Bagaimanakah Kedudukan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan

dan, kemudian penghitungan uang oleh teller, dan kembali kepada nasabah. Sama halnya proses yang terjadi ketika seorang nasabah melakukan transaksi perbankan berupa penyetoran tunai.

B. Bagaimanakah Kedudukan Hak Tanggungan Sebagai Jaminan

Kebendaan Dalam Pemberian Kredit di PT. Bank Sumut Cabang Utama. Hak tanggungan tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh suatu perjanjian perjanjian kredit antara debitur dan kreditur. Dalam perjanjian itu diatur ulang tentang hubungan hukum antara kreditur dan debitur, baik menyangkut besarnya jumlah kredit, maupun jaminan yang nantinya akan diikat dengan Hak Tanggungan. Oleh karena Hak Tanggungan tidak dapat dilepaskan dari perjanjian kredit, itulah sebabnya maka Hak Tanggungan dikatakan accessoir mengikuti perjanjian pokoknya. Ada beberapa ciri-ciri dan sifat Hak Tanggungan sesuai dengan Undang- undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996: a. Droit de preferent, artinya memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya Pasal 1 angka 1 dan Pasal 20 ayat 1. Dalam hal ini pemegang Hak Tanggungan sebagai kreditur memperoleh hak didahulukan dari kreditur lainnya untuk memperoleh pembayaran piutangnya dari hasil penjualan pencairan objek jaminan kredit yang diikat dengan Hak Tanggungan tersebut. Kedudukan kreditur yang mempunyai hak didahulukan dari kreditur lain akan sangat menguntungkan kepada pihak yangbersangkutan dalam memperoleh Universitas Sumatera Utara pembayaran kembali pinjaman uang yang diberikan kepada debitur yang ingkar janji Wanprestasi. b. Droit de suite, artinya selalu mengikuti jaminan hutang dalam tangan siapapun objek tersebut berada Pasal 7. Dalam pasa; 7 Undang-undang Hak Tanggungan disebutkan bahwa Hak Tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek itu berada. Sifat ini merupakan salah satu jaminan khusus bagi kepentingan pemegang Hak Tanggungan. Meskipun objek dari Hak Tanggungan sudah berpindah tangan dan menjadi milik pihak lain, kreditur masih tetap dapat menggunakan haknya melalui eksekusi, jika debitur wanprestasi. c. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan hal tersebut maka sahnya pembebanan hak tanggungan disyaratkan wajib disebutkan dengan jelas piutang mana dan berapa jumlahnya yang dijamin serta benda-benda mana yang dijadikan jaminan syarat spesialitas, dan wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan sehingga terbuka untuk umum syarat publisitas. d. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya jika debitur cidera janji. Meskipun secara umum ketentuan mengenai eksekusi telah diatur dalam hukum acara perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus mengenai eksekusi Hak Universitas Sumatera Utara Tanggungan dalam undang-undang ini, yaitu yang mengatur mengenai lembaga parate executie. Hak tanggungan memiliki sifat tidak dapat dibagi-nagi kecuali jika diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT, seperti ditetapkan dalam pasal 2 Undang-undang Hak Tanggungan. Dengan sifatnya yang tidak dapat dibagi-bagi, maka Hak Tanggungan akan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan. Hal ini mengandung arti bahwa apabila hutang kredit yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan baru dilunasi sebagian, maka Hak Tanggungan tetap membebani seluruh objek Hak Tanggungan. 41 Sifat lain dari Hak Tanggungan adalah Hak Tanggungan merupakan accecoir dari perjanjian pokok, artinya bahwa perjanjian Hak Tanggungan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, tetapi keberadaannya adalah karena adanya perjanjian lain yang disebut dengan perjanjian pokok. Perjanjian pokok bagi perjanjian Hak Tanggungan adalah perjanjian yang menimbulkan hutang yang dijamin itu. 42 Kredit yang diberikan oleh kreditur mengandung resiko, maka dalam setiap pemberian kredit, bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa ada suatu perjanjian tertulis. Itu sebabnya diperlukan suatu jaminan kredit dengan disertai keyakinan akan kemampuan debitur melunasi hutangnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 8 Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1992 yang menyatakan dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas 41 R Subekti, opcit, hal 41 42 Sutan Remi Syahdeini, Hak Tanggungan: Asas-asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah-Masalah yang dihadapi oleh Pihak Perbankan, Suatu Kajian Mengenai UUHT, Airlangga University Press, Surabaya, 1999, hal.20 Universitas Sumatera Utara kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan. Dalam menjalankan suatu perjanjian khususnya dalam perjanjian kredit, para pihak debitur, kreditur selalu dibebani dua hal yaitu hak dan kewajiban. Suatu perikatan yang dilahirkan oleh suatu perjanjian, mempunyai dua sudut: sudut kewajiban-kewajiban obligatos yang dipikul oleh suatu pihak dan sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh lain pihak, yaitu hak-hak menurut dilaksanakannya sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian itu. 43 Hak Tanggungan merupakan jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberi kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. 44 Maksud dari kreditur diutamakan dari kreditur lainnya yaitu apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat menjual barang agunan melalui pelelangan umum untuk pelunasan hutang debitur. Kedudukan diutamakan tersebut tentu tidak mempengaruhi pelunasan hutang debitur terhadap kreditur-kreditur lainnya. 45 Bagi debitur yang ingin meminjam sejumlah uang dengan Hak Tanggungan maka jaminan tanahnya harus bersertifikat hak milik baru bisa langsung dilaksanakan Hak Tanggungan antara kreditur dan debitur. Jika sertifikat atas tanah tersebut belum sertifikat hak milik, maka ada proses terlebih dahulu untuk peningkatan surat yang belum bersertifikat hak milik menjadi sertifikat hak milik melalui notaris. 46 43 R Subekti, opcit, hal 29 44 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Muhsin Adlin, SH 45 Ibid 46 Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Muhsin Adlin, SH Universitas Sumatera Utara

C. Bagaimanakah Pengelolaan Kredit Bermasalah dengan Hak