Pengangguran dan Dinamikanya

Pengangguran dan Dinamikanya

Pengangguran muncul sebagai akibat lebih besarnya jumlah penawaran tenaga kerja daripada jumlah yang diminta oleh perusahaan. Postulat ekonomi dasar tersebut tentu tidak akan dibahas secara lengkap dalam bagian tulisan ini terutama yang menyangkut excess supply sebagai suatu jumlah tertentu, tetapi yang akan dibahas adalah persoalan mengapa pengangguran bisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi?

Model ekonomi yang menjelaskan asal-usul pengangguran ini ada beberapa macam diantaranya adalah bahwa pengangguran muncul sebagai akibat ketidakmampuan perusahaan untuk melakukan observasi secara langsung terhadap usaha dan kemampuan tiap pekerjanya (Davidson and Matusz, 2004). Dalam hal ini, perusahaan harus bisa menemukan jalan untuk memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih giat lagi. Berdasarkan ei ciency wage approach terhadap pengangguran, salah satu cara untuk memotivasi pekerja adalah dengan memberikan upah yang lebih tinggi daripada rata-rata upah yang ada (market-clearing level).

Berjalannya pasar tenaga kerja secara efektif akan mampu mengalokasikan sumber daya secara optimal. Bekerjanya pasar tenaga kerja di Indonesia secara baik akan mampu mencapai dua tujuan pokok yaitu: ei ciency dan fairness dalam mengalokasikan sumber daya, income (termasuk gaji/upah) dan juga resiko. Sejak terjainya krisis ekonomi di Indonesia pasar tenaga kerja bisa dikatakan lebih restriktif atau rigid. Adanya pengaturan pada asosiasi pekerja, upah minimum adalah hal-hal yang mengiringinya (Sugiyarto, 2005).

Dalam pasar persaingan sempurna, harga dan upah adalah fl eksibel; upah real sama dengan the marginal productivity of labor (MPL). Dalam kenyataan, ada perbedaan antara upah riil dengan MPL. Perbedaan upah (wage gap) menimbulkan kesalahan dalam

Pola Penyerapan dan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Berpendidikan Tinggi di Dunia Industri

pemakaian sumber daya yang ada (misallocation of resources) (Hosono et.al, 2008). Hosono et.al. (2008) mengemukakan bahwa adanya gap tersebut disebabkan oleh tingkat penggunaan tenaga kerja (utilization rate), tingkatan regulasi pasar barang jadi, dan komposisi tenaga kerja. Secara khusus berdasarkan penelitian oleh Hosono et.al (2008), gap tersebut karena adanya sticky wage, hambatan masuk (entry i rm restrictions), proteksi employment untuk karyawan dan juga seniority- based wage system sebagai suatu insentif.

Tingginya upah yang diminta oleh pekerja secara tidak langsung akan mendorong munculnya pengangguran. Pekerja dengan upah yang relatif tinggi ada kecenderungan untuk mengalami ketakutan akan kehilangan (upah yang lebih tinggi), yang menyebabkan pekerja untuk tetap pada pekerjaanya (tidak pindah ke pekerjaan lain). Adanya tuntutan upah yang tinggi dan rigiditas upah menyebabkan perusahaan untuk mengurangi atau paling tidak menahan diri dari memperkerjakan karyawan baru. Dengan perkataan lain, jumlah pe- nyerapan tenaga kerja (baru) akan terhambat. Oleh karena itu da- lam keadaan adanya pengangguran, seperti yang terjadi sekarang ini maupun dalam krisis ekonomi 2008, upah cenderung tidak turun (rigid) namun yang terjadi adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Sisi positif dari pengangguran adalah bahwa masalah ekonomi ini bisa dilihat sebagai alat untuk mengontrol disiplin pekerja yang membuat- nya bekerja lebih giat (Davidson and Matusz, 2004).

Permasalahan mendasar tenaga kerja yang ada di daerah Batam adalah masalah mental calon tenaga kerja, umumnya tidak betah beker- ja di Batam karena biaya hidup tinggi, jauh dari keluarga, dan persain- gan upah antar perusahaan menjadi pendorong untuk terjadinya turn-

over pekerja 1 . Disinilah perlu upaya bagaimana supaya mereka betah

bekerja dengan produktivitas yang tinggi. Bagaimana meningkatkan

1 Turn over cukup tinggi (khususnya level operator teknis) dikarenakan mereka tidak betah dengan apa yang dikerjakannya. Untuk tingkatan ini yang keluar dari perusahaan, biasanya kalau keluar dengan memberitahukan

sebelumnya mereka mendapat upah (dengan porsi tertentu). Untuk tingkatan yang berpendidikan lebih tinggi (D3 ke atas) relative rendah, dan kalaupun terjadi hal ini lebih disebabkan adanya tawaran yang lebih menarik di perusahaan lain.

Zamroni Salim

etika bekerja, karena banyak tenaga kerja yang keluar tanpa ijin setelah mereka diterima, ataupun setelah selesai mengikuti pendidikan/trai- ning tertentu. Secara umum, turn-over yang relatif tinggi dikarenakan adanya tawaran gaji/upah yang lebih tinggi di perusahaan lain.

Perusahaan pada umumnya hanya memberikan upah/gaji sebatas UMK, padahal perusahaan-perusahaan yang ada mampu memberikan upah diatas UMK tersebut, sehingga hal ini mempengaruhi semangat mereka dalam bekerja.