakukan:

  merangsang regenerasi hutan. Namun sistem ini lebih sulit

  a. Membuat blok kerja tahunan, sebanyak 35 blok

  dikerjakan karena lokasi rumpang yang tersebar acak diantara

  dengan batas alam

  mosaik hamparan hutan yang sangat luas. Biaya operasional

  b. Dalam setiap blok kerja tahunan dibuat beberapa petak

  dan tingkat kerawanan over cutting mungkin lebih tinggi

  dengan mengutamakan batas alam

  karena lebih sulit alam aspek pengawasan. Keberhasilan

  c. Menentukan letak, jumlah dan luas rumpang yang

  sistem ini banyak ditentukan oleh kesadaran semua pihak pada

  akan dibuat dalam setiap petak kerja

  karakteristik ekosistem hutan alam tropis dan prinsip

  d. Menentukan jaringan jalan utama, jalan cabang dan

  kelestarian hutan. Sistem ini mungkin sangat baik diterapkan

  jalan sarad serta ploting rencana rumpang.

  pada hutan milik, dimana rasa memiliki terhadap sumberdaya hutan sangat dominan.

  THPB dapat dilakukan pada hutan tanaman murni atau campuran. Pada hutan tanaman luas maksimum tanaman

  IX. TEBANG HABIS DENGAN PERMUDAAN BUATAN

  perkebunan adalah 50 dan pada hutan alam 40. Pada setiap akir kegiatan dibuat register petak, yang mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan kejadian yang

  A. Pengertian Sistem Tebang Habis Permudaan Buatan

  mempengaruhi tanaman, seperti pendangiran, pemupukan, prunning dan lain-lain. Register pada masing-masing petak

  Sistem silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan

  meliputi luas tanaman, jenis tanaman, asal bibit, tahun tanam

  (THPB) adalah sistem silvikultur yang mengandalkan pada

  dan kegiatan pemeliharaan dan pemanenan.

  hasil penanaman karena lebih mudah pengelolaannya, lebih

  Organisasi pelaksana terdiri dari:

  mudah diukur dan dihitung input yang diperlukan serta output

  a. Kepala Resor mengawasi mandor dalam luas areal 1.000-

  yang akan dihasilkan. Sistem ini menyederhanakan ekosistem

  2.500 Ha

  hutan sehingga komponen yang dikelola menjadi lebih sedikit

  b. Asisten Administratur mengawasi Kepala Resor dalam luas

  dan kegiatan difokuskan pada pertumbuhan dan hasil tanaman.

  areal 5.000-10.000 Ha

  Menurut SK Dirjen Pengusahaan Hutan Produksi Nomor:

  c. Administratur mengawasi Asisten Adm. dalam luas areal

  139Kpts-VI1999 tentang Tebang Habis dengan Permudaan

  25.000-50.000 Ha.

  Buatan, sistem THPB adalah sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan habis dengan permudaan buatan.

  Pemanenan tebang habis adalah tebangan untuk

  B. Tahapan Kegiatan Sistem THPB

  membersihkan lahan secara keseluruhan tanpa memperhatikan limit diameter. Permudaan buatan adalah kegiatan penanaman

  Tahapan kegiatan Tebang Habis dengan Penanaman Buatan

  hutan menggunakan bibit yang telah diberi perlakuan terlebih

  Dirjen BPK No.

  dahulu.

  P.9VIBPHA2009 adalah Penataan Areal Kerja (PAK),

  Prinsip-prinsipTHPB menurut Peraturan Dirjen BPK No.

  Risalah Hutan, Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), Pengadaan

  P.9VIBPHA2009 adalah

  Bibit,

  Penyiapan Lahan, Penanaman, Pemeliharaan,

  1. Diterapkan pada areal bekas tebangan dan non hutan yang

  Pemanenan serta Perlindungan dan Pengamanan Hutan

  telah ditetapkan sebagai areal THPB da lam RKUPHHK.

  2. Sistem silvikultur untuk membangun tegakan seumur.

  1. Penataan Areal Kerja (PAK)

  3. Teknik pemanenan dengan tebang habis.

  Prinsip kegiatan ini adalah menata areal ke dalam blok dan

  4. Meningkatkan produktivitas lahan dengan permudaan

  petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK, yang dilakukan

  buatan.

  tidak lebih dari 2 tahun sebelum penanaman. Kegiatan ini

  Tujuan THPB adalah memaksimalkan produktivitas lahan

  dilakukan dengan membagi areal kerja ke dalam blok-blok

  dan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung

  kerja tahunan dan petakpetak kerja. Sesuaikan jumlah blok dan

  lingkungan setempat dengan sasaran hutan alam produksi bekas

  petak kerja dengan daur tanaman pokok yang ditetapkan.

  tebangan di areal hutan produksi atau hutan produksi konversi

  Sesuaikan pula bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.

  Setiap blok kerja ditandai dengan angka romawi sesuai

  5. Penyiapan Lahan

  rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka

  Penyiapan lahan dilakukan secara efisien, efektif, tertib, dan

  secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.

  ramah lingkungan serta tanpa bakar untuk kegiatan penanaman.

  Buat rencana tata batas blok dan petak kerja dan buat peta

  Areal yang masih berpotensi, pemanfaatannya masuk ke dalam

  rencana PAK dengan skala minimal 1 : 50.000.

  target RKT. Beberapa langkah yang dilkukan adalah membuat rancangan penyiapan lahan untuk penanaman berdasarkan RKT

  2. Risalah Hutan

  yang disahkan, penyiapan lahan untuk tahun ke-2 dan

  Prinsip kegiatan ini adalah inventarisasi hutan pada blok

  berikutnya dengan mempertimbangkan realisasi tanaman tahun

  RKT dengan intensitas 5 untuk semua jenis pohon berdiameter > 10 cm.

  6. Penanaman

  Langkah kerjanya antara lain membuat rancangan risalah

  Kegiatan penanaman segera dilakukan setelah penyiapan

  hutan dengan metode jalur sistematis melalui penarikan contoh

  lahan dengan menggunakan bibit jenis ekonomis. Kegiatan ini

  awal secara acak dengan intensitas 5 . Menyiapkan daftar

  bertujuan untuk mningkatkan produktivitas lahan pada blok

  ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Risalah Hutan.

  RKT.

  Pembuatan peta rencana Risalah Hutan skala minimal 1 :

  7. Pemeliharaan

  Kegiatan pemeliharaan tanaman

  dilakukan untuk

  3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

  meningkatkan riap tanaman. Langkah-langkah yang ditempuh

  Kegiatan ini harus dilakukan secara efisien, efektif, tertib,

  antara lain membuat rencana pemeliharaan seperti penyulaman,

  dan ramah lingkungan. Beberapa pekerjaan yang harus

  penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan penjarangan.

  disiapkan antara lain membuat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT, membuat rencana trace jalan angkutan dan jalan

  8. Pemanenan

  inspeksi serta rencana lokasi base camp, TPK, Tpn, pondok

  Pemanenan dilakukan secara efisien, efektif, tertib, dan

  kerja, dan lain-lain.

  ramah lingkungan dengan sistem tebang habis setelah mencapai umur daur. Beberapa langkah yang disiapkan adalah menyusun

  4. Pengadaan Bibit

  rencana pemanenan sesuai SOP yang ada. Penebangan

  Bibit yang dibuat dari jenis ekonomis yangt berasal dari biji,

  dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah

  atau cabutan atau stek atau kultur jaringan. Dalam hal

  disahkan.

  pengadaan bibit untuk daur ke-2 dan berikutnya dapat

  9. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

  menggunakan anakan yang berasal dari trubusan pohon-pohon

  Kegiatan ini dilakukan untuk pengendalian hama dan

  yang telah ditebang. Tanaman dapat terdiri dari lebih dari satu

  penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan,

  jenis.

  perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan serta memberikan

  Beberapa hal yang perlu disiapkan adalah pembuatan

  kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi.

  rencana persemaian, seperti lokasi, sumber bibit, bangunan, SDM, peralatan serta rencana kebutuhan bibit.

  Berdasarkan SK Dirjen Pengusahaan Hutan Produksi

  pembuatan sesuai pedoman pembuatan bibit yang

  Nomor: 139Kpts-VI1999 tahapan THPB adalah sebagai

  berlaku.

  berikut:

  1. Penataan Areal Kerja (PAK) (Planting time -2)

  a. Penataan Areal Kerja dilakukan 2 tahun sebelum

  penanaman

  b. Areal pengelolaan dibagi menjadi blok kerja tahunan

  dan setiap blok dibagi menjadi petak-petak. Petak kerja tanaman kehutanan dibatasi sampai 100 Ha dan untuk petak tanaman perkebunan disesuaikan dengan jenis tanamannya.

  c. Kegiatan penataan areal kerja meliputi persiapan areal

  kerja, pembukaan alur batas blok dan petak, penataan batas hutan, pemasangan batas blok dan petak serta pengukuran dan pemetaannya.

  2. Pembukaan Wilatah Hutan (PWH) (Pt-1)

  a. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) dilakukan 1 tahun

  sebelum penanaman (Pt-1)

  Gambar 27. Pembibitan sistem THPB di tempat terbuka

  b. PWH meliputi pembangunan jalan angkutan, sarana dan

  prasarana, base camp, pondok kerja dll dengan

  4. Penyiapan Lahan Tanaman (Pt-1)

  spesifikasi sesuai ketentuan.

  a. Penyiapan lahan tanam dilakukan 1 tahun sebelum

  c. Pembangunan jalan angkutan direncanakan dengan

  penanaman.

  mencari dan menetapkan titik ikat, titik awal dan titik

  b. Pembersihan lahan secara manual dapat dilakukan pada

  akhir rute jalan yang akan dimanfaatkan untuk jalan lalu

  kondisi areal dengan kelerengan sampai 25 dengan

  lintas pengangkutan bibit, pekerja, panenan serta

  cara menebas, mencincang dan menumpuk serta

  pengawasan.

  memotong pohon-pohon berdiameter kecil, semak dan

  d. Pembangunan sarana

  dan prasarana

  meliputi

  belukar.

  pembangunan kantor, perumahan karyawan serta

  c. Pembersihan lahan secara mekanis dilakukan apabila

  fasilitas lainnya.

  kelerengan lapangan maksimal 15.

  3. Pengadaan Bibit (Pt-1)

  d. Pembersihan lahan secara kimia dapat dilakukan pada

  a. Pengadaan bibit dilakukan 1 tahun sebelum penanaman.

  areal yang ditumbuhi alang-alang yang cukup luas dan

  b. Sumber bibit berasal dari biji, cabutan anakan alam dan

  tidak mungkin dilakukan secara mekanis.

  stek pucuk.

  e. Pada lahan tergenang perlu dibuat saluran drainase

  c. Benih harus berasal dari sumber yang dapat

  dipertanggung jawabkan dan bersertifikat.

  Cara

  Pada prinsipnya, kegiatan pembuatan hutan tanaman pada kawasan tidak produktif, padang alang-alang dan tanah kosong dapat ditempuh dengan langkah sebagai berikut:

  1. Penyiapan lahan, dilakukan secara mekanis (land clearing dan pembajakan lahan), kimia (chemist), sistem cemplongan atau kombinasi. Pembersihan lahan (land clearing) dapat dilakukan secara mekanis menggunakan tractor. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan permukaan lahan dari semak, belukar, alang- alang, gulma serta material lain seperti tunggak. Setelah lahan bersih dan rata dilakukan kegiatan pembajakan I (disc flow), II ((tonner) dan III (harrow). Bajak I bertujuan untuk membalik tanah. Pada padang alang-alang kegiatan ini juga bertujuan untuk memotong perakaran alang-alang yang panjang dan memunculkannya di permukaan tanah

  Gambar 28. Pengangkutan bibit siap tanam ke lokasi

  sehingga kering.

  penanaman (Foto: Wahyudi)

  5. Penanaman (P)

  a. Kegiatan penanaman dilakukan pada musim hujan

  (Oktober- Maret) setelah kegiatan penyiapan lahan selesai

  b. Jarak tanam sesuai dengan petunjuk teknis pembuatan

  tanaman pada masing-masing jenis.

  6. Pemelihraan Tanaman

  Pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai petunjuk teknis kegiatan pemeliharaan tanaman pada masing-masing jenis.

  7. Pemanenan

  a. Pemanenan tanaman hutan dilakukan pada akhir daur

  b. Setelah kegiatan

  pemanenan harus dilakukan

  penanaman kembali

  Gambar 29. Pengolahan lahan secara mekanis

  c. Terhadap tanaman perkebunan yang tidak produktif

  dilakukan peremajaan.

  Bajak II dilakukan setelah 1-2 minggu (tergantung cuaca) setelah akar alang-alang kering bertujuan untuk lebih menggemburkan tanah dan bajak III dilakukan untuk Bajak II dilakukan setelah 1-2 minggu (tergantung cuaca) setelah akar alang-alang kering bertujuan untuk lebih menggemburkan tanah dan bajak III dilakukan untuk

  Gambar 30. Penyiapan lahan secara kimia menggunakan

  herbisida

  2. Persemaian (penyediaan bibit), termasuk pemuliaan tanaman.

  3. Penanaman

  4. Perawatan, dengan melakukan manipulasi dan perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mengoptimalkan ruang tumbuh tanaman dan memperbaiki arsitek tanaman. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah: - Pendangiran, penggulmaan

  Gambar 31. Hutan tanaman dibuat dengan sistem THPB

  - Pemupukan

  (a) Tanaman sungkai Tabalong (b) Tanaman

  - Pruning (pemangkasan cabang)

  ampupu di Tanah Laut, Kalsel

  - Libering (pembebasan) - Thinning (penjarangan)

  5. Pemungutan hasil (harvesting).

  - Pengaturan drainage dan irigation

  Pemungutan hasil atau pemanenan dapat dilakukan secara

  - Pengendalian hama dan penyakit terpadu (Integratet

  manual, semi mekanis atau mekanis penuh tergantung

  diseases and pest management).

  kebijakan perusahaan atau instruksi pemerintah, misalnya kebijakan perusahaan atau instruksi pemerintah, misalnya

  Gambar 33. Sistem mekanis penuh dalam kegiatan pemanenan

  hasil hutan kayu