Perkembangan Ekspor Sabun Sumatera Utara Tabel 12. Perkembangan Ekspor Oleochemical Sumatera Utara

4.3.5. Perkembangan Ekspor Sabun Sumatera Utara Tabel 12.

Perkembangan Ekspor Sabun Mandi Sumatera Utara 1990-2005 Tahun Sabun Mandi Ton Pertumbuhan Nilai FOB US Pertumbuhan 1990 88 0,0 58.927 0,0 1991 86 -2,7 78.514 33,2 1992 107 23,9 88.647 12,9 1993 803 654,3 777.377 776,9 1994 1.966 144,7 1.914.270 146,2 1995 2.693 37,0 2.679.408 40,0 1996 5.783 114,8 4.631.005 72,8 1997 4.984 -13,8 3.940.636 -14,9 1998 6.323 26,9 5.352.751 35,8 1999 2.877 -54,5 2.829.006 -47,2 2000 3.611 25,5 3.278.673 15,9 2001 2.782 -22,9 2.311.665 -29,5 2002 1.985 -28,7 1.877.040 -18,8 2003 7.411 273,4 3.801.635 102,5 2004 14.837 100,2 6.381.216 67,9 2005 5.421 -63,5 5.420.869 -15,0 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara berbagai tahun Diolah Perkembangan ekspor sabun mandi berkembang pesat dimulai pada tahun 1994 sebesar 1.966 ton atau meningkat 144,7 dari tahun sebelumnya. Ekspor sabun mandi meningkat terus hingga pada tahun 1998 telah mencapai 6.323 ton meningkat 26,9 dari tahun sebelumnya yaitu 4.984 ton. Tahun-tahun berikutnya ekspor sabun mandi cenderung mengalami penurunan dan baru pada tahun 2003 meningkat 273,4 menjadi 7,411 ton dari 4.984 ton pada tahun 2002, tahun 2004 ekspor sabun mandi melonjak menjadi 14.837 ton tertinggi dalam kurun waktu 16 tahun terakhir, Universitas Sumatera Utara namun pada tahun 2005 kembali mengalami penurunan menjadi 5.421 ton atau menurun 63,5 .

4.3.6 Perkembangan Ekspor Oleochemical Sumatera Utara

Ekspor Oleochemical Sumatera Utara secara keseluhan dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat berfluktuasi, fluktuasi tersebut terjadi pada keseluruhan jenis produk baik itu Fatty Acid, Glycerine dan Fatty Alcohol. Ekspor Fatty Acid merupakan jenis yang terbanyak di ekspor dimana tahun 1989 tercatat sebesar 6.264 ton, kemudian pada tahun 2005 menjadi 54.850 ton atau rata-rata pertumbuhannya adalah 32,07 pertahun dalam kurun waktu 16 tahun 1989-2005. Tidak seperti Fatty Acid yang mengalami Fluktuasi yang tidak terlalu jauh setiap tahunnya, ekspor Glycerine mengalami fluktuasi yang sangat tidak merata setiap tahunnya, pada tahun 1989 sebesar 40 ton, kemudian pada tahun 1994 meningkat menjadi 1.659 ton, pada tahun-tahun berikutnya ekspornya mengalami peningkatan sehingga pada tahun 1999 ekspornya telah mencapai 34.611 ton. Pada tahun 2000 dengan diterapkannya pelarangan ekspor produk 34.611 ton. Pada tahun 2001 dengan diterapkannya pelangaran ekspor produk CPO dan turunannya mengakibatkan ekspor Glycerine anjlok kembali menjadi 300 ton. Tahun-tahun berikutnya ekspor Glycerine terus mengalami fluktuasi dan akhirnya pada tahun 2005 menjadi sebesar 1.163 ton. Secara keseluruhan pertumbuhan rata-rata pertahun ekspor Glycerine menunjukkan angka yang sangat luar biasa yaitu 333 dalam kurun waktu 17 tahun 1989-2005, namun kenyataannya di lapangan ekspor Glycerine belum menunjukkan angka sebesar ekspor Fatty Acid. Universitas Sumatera Utara Tidak sama seperti ekspor Glycerine dan Fatty Acid, ekspor Fatty alkohol baru dimulai tahun 1994 yaitu sebesar 12.206 ton, namun pada tahun 1998 menurun menjadi 1.549 ton sejalan dengan mulai diterapkannya pajak ekspor CPO dan produk turunannya pada tahun 1994, pada tahun-tahun berikutnya ekspornya mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2000 ekspornya telah mencapai 73.392 ton. Pada tahun 2001 dengan diterapkannya pelarangan ekspor produk CPO dan turunannya mengakibatkan ekspor Fatty Alkohol juga turun menjadi 15.168 ton. Secara keseluruhan rata-rata pertahun ekspor Fatty Alkohol menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 112,81 dalam kurun waktu 12 tahun 1994-2005, Diversifikasi industri turunan hilir minyak sawit dan minyak inti sawit dapat dikelompokkan menjadi produk pangan sejumlah 90 dan produk-produk non pangan sejumlah 10 berupa produk-produk sabun dan oleo kimia. penggunaan terbesar minyak kelapa sawit adalah untuk minyak goreng yaitu sekita 71 sedangkan bila digabungkan dengan margarin shortening menjadi sekitar 75. Sisanya sekitar 25 digunakan dalam bentuk sabun, oleo kimia dan bentuk lainnya. Produk turunan CPO didominasi industri produk pangan yakni industri minyak goreng, margarin dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

4.3.7 Perkembangan Jumlah Industri Kelapa Sawit dan Turunannya di Sumatera Utara