BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
A. Dasar Hukum Perjanjian Kredit
1. Pengertian Perjanjian
Pengertian perjanjian berbeda dengan perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
5
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal. Dari peristiwa ini, timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang
yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janj-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau
ditulis.
6
R. Setiawan, menyebutkan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.
7
Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dan dua
5
R Subekti, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1987. hal.1.
6
Ibid, hal.6.
7
R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian
yang akan mengikat kedua belah pihak. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata Pasal 1313,
dinyatakan bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim
diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.
8
Pengertian perikatan lebih luas dari pada pengertian perjanjian. Perikatan bersumber dari perjanjian dan Undang–Undang. Perikatan yang bersumber dari
Undang–Undang ada dua, yaitu : yang lahir dari Undang–Undang saja dan yang lahir karena perbuatan manusia.
9
Perikatan yang lahir karena perbuatan manusia terbagi dua, yaitu : perbuatan yang halal dan perbuatan yang melanggar hukum.
10
Sedangkan perjanjian adalah sumber perikatan, dan merupakan perbuatan para pihak yang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dengan demikian
pengertian perikatan bersifat abstrak sedangkan perjanjian bersifat konkret.
11
Menurut M. Yahya Harahap, “Perjanjian mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang
8
Solahudin, SH, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Visimedia, 2008, hal.466.
9
R Subekti, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Jakarta, 1987. hal.1.
10
Ibid, hal.2.
11
Ibid, hal.3.
Universitas Sumatera Utara
memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak yang lain untuk menunaikan prestasi”.
12
Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya ;
b. Cakap untuk membuat sesuatu perjanjian ;
c. Mengenai sesuatu hal tertentu ;
d. Suatu sebab yang halal.
Syarat sepakat dan cakap bagi sahnya perjanjian, disebut sebagi syarat subjektif karena menyangkut orang atau pihak – pihak yang terlibat dalam
perjanjian, sedangkan syarat mengenai suatu hal tertentu dan sebab yang halal disebut sebagai syarat objektif karena menyangkut objek yang diperjanjikan oleh
orang – orang atau subjek yang membuat perjanjian. Jika suatu syarat subjektif tidak terpenuhi sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya atau cakap untuk berbuat sesuatu maka perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Apabila syarat objektif tidak
terpenuhi mengenai sesuatu hal tertentu atau sebab yang halal maka perjanjiannya batal demi hukum.
13
Pengertian perjanjian perdata batal demi hukum berbeda dengan perjanjian dapat dimintakan pembatalan. Perjanjian batal demi hukum berarti secara yuridis
dari semula tidak ada perjanjian dan juga tidak ada pula suatau perikatan diantara subjek yang membuat perjanjian itu. Pada perjanjian yang dapat dimintakan
12
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1986, hal.6.
13
R Subekti, op.cit.,hal.21.
Universitas Sumatera Utara
pembatalan, berarti Undang-Undang menyerahkan kepada para pihak yang berkepentingan untuk membatalkan perjanjian itu atau tidak.
14
Pasal 1337 KUH Perdata menyebutkan bahwa suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh Undang-Undang atau bila sebab itu bertentangan
dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Dan pasal 1338 KUH Perdata menyebutkan semua persetujuan yang dibuat sesuai Undang-Undang berlaku
sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
Hukum perjanjian Indonesia menganut sistem terbuka, artinya bahwa hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk membuat perjanjian apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
15
Terkait dengan masalah perjanjian maka tidak terlepas dari hal prestasi, prestasi adalah sesuatu yang dapat dituntut. Jadi dalam suatu perjanjian suatu
pihak biasanya kreditur menuntut prestasi pada pihak lainnya biasanya debitur. Menurut pasal 1234 KUH Perdata prestasi terbagi dalam 3 macam:
16
1. Prestasi untuk menyerahkan sesuatu;
2. Prestasi untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu; dan
3. Prestasi untuk tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu
14
Ibid, hal. 22
15
Ibid., hal.14.
16
Marindra Prahandi Ferdianto, Perbuatan Melanggar Hukum atau Wanprestasi, hukumonline.com, 5 May 2013.
Universitas Sumatera Utara
Apabila seseorang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian itu, maka kewajiban pihak tersebut untuk melaksanakan atau menaatinya. Dan apabila
seseorang yang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian tersebut tidak melaksanakan atau tidak memenuhi prestasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka orang tersebut disebut melakukan wanprestasi, atau apabila debitur tidak melaksanakann kewajibannya maka ia telah dikatakan wanprestasi. Kata
wanprestasi dalam bahasa Indonesia berarti lalai, alpa atau ingkar janji. Wanprestasi atau ingkar janji dapat berupa :
17
1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukan ;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan ; 3.
Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat ; 4.
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
2. Perjanjian Kredit