Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 2003-2005

Kota Medan sebagai ibukota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Di Sumatera Utara, juga terdapat lembaga - lembaga pendidikan dan penelitian seperti, perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian dan balai latihan kerja, yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil - hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.1.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 2003-2005

Berdasarkan hasil perhitungan PDRB dengan harga konstan 1993, kondisi sumatera utara tahun 2003 menunjukkan gambaran yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi secara umum meningkat sebesar 4,81 persen. Kondisi ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,56 persen. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini juga didorong oleh menurunnya laju inflasi. Jika pada tahun 2003 angka inflasi menurun hingga mencapai 4,23 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar berdampak pada meningkatnya kesejahteraan penduduk yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB per kapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk sumatera utara mengalami kenaikan dari 7,32 miliar rupiah pada tahun 2002 menjadi 8,63 miliar rupiah pada tahun 2003. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2003 peran sektor pertanian masih cukup dominan. Besarnya kontribusi sektor ini mencapai 24,94 persen tidak lepas dari pergerakan yang ditimbulkan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan yang merupakan urat nadi perekonomian di sumatera utara. Sektor industri mempunyai peranan sebesar 25,27 persen pada tahun 2003, jika dilihat peranan industri menurut besar kecilnya perusahaan kelompok industri besar menghasilkan nilai tambah terbesar. Sedangkan jika dilihat dari sektor industri makanan, minuman, dan tembakau menempati urutan pertama. Pada urutan terakhir ditempati oleh kelompok industri pengolahan lainnya. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia termasuk sumatera utara menurun sekitar 19,28 persen atau menjadi sebanyak 93.336 orang pada tahun 2002. Pada penyediaan energi, PT persero PLN, PDAM dan PT persero Gas Negara mengalami peningkatan dan masih dapat mencukupi kebutuhan energi penduduk Sumatera Utara. Pada tahun 1993, produksi listrik naik sebesar 4,25 persen, volume penjualan gas naik sebesar 5,54 persen dan volume air bersih yang dialirkan mengalami peningkatan hingga sebesar 4,06 persen. Pada sektor perhubungan, rasio jumlah kendaraan terhadap panjang jalan di tahun 2003 lebih tinggi daripada tahun 2002. Hal ini mencerminkan bahwa bertambahnya jumlah kendaraan lebih cepat daripada perkembangan panjang jalan. Pada tahun 2003, jumlah kendaraan bertambah sebesar 0,99 persen dimana sebagian besar 36,90 persen panjang jalan di sumatera utara dalam kondisi rusak. Universitas Sumatera Utara Meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2003 ternyata tidak diiringi dengan naiknya surplus perdagangan luar negeri. Surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara turun sebesar 3,12 persen dibanding tahun 2002. Menurunnya surplus perdagangan luar negeri ini disebebkan oleh menurunnya nilai eksport Sumatera Utara yang mencapai 7,06 persen. Turunnya nilai ekspor ini lebih disebabkan oleh menurunnya volume ekspor Sumatera Utara sebesar 17,10 persen dari 6,62 juta ton pada tahun 2002 hingga sekitar 5,49 ton pada tahun 2003. Sektor perbankan sebagai sektor yang paling sensitif dengan kondisi ekonomi menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dan juga kredit yang disalurkan oleh bank masing - masing sebesar 15,96 persen dan 30,45 persen. Sementara itu, persentase kredit yang disalurkan terhadap dana yang dihimpun oleh bank yang mengalami peningkatan dari 45,22 persen pada tahun 2002 menjadi 50,87 persen pada tahun 2003. Membaiknya sektor ini memberikan peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkan usahanya. Pada tahun 2004, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah 2003. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74 persen, yaitu meningkat dari 78,81 triliun rupiah pada tahun 2003 sebesar 4,81 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49 persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai sektor konstruksi sebesar 7,66 persen. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, sektor pertanian yang menyumbang sekitar 24,47 persen mampu mendongkrak perekonomian Sumatera Utara sebesar 3,75 persen. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dimana pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara hanya mencapai 2,51 persen. Menutup tahun 2005, perkembangan perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan perkembangan perekonomian yang cukup ketat. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan overshooting ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi high inflation . Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari - hari besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi. Hingga posisi Desember 2005, inflasi kalender Provinsi Sumatera Utara telah mencapai 22,41 persen, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2004 yang hanya sebesar 6,81 persen. Sepertinya pada inflasi, kegiatan ekonomi di Sumatera Utara selama tahun 2005 turut mengalami berbagai tantangan yang terjadi pada tahun 2005.

4.1.3 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumatera Utara