Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jumlah penawaran tenaga kerja cenderung lebih besar daripada jumlah permintaan yang dilakukan oleh perusahaan/dunia industri sebagai pemakai jasa tenaga kerja. Tingginya jumlah penawaran tenaga kerja atau jumlah pencari kerja ini tidak terlepas dari pola pendidikan, khususnya pendidikan tinggi yang diterapkan di Indonesia. Sementara itu di sisi lain, dunia industri juga dihadapkan pada terbatasnya sumber daya seperti permodalan dan sumber daya manusia yang produktif. Bagaimana keseimbangan yang terjadi di pasar dunia kerja? Berikut ini diuraikan bagimana jumlah orang yang bekerja (sebagai indikator jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan) dan pengangguran (sebagai kelebihan jumlah penawaran tenaga kerja).
Tabel 3.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Dan Jenis Kegiatan Selama Semingu yang lalu, 2005-2009
Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional
㻌 㻌 Pernah bekerja
2685182 TPB 16796 343036 5033821 23218 376683 6400228 na 344216 6845908 Jumlah 52237 663895 9258964 53077 632762 10011142 na 549995 9531090
Jumlah AK
668510 4456720 113744408 588874 4016423 109941359 na 3864831 100316007 % Bekerja/AK
na 85.77 90.5
Bukan AK
㻌 㻌 Sekolah
600179 11730912 Mengurus RT
lainnya 35845 334974 8275717 34059 384998 8410544 na 290094 7948594 Jumlah non AK
2274536 52333974 Jumlah Total
6139367 152649981 % AK/PUK
Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 2005-2007, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Feb. 2009 Keterangan: AK-Angkatan ker-ja, PUK-Penduduk usia kerja, TPB-Tidak pernah bekerja. Angka tahun 2009 adalah angka sampai Februari 2009.
Pola Penyerapan dan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Berpendidikan Tinggi di Dunia Industri
Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 9.5% tahun 2005 dan sedikit menurun menjadi 8,14% di tahun 2009. Namun demikian, komposisi angka pengangguran secara nasional tersebut relatif tidak berubah secara drastis, dan masih cukup tinggi. Masih tingginya tingkat pengangguran ini dari sisi permintaan disebabkan salah satunya masih lemahnya penciptaan lapangan kerja (job creation). Di sisi lain, juga masih terkonsentrasinya para pencari kerja (job seekers) untuk menjadi pekerja/pegawai, termasuk juga di lembaga pemerintah, bukan menjadi wirausahawan yang mandiri.
Dari data di dua daerah penelitian, nampak bahwa di daerah penelitian khususnya Banten tingkat pengangguran terbuka terus meningkat dari 13,98 persen pada tahun 2003 menjadi 18,91 persen pada tahun 2006 (Soesilowati, 2008); kemudian ada perbaikan dalam penyerapan tenaga kerja di tahun 2007 yang ditunjukkan dengan menurunnya angka pengangguran menjadi 15.75%, sedikit menurun lagi menjadi 14, 9% di tahun 2009.
Bagaimana dengan pencari kerja dengan latar belakang pendidikan tinggi? Pada bab sebelumnya (lihat Tabel 2.3) telah ditunjukkan bahwa penduduk berusia 15 tahun ke-atas yang berpendidikan tinggi (Diploma keatas) sampai pada tahun 2009 merupakan persentase yang terkecil, yaitu 2.66% untuk Diploma dan 4.44% untuk Universitas.
Zamroni Salim
Tabel 3.2 Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan Tertinggi Yang
2009 (Feb) Ditamatkan
Tidak/Belum
2 620 049 Pernah Sekolah/Belum Tamat SD Sekolah Dasar
322836 297185 330316 519867 486399 I/II/III/Akademi Universitas 385418 375601 409890 626202 626621
Sumber: BPS, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=06& notab=1
Dari Tabel 3.2 nampak bahwa walaupun angka pengangguran bagi penduduk yang berpendidikan tinggi masih lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendidikan di bawahnya, namun dari tahun ke tahun tingkat pengangguran untuk mereka yang berpendidikan diploma dan khususnya sarjana terus mengalami peningkatan (kecuali untuk diploma pada tahun 2008). Pada Februari 2005, persentase jumlah penganggur yang berpendidikan Diploma dan Sarjana sebanyak 6,53%, di tahun 2009 meningkat menjadi 12,02%. Relatif tingginya tingkat pengangguran bagi mereka yang berpendidikan lebih tinggi ini antara lain dikarenakan tingkat persaingan
Pola Penyerapan dan Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Berpendidikan Tinggi di Dunia Industri
yang lebih ketat di sektor formal-dimana para pencari kerja dengan pendidikan tinggi mengkonsentrasikan dirinya untuk bekerja sebagai pegawai atau staf . Sedangkan yang berpendidikan lebih rendah bisa lebih mudah untuk masuk ke sektor informal. Relatif tingginya tingkat pengangguran di kalangan pencari kerja dengan pendidikan tinggi ini juga merupakan indikasi adanya ketidaksinkronan keahlian antara yang diajarkan oleh lembaga pendidikan formal dan apa yang diminta oleh dunia industri. Di sisi lain, persentase lowongan pekerjaan yang tidak terisi masih cukup tinggi. Walaupun untuk Indonesia secara keseluruhan (Nasional) terjadi sedikit penurunan dari 16,10 % di tahun 2005, menjadi 15,20% di tahun 2008 lowongan pekerjaan yang tetap tidak terisi. Di daerah penelitian Banten lowongan pekerjaan yang tidak terisi menurun cukup drastis, sebaliknya di daerah penelitian Kepulauan Riau, dari yang semula jumlah penempatan kerja melebihi kapasitas lowongan pekerjaan yang tersedia, di tahun 2008 hampir separuh (43,72%) dari lowongan kerja yang ada tidak terisi (lihat tabel 3.3).
Walaupun data lowongan pekerjaan yang tidak terisi, tidak terungkap kualitas pekerjaan yang dibutuhkan, namun demikian, tingginya angka pengangguran di satu sisi, dan masih cukup tingginya lowongan pekerjaan yang tidak terisi di sisi lain, dapat dijadikan cerminan adanya ketidak sesuaian antara kualitas pencari kerja dan kualitas pekerja yang dibutuhkan.
Tabel 3.3 Pencari Kerja terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar dan Penempatan tenaga Kerja
㻌 Kepri Banten Nasional Kepri Banten Nasional Pencari Kerja
Lowongan Kerja
Penempatan Tenaga Kerja
Lowongan tidak terisi (iddle capacity) 43.72
Pencari Kerja tidak terserap
Sumber: Statistik Indonesia, BPS, 2005, 2009
Zamroni Salim