2.3.2 Peranan Dan Manfaat Ekspor
Ekspor adalah salah satu sektor pertanian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa dimana dapat mengadakan perluasan dalam
sektor industri ,sehingga mendorong dalam industri lain,selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian Baldwin,1965. Dari defenisi diatas dapat dilihat
peranan sektor ekspor yaitu: 1. Pasar diseberang lautan memperluas pasar bagi barang – barang tertentu.
Sebagaimana ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang
lautan daripada hanya dipasar dalam negeri yang lebih sempit . 2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru ,akibat nya permintaan
akan barang – abarang dipasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong industri industri dalam negeri mencari inovasi yang
ditujukan untuk menaikkan produktifitas. 3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan , karena industri
tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkannyaseandainya barang – barang itu akan dijual didalam
negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan trasnportasi yang belum memadai.
Dengan demikian ,selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar neger,ekspor juga menambah permintaan dalam negeri ,sehingga
secara langsung ekspor memperbesar output industri – industri itu sendiri,dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk menggunakan
Universitas Sumatera Utara
faktor produksinya,misalnya modal,dan juga menggunakan metode – metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di
pasar perdagangan internasional.
2.3.3 Deskripsi Crude Palm Oil CPO 1. Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman sawit merupakan suatu jenis tanaman palma yang mempunyai Produk olahan utama berupa minyak sawit mentah - crude palm oil CPO memiliki
potensi pasar yang baik, baik nasional, maupun luar negeri ekspor. Produksi minyak sawit dunia tidak saja digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, akan tetapi
juga telah diolah lebih lanjut menjadi salah satu bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk automotif yang disebut biodesel. Saat ini, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit PPKS telah berhasil mengembangkan palm biodiesel dari minyak sawit mentah CPO. Selain itu, lembaga-lembaga penelitian seperti LPND, LPD,
Perguruan Tinggi, maupun Badan Usaha Milik Negara juga telah melakukan kegiatan serupa olahan lanjut dari CPO.
Walaupun demikian, tercatat bahwa ekspor terbesar hasil olahan dari kelapa sawit adalah CPO dan sebagian besar hasil ekspor ini 60 kembali ke Indonesia
berupa produk-produk olahan lanjutan, seperti kosmetika. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kerangka sistem pengelolaan interaksi proses inovasi belum terlihat
adanya peran litbang untuk mendukung industri pengolahan kelapa sawit, atau industri belum mampu menyerap hasil-hasil litbang yang telah ada
Bisnis Indonesia, Desember 2005
Universitas Sumatera Utara
2. Gambaran Umum Produksi Minyak Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan
kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat samapi enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut
sebagi periode matang the mature periode, dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar Fresh Fruit Bunch. Tanaman kelapa sawit pada
usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar. Dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati
Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit kernel, dimana daging sawit dapat diolah
menjadi CPO crude palm oil sedangkan buah sawit diolah menjadi PK kernel palm
. Ekstraksi CPO rata-rata 20 sedangkan PK 2.5. Sementara itu serta dan cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO Refined,
Bleached and Deodorized Palm Oil . Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk
produksi minyak sawit padat RBD Stearin dan untuk produksi minyak sawit cair RBD Olein. RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng.
Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK
dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73 olein, 21 stearin, 5 PFAD Palm Fatty Acid Distillate dan 0.5 buangan .
Berikut ini bagan proses penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit.
Diagram 2.1 Proses Penyulingan Minyak
Universitas Sumatera Utara
Diagram 2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
2.3.4 Ekspor Hasil Industri Kelapa Sawit dan Turunannya
Dibidang industri khususnya industri yang berorientasi ekspor seperti industri kelapa sawit dan industri turunannya juga dilaksanakan penyesuaian-penyesuaian
adjusment yaitu dari stretegi industri substitusi impor menuju strategi industri yang berorientasi pada pasar global. Setelah dikeluarkan kebijaksanaan deregulasi
diperbankan, maka seterus berbagai perangkat kebijaksanaan deregulasi dan
Universitas Sumatera Utara
debirokratisasi telah dikeluarkan oleh pemerintah. Hasilnya dapat dilihat adalah menaiknya nilai ekspor dan bergesernya posisi ekspor minyak dan gas migas yang
semula mendominasi nilai ekspor Indonesia digantikan oleh ekspor non-migas sejak
tahun 19861987 keragaan performance ekspor non-migas yang cemerlang sejak
tahun 19861987 terus di ikuti dengan terus menaiknya jumlah nilai ekspor yang berasal dari produk industri kelapa sawit. Selain mengandalkan pasar domestik, pasar
ekspor merupakan pasar utama CPO Indonesia. Ekspor CPO pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7-8 per
tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya
tingkat pajak ekspor. Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5, maka ekspor CPO diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8 per tahun. Pada
periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5-8 per tahun sehingga volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5.4 juta ton. ekspor ini sepenuhnya
didukung oleh ekspor cpo dari Sumatera Utara. Seperti di jelaskan sebelumnya volume dan nilai ekspor hasil industri kelapa
sawit dan turunannya semakin meningkat. Maka ekspor hasil industri menduduki urutan pertama yang di ikuti ekspor hasil perikanan dan peternakan.
Beberapa variabel penting yang erat berpengaruh terhadap masa depan eksport hasil industri kelapa sawit dan turunannya adalah :
a Situasi ekonomi internasional.akibat situasi yang kurang mantap di Timur Tengah dan Eropa mendorong pasar dunia beralih kekawasan Asia Pasifik.
Universitas Sumatera Utara
b Proteksionisme dari negara-negara maju.karena volume ekspor Indonesia untuk tiap komoditi adalah relatif kecil maka pemerintah perlu berhati-hati dalam
mengantisipasi gejala proteksionisme negara-negara maju.
c Perubahan kebijaksanaan organisasi perdagangan dunia termasuk pemanfaatan
perundingan GATT dan sebagainya.
d Sistem globalisasi yang timbul karena pengaruh semakin majunya teknologi informasi cenderung memperpendek jarak antar bangsa yang satu dengan yang
lainnya,antar satu sistem perdagangan satu sama lain.konsekuensi bagi negara berkembang adalah perlunya profesionalisme dan meningkatkan daya saing
produk-produk dalam negeri.
Disamping masalah-masalah internasional yang mempengaruhi peluang ekspor hasil industri kelapa sawit dan turunannya, maka variabel yang berasal dari
dalam negeri juga tidak kalah pentingnya, yaitu antara lain : 1 Situasi dan kondisi politik dan keamanan yang mantap, maka akan mendorong
situasi perekonomian yang kondusif unruk melakukan ekspor. 2 Bila produktifitas nasional meningkat maka produksi meningkat dan peluang
ekspor di mungkinkan terus meningkat. 3 Deregulasi dan debirokratisasi. Sektor-sektor ekonomi yang belum tersentuh oleh
kebijaksanaan ini masih memungkinkan untuk memberikan peluang meningkatkan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis yang dilakukan FAO 2001, Mielke 2001, dan Susila 2002 menunjukkan bahwa propek pasar CPO di pasar internasional relatif masih cerah.
Hal ini antara lain tercermin dari sisi konsumsi yang diperkirakan masih terbuka dengan laju pertumbuhan konsumsi CPO dunia diproyeksikan mencapai sekitar
3.5-4.5 per tahun sampai dengan tahun 2005 Gambar 1. Dengan demikian, konsumsi CPO dunia pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai 27.67 juta ton. Untuk
jangka panjang, laju peningkatan konsumsi diperkirakan sekitar 3 per tahun.
2.3.5 Prospek CPO dan Turunannya Di Pasar Internasional