Prosedur Pembebanan Hak Tanggungan

dengan kata-kata “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa “, mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah Pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 Undang-undang Hak Tanggungan. Dengan demikian untuk melakukan eksekusi terhadap Hak Tanggungan yang telah dibebankan atas tanah dapat dilakukan tanpa harus melalui proses gugat-menggugat proses litigasi apabila debitur cedera janji.

D. Prosedur Pembebanan Hak Tanggungan

Dalam penjelasan umum angka 7 Undang-undang Hak Tanggungan disebutkan bahwa proses pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap kegiatan, yaitu: 1. Tahap pemberian Hak Tanggungan, dengan dibuatkan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT oleh pejabat Pembuat Akta Tanah, yang didahului dengan perjanjian hutang-piutang 2. Tahap pendaftarannya oleh kantor pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian hutang- piutang yang bersangkutan atau perjanjian lain yang menimbulkan hutang-piutang Pasal 10 ayat 1 Undang-undang Hak Tanggungan. Universitas Sumatera Utara Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT oleh PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai peraturan yang berlaku Pasal 10 ayat 2 Undang-undang Hak Tanggungan. Bila objek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi lama yang memenuhi syarat untuk didaftarkan tetapi belum didaftarkan maka pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah itu pasal 10 ayat 3 Undang-undang Hak Tanggungan. Dalam APHT wajib dicantumkan nama, identitas, domisili pemegang dan pemberi Hak Tanggungan, hutang yang di jamin, nilai tanggungan dan uraian singkat mengenai objek Hak Tanggungan asas spesialitasPasal 11 ayat 1 Undang-undang Hak Tanggungan. Disamping itu pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan asas publisitas Pasal 13 ayat 1 Undang-undang Hak Tanggungan Janji dalam APHT yang berisi pemberian kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitur cedera janji adalah batal demi hukum Pasal 12 Undang-undang Hak Tanggungan. Ketentuan ini dibuat guna melindungi kepentingan debitur pemberi Hak Tanggungan lainnya, terutama pada objek Hak Tanggungan yang nilainya melebihi hutang yang di jamin. Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran APHT dilakukan selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah penandatanganan APHT, kemudian PPAT wajib mengirim APHT dan warkah- warkah lain yang meliputi surat-surat bukti yang berkaitan dengan objek Hak Universitas Sumatera Utara Tanggungan termasuk di dalamnya Sertifikat Tanah jika telah bersertifikat kepada Kantor Pertanahan. Kantor Pertanahan membuat Buku Tanah Hak Tanggungan dan menyalin pembebanan Hak Tanggungan di dalam Buku Tanah Sertifikat Tanah tersebut serta menyalin catatan itu pada sertifikat Tanah tersebut. Hak Tanggungan lahir pada tanggal pembuatan Buku Tanah Hak Tanggungan, yaitu pada tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagipendaftaran. Kantor Pertanahan menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, sesuai peraturan yang berlaku Pasal 14 ayat 1 Undang-undang Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan berisi irah-irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat Hak Tanggungan ini berkekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti Gross Akta Hipotik Pasal 14 ayat 2 Undang-undang Hak Tanggungan. Apabila diperjanjikan lain, Sertifikat Tanah yang telah dibubuhi catatan Pembebanan Hak Tanggungan itu dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah itu Pasal 14 ayat 4 Undang-undang Hak Tanggungan. Setelah Kantor Pertanahan menerbitkan Hak Tanggungan maka Sertifikat Hak Tanggungan diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan Pasal 14 ayat 5 Undang-undang Hak Tanggungan. Pada asasnya pembebanan Hak Tanggungan wajib dilakukan sendiri oleh pemberi Hak Tanggungan. Akan tetapi, jika pemberi Hak Tanggungan tidak dapat Universitas Sumatera Utara hadir di hadapan PPAT maka diperbolehkan menggunakan SKMHT Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan sebagimana disebutkan dalam Penjelasan umum dan penjelasan pasal 15 Undang-undang hak Tanggungan. SKMHT wajib dibuat dengan akat notaris akta PPAT, dan SKMHT itu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut Pasal 15 Undang-undang Hak Tanggungan: 1. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain selain membebankan Hak Tanggungan. 2. Tidak memuat hak subsitusi artinya penerima kuasa tidak dapat digantikan oleh pihak lain. 3. Mencantumkan mengenai objek Hak Tanggungan, jumlah hutang yang dijamin, dan nama serta identitas kreditur dan debiturnya jika debitur bukan pemberi Hak Tanggungan, artinya jika penjamin meminjamkan hak miliknya untuk dijadikan objek Hak Tanggungan untuk menjamin pelunasan hutang debitur. Kuasa membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir dengan sebab apapun juga terkecuali karena kuasanya telah dilaksanakan atau telah habis masa jangka waktunya Pasal 15 ayat 2 Undang- undang Hak Tanggungan. SKMHT untuk hak atas tanah yang telah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT selambat-lambatnya satu bulan sejak SKMHT diberikan Pasal 15 ayat 3 Undang-undang Hak tanggungan. Universitas Sumatera Utara SKMHT untuk hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti pembuatan APHT selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga bulan sejak pemberian SKMHT Pasal 15 ayat 4 Undang-undang Hak Tanggungan.

E. Peralihan dan Hapusnya Hak Tanggungan