sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat. Pertama,
dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Dalam suatu
sistem ekonomi tertutup, kebutuhan petani akan barang-barang non makanan harus dipenuhi oleh industri dalam negeri. Jadi secara teoritis dengan asumsi bahwa faktor-
faktor lain mendukung, efek dari pertumbuhan pasar domestik terhadap perkembangan dan pertumbuhan industri domestik lebih terjamin daripada dalam
suatu sistem ekonomi terbuka. Sedangkan dalam sistem ekonomi terbuka, industri dalam negeri menghadapi persaingan dari barang impor. Dengan kata lain,
pertumbuhan konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin adanya pertumbuhan yang tinggi disektor-sektor non pertanian dalam negeri.
Kedua, jenis teknologi yangdigunakan disektor pertanian yang menentukan
tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau moddernisasi dari sektor tersebut. Permintaan terhadap barang-barang produksi dari sektor pertanian tradisional lebih
kecil baik dalam jumlah maupun komposisinya menurut jenis barang dibandingkan permintaan dari sektor pertanian modern.
c. Kontribusi faktor-foktor Produksi
faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi volume produksi produktivitas di sektor
pertanian adalah tenaga kerja.secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian tidak akan menurun sampai pada suatu titik diman laju pertumbuhan tenaga
kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja titik balik . Kesimpulan yang diperoleh dari keterangan diatas adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Lebih mudah bagi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan tenaga kerja nol persen di sektor pertanian jika jumlah tenaga kerja di sektor non pertanian
sudah mencapai suatu pangsa yang relatif besar, dibandingkan apabila pertanian masih merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga
kerja. Artinya jika di banyak negara sedang berkembang kondisi titik balik tidak mungkin dapat dicapai selama pembangunan ekonomi belum mencapai
suatu tahap akhir. 2. Semakin tinggi laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja, semakin sulit mencapai
titik balik. Implikasinya, semakin tinggi laju pertumbuhan populasi semakin sulit kondisi tersebut dicapai
d. Kontribusi Devisa
kontribusi sektor pertanian disuatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat pertumbuhan ekspor dan pengurangan impor negara tersebut atas komoditi-
komoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk
berbasis pertanian, seperti makanan, minuman, tekstil dan produk-produknya, barang- barang dari kulit, ban mobil, obat-obatan, dan lain-lain.
2.4.3 Keterkaitan Ekonomi Sektor Industri Kelapa Sawit dan Turunannya
Keterkaitan sektor industri kelapa sawit dan turunannya dengan sektor-sektor lainnya dapat dianalisis dengan memakai metedologi input-output I-O. Keterkaitan
Universitas Sumatera Utara
produksi menunjukkan ketergantungan dalam proses produksi antara proses-proses sektor lain. Ada dua bentuk keterkaitan produksi kebelakang.
Dalam bentuk keterkaitan ekonomi, sektor industri kelapa sawit dan turunannya mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi
disektor-sektor non pertanian. Surplus uang disektor industri kelapa sawit menjadi sumber dana investasi di sektor-sektor lain. Kedua, sebagai sumber bahan baku atau
input bagi sektor-sektor lain, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan. Ketiga, melalui peningkatan permintaan dipasar output dimana output industri kelapa sawit
dan turunannya sebagai sumber diversifikasi produksi disektor-sektor ekonomi lainnya.
Berdasarkan uraian ini dapat diprediksikan apabila sektor industri kelapa sawit dan turunannya mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestik
akan sangat besar akibat pengaruh sektor pertanian yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri kelapa sawit dan turunannya dengan pertanian juga
mengalami stagnasi kerena tiga fungsi dari industri kelapa sawit tersebut. Pembahasan teori mengenai keterkaitan ekonomi dengan industri pengolahan
dan turunannya dan studi-studi kasus di negara-negara afrika, asia, dan amerika latin yang membuktikan betapa pentingnya industri pengolahan kelapa sawit dan
turunannya bagi perkembangan hasil produksi di sektor pertanian.
2.4.4 Peranan Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya
Pabrik kelapa sawit merupakan industri untuk mengekstraksi minyak dari buah kelapa sawit. Sifat alami buah kelapa sawit tidak bisa disimpan lama. Maka,
Universitas Sumatera Utara
pengusaha kebun kelapa sawit untuk bermitra dengan pabrik kelapa sawit. Oleh sebab itu, pabrik kelapa sawit menjadi satu keharusan. Tanpa pabrik kelapa sawit buah
kelapa sawit tidak dapat dimanfaatkan. Dan adapun yang dimaksud dengan industri turunan adalah pabrik yang mengolah hasil dari produksi kelapa sawit yaitu minyak
sawit CPO, minyak inti sawit, dan minyak sawit lainnya. yang kemudian diolah menjadi produk-produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat, seperti minyak
goreng, sabun, margarin dan sebagai bahan baku pabrik-pabrik kimia salah satunya.
2.4.5 Perkembangan Industri Minyak Kelapa Sawit dan Turunannya Sumatera Utara
Dalam membahas permintaan ekspor minyak kelapa sawit CPO Sumatera Utara tidak bisa terlepas dari keadaan dan sumberdaya lingkungan fisik seperti
perkembangan luas areal dan produksi,perkembangan harga minyak kelapa sawit dalam dan luar negeri,total produksi CPO,sumbangan CPO kepada pendapatan
ekspor,sumbangan kepada tenaga kerja,perkembangan pasaran minyak kelapa sawit dunia,posisi dan kedudukan Minyak Kelapa Sawit Indonesia,pasaran minyak dan
lemak dalam negeri,serta peranan kantor pemasaran bersama yang mungkin berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit Sumatera utara.
2.4.6 Tujuan Pembangunan Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya
Universitas Sumatera Utara
Sejak reformasi, salah satu diskursus yang mengemuka dalam pembangunan ekonomi nasional adalah perlunya shifting paradigm agar pembangunan lebih
berbasis pada pertanian dalam arti luas sehingga industri yang seharusnya dikembangkan adalah industri manufaktur agro agroindustri. Pengembangan
agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas- luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Diakui atau tidak,
ekonomi Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah tidak
bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini, khususnya pertanian dalam arti luas.
Oleh karena itu, diperlukan keberanian untuk melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya.
Seperti diketahui, keunggulan komparatif perekonomian Indonesia adalah besarnya potensi sumber daya alam terbarukan renewable resource dan pengalaman
agroindustri sebagai penyelamat ekonomi kita selama krisis. Hasil kajian akhir tahun 2007 IPB, menunjukkan prospek agroindustri 2008 cukup cerah, mengingat adanya
tren kenaikan harga dan peluang pasar global sangat besar.
Langkah ini tentu perlu didukung dengan strategi peningkatan daya saing ekspor komoditas agroindustri untuk melakukan penetrasi di pasar internasional.
Strategi ini dapat ditempuh dengan pemetaan beberapa komoditas unggulan terlebih dulu, kemudian menyiapkan sejumlah strategi fungsional dan operasional
Universitas Sumatera Utara
pendukungnya. Dengan demikian, kebijakan yang dibuat pemerintah diharapkan lebih fokus, sistematis dan tepat sasaran.
2.5. Luas Lahan Kelapa Sawit 2.5.1 Pengertian Luas Lahan Kelapa Sawit
Luas lahan kelapa sawit adalah merupakan luas lahan pertanian atau areal tanaman perkebunan kelapa sawit yang di dalamnya terdapat pohon-pohon kelapa
sawit yang sedang mengeluarkan hasil buah kelapa sawit, pohon kelapa sawit yang sudah tua atau pohon-pohon yang sudah tidak mengeluarkan hasil buah kelapa sawit
dan pohon-pohon kelapa sawit yang belum berbuah atau pohon-pohon yang baru ditanam tetapi belum mengeluarkan hasil buah kelapa sawit. Luas kelapa sawit di
Sumatera Utara terdiri dari lahan yag dimiliki dan dikelola oleh perkebunan rakyat PR, Perkebunan Negara PN, Perkebunan Swasta Nasional PSN, dan Perkebunan
Swasta Asing PSA. Keempat pengusaha perkebunan ini memiliki ciri-ciri yang berbeda dilihat dari segi luas lahan yang dimiliki, tingkat produktivitas lahan kelapa
sawit, pengelolaan dan sumber dana untuk investasi. Afifuddin, 2002 Luas lahan menghasilkan adalah merupakan luas lahan tanaman pertanian
yang terdapat pohon-pohon yang mengeluarkan hasil buah kelapa sawit. pohon- pohon yang menghasilkan bagi komoditi kelapa sawit adalah pohon-pohon yang
berumur 4 empat tahun keatas Khera, 1978; 45 luas lahan menghasilkan pada suatu masa tertentu adalah tergantung kepada keputusan untuk menanam pada masa
lalu. Petani produsen membuat keputusan untuk menanam kelapa sawit adalah berdasarkan kepada ekspektasi permintaan harga, opportunity cost atau biaya
Universitas Sumatera Utara
pendapatan penggunaan alternatif lahan tanaman perkebunan, biaya produksi, serta resiko ketidakpastian dalam penanaman kelapa sawit tersebut.
Kelapa sawit ialah sejenis tanaman keras, pohon kelapa sawit mulai mengeluarkan hasil antara empat atau lima tahun setelah pohon tersebut ditananam.
Hayat produtivitas melebihi 25 tahun, hasil kelapa sawit meningkat dengan cepat dalam masa 7-10 tahun setelah ditanam dan seterusnya menurun secara perlahan, ciri-
ciri tanaman kelapa sawit produksi yang tertangguh yang merupakan ciri penawaran dan masa produktif yang panjang adalah penting untuk memahami prilaku produksi
dan investasi kelapa sawit. Afifuddin 1989; 110 Berdasarkan teori ekonomi dalam pasar persaingan sempurna dalam jangka
pendek produsen tidak dapat mengubah kapasitas produksi, sedangkan untuk penigkatan industri, tidak ada produsen baru yang memasuki pasar. Untuk tanaman
keras, dalam jangka pendek adalah menuai hasil panen, atau tidak, untuk tanaman kelapa sawit, hasil panen dipengaruhi oleh tingkat keseringan pemungutan buah atau
mengutip buah kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya IT, ekspor hasil pertanian kelapa sawit,
dan turunannya. Investasi yang diterima disektor industri pengolahan kelapa sawit sebagai upaya membangun pertanian yang berperan terhadap penyerapan tenaga kerja
di Sumatera Utara periode 1985-2005.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder yang bersumber primer dicatat dari Biro Pusat Statistik BPS Propinsi Sumatera Utara, kurun waktu tahun
1985-2005 21 tahun, Dinas Ketenagakerjaan DISNAKER Sumatera Utara.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara