Kesimpulan dan Pengujian Hipotesa

Kesimpulan dan Pengujian Hipotesa

Pada bab pertama (1) buku ini dikemukakan bahwa penelitian ini mengajukan empat hipotesa. Oleh karenanya, dalam memberikan kesimpulan, sekaligus penulis menyajikan pengujian terhadap hipotesa yang diajukan tersebut.

H1: Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kesesuaian (match)

dengan latar belakang pendidikan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak sesuai (mismatch)

Hasil analisa dengan tabulasi silang menunjukkan bahwa hipotesa kerja tidak diterima. Hal ini ditunjukkan oleh kecenderungan tidak adanya hubungan yang signii kan antara waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama sejak mereka lulus dari sekolahnya dengan match dan mismatch terhadap latar belakang pendidikan. Untuk seluruh masa tunggu, baik bagi responden pekerja laki-laki

Tingkat Kesesuaian Kompetensi Pendidikan Dengan Bidang Pekerjaan Pada Dunia Industri

maupun perempuan paling tidak dua pertiga dari mereka adalah pekerja yang menyatakan kesesuaian kompetensi (match), kecuali bagi responden pekerja perempuan yang memiliki waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka hingga lebih dari 12 bulan (satu tahun), justru lebih banyak yang menyatakan mismatch.

Sedangkan waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan yang menurut mereka sesuai dengan yang mereka inginkan pun hampir tidak ada perbedaan bagi mereka yang match dengan yang mismatch antara latar belakang pendidikan dengan jenis pekerjaannya. Namun demikian, bagi responden pekerja perempuan, ada kecenderungan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai, semakin banyak yang menyatakan match antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan.

H2:Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap produktivitas yang berbeda antara pekerja yang memiliki kesesuaian antara latar belakang pendidikan dengan yang tidak sesuai.

Telah dikemukakan pada uraian tentang produktivitas, bahwa pendidikan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pelatihan menjadi faktor yang sangat penting dalam bekal pengetahuan terhadap pekerjaannya (penyesuaian) dan juga dalam meningkatkan produktivitas kerja. Walaupun 45,40% responden menyatakan bahwa mereka masih memerlukan sedikit penyesuaian dari bekal pendidikan yang diperoleh terhadap pekerjaannya, tapi lebih sedikit pekerja yang match menuntut perlunya pelatihan dalam mengadaptasi pekerjaannya ketimbang mereka yang mismatch.

Sebaliknya hasil analisa data dengan menggunakan tabulasi silang mengindikasikan bahwa perbedaan persentase pekerja yang match dengan yang mismatch tidak terlalu signii kan dalam soal pelatihan. Namun demikian, kecenderungan bahwa pekerja yang mismatch merupakan pekerja yang tidak pernah mendapatkan

Endang S Soesilowati

pelatihan lebih banyak daripada pekerja yang pernah mendapatkan pelatihan, sementara persentase pekerja yang mismatch telah mendapatkan pelatihan dibandingkan dengan yang mismatch. Hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diberikan perusahaan memang diperlukan, namun demikian, nampaknya perusahaan tidak terlalu mentargetkan pemberian pelatihan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya. Oleh karenanya, bila kemudian produktivitas kerja yang match lebih tinggi/baik dibandingkan dengan yang mismatch, tidak semata-mata disebabkan oleh kesesuaian pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, tetapi juga oleh karena pelatihan yang mereka dapatkan di perusahaan yang bersangkutan.

H 3: Lebih banyak pekerja perempuan yang memiliki kesesuaian antara latar belakang pendidikan dan bidang pekerjaan dibandingkan dengan pekerja laki-laki

Hasil tabulasi silang antara kesesuaian jenis pekerjaan dengan latar belakang pendidikan berdasarkan jenis kelamin, ternyata, persentasi pekerja laki-laki lebih besar ketimbang perempuan yang menyatakan kecocokan antara latar belakang pendidikan dengan jenis pekerjaan (71,96% : 66,67%), namun baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan dengan tingkat pendidikan pasca sarjana (S2/S3), semuanya menyatakan match antar pendidikan dengan pekerjaan yang saat ini mereka geluti.

H4: Pekerja yang memiliki kesesuaian antara latar belakang

pendidikan dengan bidang pekerjaannya lebih tinggi tingkat kepuasan kerjanya dibandingkan dengan yang tidak sesuai

Secara rata-rata keseluruhan, pekerja yang match cenderung memiliki upah yang lebih tinggi ketimbang yang mismatch. Oleh karena pendapatan merupakan faktor terpenting yang dapat mempengaruhi semangat kerja bagi mayoritas responden pekerja, dan lebih banyak persentase responden yang match mendapatkan upah yang lebih tinggi ketimbang yang mismatch, maka kemudian

Tingkat Kesesuaian Kompetensi Pendidikan Dengan Bidang Pekerjaan Pada Dunia Industri

tidak mengherankan bila ternyata lebih banyak pekerja yang match menyatakan suka terhadap pekerjaannya ketimbang mereka yang mismatch. Dengan menggunakan 4 skala pilihan dari sangat tidak suka sampai sangat suka terhadap pekerjaannya, diperoleh perbandingan sekor rata-rata 3,20 : 2,77 antara mereka yang match dengan yang mismatch. Sebagai tambahan, ternyata rekan kerja mendapatkan porsi yang penting dalam mempengaruhi semangat kerja bagi pekerja yang match, sementara sikap atasan dianggap lebih penting bagi pekerja yang mismatch dalam mempengaruhi semangat kerja mereka.

Dalam studi ini, peneliti juga mencoba mengkaji keterkaitan antara kesesuaian (match) kompetensi pendidikan dengan jenis pekerjaan terhadap peningkatan karir, dengan membandingkan posisi jabatan yang sekarang didudukinya dengan posisi mereka sewaktu mulai bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Hasil analisis data mengindikasikan bahwa walaupun secara umum baik bagi pekerja yang match maupun mismatch memiliki kesempatan peningkatan karir /possisi jabatan, namun posisi manajer hanya terwakili pada pekerja yang match di mana mereka pada waktu mulai bekerja hanya mendapatkan posisi staf administrasi atau paling tinggi adalah supervisor.

Kondisi yang lebih baik bagi pekerja yang match dibandingkan dengan yang mismatch yang ditunjukkan dengan tingkat kepuasan, peningkatan karir dan lingkungan kerja yang kondusif, tentu saja menjadi modal bagi kualitas pekerja dengan daya saing tinggi. Hal ini memperkuat alasan pentingnya sinergitas antara dunia pendidikan dengan dunia kerja (industri), baik melalui implementasi program link and match yang dilanjutkan dan ditingkatkan, maupun melalui program sejenis lainnya. Yang terpenting adalah pengajaran pendidikan dapat menghasilkan kualitas keahlian yang relevan bagi keterampilan yang dibutuhkan industri, sehingga tercapai ei siensi investasi pendidikan.

Endang S Soesilowati