Sementara itu, sektor pertanian yang menyumbang sekitar 24,47 persen mampu mendongkrak perekonomian Sumatera Utara sebesar 3,75 persen.
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dimana pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara hanya mencapai 2,51 persen.
Menutup tahun 2005, perkembangan perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan perkembangan perekonomian yang cukup ketat. Kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan overshooting ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga dan pada
akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi high inflation . Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari - hari
besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi. Hingga posisi Desember 2005, inflasi kalender Provinsi Sumatera Utara telah
mencapai 22,41 persen, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2004 yang hanya sebesar 6,81 persen. Sepertinya pada inflasi, kegiatan ekonomi di
Sumatera Utara selama tahun 2005 turut mengalami berbagai tantangan yang terjadi pada tahun 2005.
4.1.3 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumatera Utara
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Sumatera Utara setiap tahun tampak berfluktuasi. Tahun 2003 TPAK 57,34 , tahun 2004 68,95 , dan tahun
2005 71,94 . Angkatan kerja Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah nyakni sebesar 41,96 , SMTP dan SMA 26,42 dan sisanya5,14 .
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produktifitas belum maksimal.
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Sumatera Utara Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut
Jenis Kegiatan Tahun 2003-2005 Jiwa Jenis kegiatan
2003 2004
2005
1. Angkatan kerja 5239910
5514170 5803112
a. Bekerja 4835793
4756078 5166132
b. Mencari kerja 4044117
758092 636980
2. Bukan angkatan kerja 2650673
2482832 2263896
3. Tenaga Kerja 7890583
7997002 8067008
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2006, Sumut Angka angkatan kerja Sumatera Utara tahun 2005 5,80 juta jiwa dengan 5,16
juta jiwa bekerja dan 636 ribu mencari kerja. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa tahun 2005 terjadi peningkatan angkatan kerja yang cukup tinggi dibanding
tahun sebelumnya, demikian juga angka penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi sehingga dapat mengikuti peningkatan angkatan kerja
dan jumlah penduduk pencari kerja menganggur mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Persentase Penduduk Sumatera Utara yang Bekerja
Tahun 2003-2005 jiwa
Status Pekerja Utama Tahun
2003 2004
2005
1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain
21,13 19,18
17,67
2. Berusaha dibantu anggota rumah tangga buruh tak
tetap 20,91
22,68 23,11
3. Berusaha dengan buruh tetap
3,00 2,52
2,08 4. Buruh karyawan
27,50 27,98
28,44 5. Pekerja bebas Pertanian
1,67 2,30
2,96 6. Pekerja bebas non-pertanian
1,71 2,02
2,50 7. Pekerja keluarga
24,07 22,32
23,24
Total 100
100 100
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2006, BPS Sumut Tahun 2005, sebanyak 28,44 adalah buruh atau karyawan, penduduk yang
bekerja sebagai pekerja keluarga 23,24 dan penduduk yang berusaha dengan dibantu anggota keluarga 23,11 yang mengalami peningkatan dinbanding tahun
sebelumnya. Penduduk yang berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain 17,67 dan pengusaha yang mempekerjakan buruhbukan anggota keluarga 2,08 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Perkembangan Angka Penyerapan Tenaga Kerja Sumatera Utara
Usia 15 tahun ke Atas Tahun 1885-2005 jiwa
Tahun Angka Penyerapan Tenaga Kerja
1985 3 394 159
1986 3 565 218
1987 3 954 000
1988 4 002 435
1989 4 138 792
1990 3 820 329
1991 3 985 217
1992 4 099 809
1993 4 193 154
1994 4 318 993
1995 4 493 198
1996 4 575 651
1997 4 642 728
1998 4 747 872
1999 3 820 329
2000 5 037 500
2001 4 977 323
2002 4 928 353
2003 4 835 793
2004 4 756 708
2005 5 166 132
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2006, BPS Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa angka penyerapan tenaga kerja mengalami perubahan yang tidak menentu dimana terlihat adanya peningkatan tenaga
kerja pada tahun 1998 yang kemudian mengalami penurunan pada tahun 1999 dan di ikuti peningkatan yang cukup besar pada tahun 2000. hal ini diakibatkan menurunnya
aktifitas produksi pada masa krisis ekonomi tahun 1997-1998. Sementara tahun 2005, angka penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Persentase Penduduk Sumatera Utara Usia 15 Tahun ke Atas
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2005
Lapangan Usaha Tahun
2003 2004
2005 Pertanian, Kehutanan, Perkebunan,
Perikanan, Peternakan 56,03
51,60 52,68
Industri Pengolahan 6,00
8,07 6,01
Pertambangan, Penggalian 0,33
0,62 0,21
Listrik, gas dan air 0,30
0,25 0,25
Bangunan 3,56
4,11 4,05
Perdagangan 16,69
17,18 17,67
Pengangkutan dan komunikasi 5,77
6,28 6,35
Bank dan lembaga keuangan lainnya 0,98
1,00 2,23
Jasa kemasyarakatan 10,24
10,78 10,55
Lainnya 0,09
0,11 ---
Total 100
100 100
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2006, BPS Sumatera Utara Dalam kondisi di atas dapat diketahui bahwa apabila lapangan usaha sektor
pertanian disntaranya diversifikasi dengan industri pengolahan maka persentase penduduk dalam penyediaan kesempatan kerja di Sumatera Utara. Dimana sektor
pertanian dan sektor industri mampu menyerap setengah dari total angka penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh diversifikasi antara dua sektor.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sumatera Utara di Sektor Industri
Pengolahan kelapa sawit dan Turunannya Tahun 1985-2005 Tahun
Angka penyerapan sektor Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan
Turunannya
1985 1 134 322
1986 1 221 363
1987 1 296 857
1988 1 382 654
1989 1 433 702
1990 1 309 743
1991 1 598 788
1992 1 604 592
1993 1 741 923
1994 1 509 257
1995 1 478 104
1996 1 589 894
1997 1 425 381
1998 1 608 706
1999 1 679 078
2000 1 650 396
2001 1 749 212
2002 1 738 143
2003 1 709 494
2004 1 451 040
2005 1 721 518
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 1985-2006, BPS Sumut
4.2 Perkembangan Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa Sawit dan Turunannya Dan yang harus di Bayar Petani Kelapa sawit dan
turunannya, dan Nilai Tukar Petani Kelapa Sawit dan Turunannya.
Nilai Tukar Petani Kelapa Sawit dan Turunannya NTP dipakai sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan pekerja di sektor tersebut. NTP
adalah rasio antara indeks haraga yang diterima petani kelapa sawit dan
Universitas Sumatera Utara
turunannyaIT dengan indeks harga yang dibayar petani kelapa sawit dan turunannya IB yang dinyatakan dalam persentase. Nilai Tukar Petani kelapa sawit dan
turunannya NTP Sumatera Utara tahun 2005 adalah 94,9 dengan indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya IT 464,7 dan Indeks harga yang
dibayar petani kelapa sawit danturunannya IB 489,9.
Tabel 9. Perkembangan Indeks Harga yang diterima Petani Kelapa Sawit dan
Turunannya IT, Indeks Harga yang dibayar Petani Kelapa Sawit IB, dan Nilai Tukar Petani Kelapa Sawit dan turunannya NTP Sumatera Utara
Tahun 1985-2005 Tahun Dasar 1993
Tahun Indeks Harga yang
diterima petani kelapa Sawit dan turunannya
IT Indeks Harga
yang dibayar petani kelapa
sawit dan turunannya IB
Persentase Nilai Tukar Petani
kelapa sawit dan turunannya NTP
1985 96,23
100,70 95,56
1986 100,23
112,10 89,41
1987 115,62
118,80 97,32
1988 119,60
120,50 99,25
1989 122,30
124,90 97,92
1990 122,60
126,90 96,61
1991 132,50
138,60 95,60
1992 139,30
148,20 94,00
1993 135,40
158,90 85,21
1994 153,90
173,50 88,70
1995 183,90
202,40 90,86
1996 195,40
225,40 86,69
1997 213,10
248,20 85,86
1998 344,20
422,10 81,54
1999 290,00
326,60 88,79
2000 351,70
351,70 100
2001 408,20
408,20 100
2002 500,50
510,40 98,06
2003 569,10
572,30 99,44
2004 663,20
631,80 104,97
2005 464,70
489,90 94,87
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2006, BPS Sumut
Universitas Sumatera Utara
Dari kondisi di atas terlihat bahwa tingkat kesejahteraan pada sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya pada tahun 1999 masih rendah. Kesimpulan
tersebut dikarenakan nilai tukar petani kelapa sawit dan turunannya yang masih rendah dimana Indeks harga yang diterima petani kelapa sawit dan turunannya lebih
kecil dari indeks harga yang dibayar petani kelapa sawit dan turunannya.
4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Kelapa Sawit dan Turunannya di Sumatera Utara.