dengan para pembuat KUH Perdata ketika mereka harus merumuskan definisi Hipotik. Namun menurut Sutan Remy Sjahdeni belum semua unsur yang
berkaitan dengan Hak Tanggungan telah dimasukkan dalam rumusan definisinya. Misalnya, dalam rumusan defenisi Hak Tanggungan itu belum dimasukkannya
pengertian bahwa Hak Tanggungan adalah suatu Hak Kebendaan.
34
Dari bunyi Pasal 1 angka 1 UUHT tampak, bahwa pembuat Undang- undang tidak hendak memberikan perumusan tentang Hak Tanggungan pada
umumnya, tetapi hanya membatasi diri dengan memberikan perumusan masalah Hak Tanggungan atas tanah beserta dengan benda-benda yang berikaitan dengan
tanah saja. Perumusan yang demikian memberikan peluang untuk dikemudian hari
adanya pengaturan tentang Hak Tanggungan atas benda lain. Jadi perumusan Pasal 1 angka 1 UUHT ini bukan merupakan perumusan umum Hak Tanggungan
atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah saja.
35
B. Subjek Dan Objek Hak Tanggungan
1. Subjek Hukum Hak Tanggungan
Subjek Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 9 UUHT. Dalam kedua pasal itu dinyatakan bahwa yang dapat menjadi subjek
hukum dalam pembebanan Hak Tanggungan adalah pemberi Hak Tanggungan dan pemegang Hak Tanggungan. Pemberi Hak Tanggungan dapat perorangan atau
Badan Hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
34
Ibid.,hal.13.
35
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan Buku 2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal.65.
Universitas Sumatera Utara
terhadap objek Hak Tanggungan. Pemegang Hak Tanggungan terdiri dari perorangan atau Badan Hukum yang berkedudukan sebagai pihak berpiutang.
Biasanya dalam praktik pemberi Hak Tanggungan disebut debitur, yaitu orang yang meminjam uang di lembaga perbankan, sedangkan penerima Hak
Tanggungan disebut dengan istilah kreditur yaitu orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak berpiutang.
Kewenangan melakukan perbuatan hukum itu adalah perjanjian pemberian Hak Tanggungan kepada pemegang Hak Tanggungan. Kewenangan ini
harus ada pada saat pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan, karena lahirnya Hak Tanggungan adalah pada saat Hak Tanggungan didaftarkan maka kewenangan
untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak Tanggungan diharuskan ada pada pemberi Hak Tanggungan pada saat pembuatan buku tanah Hak
Tanggungan. Dengan demikian keabsahan kewenangan tersebut pada saat didaftarkannya Hak Tanggungan.
Dalam prakteknya untuk pemberi Hak Tanggungan lazimnya perorangan sedangkan untuk pemegang Hak Tanggungan lebih banyak berbentuk
badan hukum misalnya Bank. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk orang perorangan dapat memanfaatkan lembaga Hak Tanggungan hal ini
ditegaskan dalam pasal 9 Undang-undang Hak Tanggungan.
2. Objek Hak Tanggungan
Pada dasarnya tidak setiap hak atas tanah selalu dijadikan sebagai jaminan hutang, tetapi hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Dapat dinilai dengan uang, karena hutang yang dijamin berupa uang
b. Termasuk hak yang didaftarkan dalam daftar umum, karena harus
memenuhi syarat publisitas c.
Mempunyai sifat dapat dipindah tangankan, karena apabila debitur wanprestasi maka benda yang dijadikan jaminan hutang akan dijual
dimuka umum d.
Memerlukan penunjukan dengan Undang-undang
36
UUHT No. 4 Tahun 1996 dalam pasal 4 sampai dengan pasal 7 telah menunjuk secara tegas hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang, ada
lima jenis hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan Hak Tanggungan, yaitu : 1
Hak Milik 2
Hak Guna Usaha 3
Hak Guna Bangunan 4
Hak Pakai, baik Hak Milik atas tanah maupun Hak atas tanah Negara 5
Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan
merupakan hak milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dan dinyatakan dalam akta pemberian hak atas tanah yang
bersangkutan. 6
Tanah Hak Girik dengan syarat tertentu Dengan dimungkinkan pembebanan Hak Tanggungan selain hak atas
tanah juga meliputi benda-benda yang berkaitan dengan tanah, baik yang telah ada
36
H.Salim.HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Bandung, 2008, hal.104
Universitas Sumatera Utara
atau yang akan ada dikemudian hari. Adapun benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut adalah bangunan baik bangunan yang ada berada diatas maupun di
bawah permukaan, tanaman, dan hasil karya seperti candi, patung, gapura. Menurut pasal 4 ayat 4 dan ayat 5 Undang-undang Hak Tanggungan,
agar benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut dapat dibebankan pula pada Hak Tanggungan, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a Bangunan, tanaman dan hasil karya itu merupakan satu kesatuan
dengan tanah yang bersangkutan yang dibebani dengan Hak Tanggungan;
b Bangunan, tanaman dan hasil karya itu merupakan milik, pemegang
hak atas tanah yang dibebani dengan hak tanggungan; c
Pembebanannya dengan tegas dinyatakan didalam Akta Pemberian Hak Tanggungan, yang ditanda tangani bersama oleh pemiliknya dan
pemegang hak atas tanahnya atau kuasa mereka dengan akta otentik.
37
C. Asas – Asas Hak Tanggungan