pemerintah tidak sesuai dengan harapan mereka karena menurut mereka lebih banyak merugikan bagi mereka.
Para pembeli juga mengeluhkan hal tersebut. Yaitu dengan pedagang demo maka mereka kesulitan untuk berbelanja. Sehingga pada saat pedagang demo selama tiga hari
tersebut banyak pembeli yang memilih untuk sementara berbelanja ke pasar tradisional yang lain seperti misalnya Pasar Titi Papan.
4.2.7. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Proses Relokasi Pasar Yuka
Kegagalan adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh siapapun. Semua orang pasti menginginkan kesuksesan dan keberhasilan. Namun tidak dipungkiri kegagalan juga
sering dihadapi oleh siapapun. Dan pasti ada hal-hal yang menjadi penyebab dari kegagalan itu sendiri. Seperti misalnya yang terjadi pada proses relokasi Pasar
Tradisional Yuka ini. Diketahui alasan yang paling banyak dikemukakan oleh pedagang mengapa mereka banyak yang menolak untuk direlokasi adalah karena lokasi pasar
tempat tujuan relokasi tidak sesuai dengan keinginan pedagang, selain itu masih minimnya sarana dan fasilitas pendukung di tempat lokasi yang baru. Seperti penuturan
Ibu Halimah berikut ini. “…Kalau ditanya pendapat saya sebenarnya yang menjadi penyebab kegagalan dari
proses relokasi tersebut yang pertama adalah karena pemerintah tidak tegas dalam membuat kebijakan, yang kedua sosialisasi yang dilakukan kurang maksimal, tidak
dilakukan survey terlebih dahulu ke pedagang sehingga pemerintah tidak tahu tentang keinginan pedagang, kemudian pemilihan lokasi yang jauh dan tidak strategis susah
dijangkau sehingga pembeli enggan untuk berkunjung dan yang terakhir adalah karena sara transportasi ke lokasi pasar yang baru jumlah armadanya terbatas sehingga
menambah biaya operasional bagi para pedagang dan juga pembeli…” Wawancara April 2011
Universitas Sumatera Utara
Lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini. Pertama, Faktor yang paling banyak dituding sebagai penyebab kegagalan dari
relokasi tersebut adalah perihal pemilihan lokasi tempat tujuan relokasi. Menurut para pedagang lokasi tempat tujuan relokasi sangat jauh dan tidak strategis. Hal ini membuat
para pedagang menjadi enggan untuk direlokasi karena berbagai alasan : 1.
Karena jauhnya lokasi para pembeli enggan untuk berbelanja di tempat tersebut. Alhasil pasar menjadi sepi dari pembeli.
2. Aktifitas pasar menjadi menurun. Pasar tidak terlalu aktif dalam beraktifitas.
3. Pedagang kehilangan pelanggannya karena para pelanggan lebih memilih untuk
berbelanja ditempat lain yang dinilai lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. 4.
Biaya operasional pedagang juga semakin bertambah, seperti misalnya biaya transportasi dan pengangkutan barang dagangan mereka.
5. Hal tersebut jelas mempengaruhi keuntungan yang mereka peroleh.
Karena itulah maka para pedagang Pasar Yuka yang telah pindah ke lokasi yang baru memilih untuk kembali lagi ke lokasi awal mereka berjualan. Jelas saja dengan
kembalinya mereka ke lokasi yang awal maka turut juga mengembalikan pendapatan mereka yang sempat menurun selama berdagang di lokasi pasar yang baru. Di lokasi
yang lama mereka bisa memperoleh keuntungan yang besar. Kedua, masih beroperasinya Pasar yang Lama menjadi salah satu kendala bagi
para pedagang yang telah direlokasikan ke lokasi yang baru. Karena hal tersebut menjadi hambatan terbesar dalam meraih perhatian pembeli. Pasar yang baru menjadi kalah
bersaing dengan pasar yang lama. Dan dengan berbagai alasan pembeli lebih memilih untuk berbelanja di Pasar Yuka ketimbang di pasar yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang ketiga masih ada kaitannya dengan faktor yang kedua yaitu faktor dari pedagang itu sendiri. Pedagang sudah merasa nyaman berdagang di lokasi Pasar
Yuka ini sehingga mereka tidak ingin pindah kemana-mana. Hal tersebut disebabkan karena lokasi Pasar Yuka ini dekat dengan tempat tinggal mereka yang memang rata-rata
tinggal di Komplek Yuka. dengan begitu mereka tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mengangkut barang dagangan mereka. Beda halnya apabila mereka berdagang di
lokasi yang baru. Mereka harus mengeluarkan biaya untuk keperluan pengangkutan barang dagangan mereka.
Keempat, selain lokasinya yang jauh, infrastruktur untuk menuju ke lokasi pasar yang baru pun kurang memadai. Seperti misalnya sarana transportasi. Jumlah angkutan
umum untuk menuju ke lokasi pasar yang baru sangat terbatas, tidak seperti angkutan yang melewati Pasar Yuka. Kemudian juga kondisi jalan untuk menuju ke lokasi pasar
yang baru sudah rusak dan berlubang-lubang. Hal ini menjadi alasan yang kuat bagi siapa pun enggan untuk berkunjung kesana.
Kelima, kurangnya ketegasan pemerintah dalam membuat kebijakannya. Hal ini jelas sangat mempengaruhi jalannya suatu program yang direncanakan oleh pemerintah.
Kalu saja pemerintah bisa mengambil tindakan yang cepat, tepat dan tegas pastinya hal seperti ini tidak akan terjadi bahkan pastinya akan menuai keberhasilan. Apalagi
sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kurang maksimal. Pihak-pihak yang melakukan proses relokasi hanya melakukan sosialisasi dalam bentuk selebaran-selebaran
berupa brosur untuk memasarkan kios-kios di pasar yang baru. Pendekatan yang dilakukan pemerintah pun sifatnya persuasif jadi tidak ada pemaksaan di dalamnya. Maka
Universitas Sumatera Utara
dari itu hanya para pedagang yang paham saja yang bersedia untuk dipindahkan tetapi lebih banyak lagi pedagang yang tidak beresedia untuk dipindahkan.
Keenam, sebelum melakukan relokasi para pedagang mengaku bahwa tidak pernah ada dilakukan survey terlebih dahulu oleh pihak yang akan melakukan proses
relokasi. Hal ini menyebabkan pihak pemerintah tidak mengerti akan keluhan-keluhan ataupun hal-hal yang diinginkan oleh pedagang. Bisa jadi hal inilah yang menjadi
penyebab utama dari kegagalan proses relokasi Pasar Yuka. Karena tidak ada persiapan yang matang dalam membuat sebuah rencana dan juga sebuah keputusan.
Ketujuh, pedagang dihimbau untuk segera pindah ke lokasi yang baru tetapi pedagang diwajibkan untuk membeli ataupun menyewa kios-kios yang telah tersedia.
Menurut pengakuan para pedagang harga kios-kios tersebut terlalu mahal. Sebagian besar pedagang tidak mampu untuk membelinya mengingat mayoritas pedagang yang ada di
Pasar Tradisional Yuka ini merupakan pedagang kecil yang memiliki modal terbatas. Faktor kedelapan, adalah karena pihak pemerintah kurang transparan dalam
melakukan kebijakannya. Proses relokasi ini dinilai sebagai ulah dari para investor ataupun developer yang hanya mencari keuntungan semata sehingga mengesampingkan
kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari harga kios yang dinilai terlalu tinggi dan tidak disesuaikan dengan kemampuan pedagang. Kalau memang pemerintah berniat
melakukan relokasi untuk membantu pedagang seharusnya pemerintah mematok harga yang sesuai dengan kemampuan pedagang Pasar Tradisional Yuka yang mayoritas
merupakan pedagang kecil. Faktor kesembilan, di lokasi pasar yang baru pedagang mengakui bahwasanya
banyak dipungut iuran sehingga dirasa sedikit memberatkan bagi pedagang apabila
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan pendapatan mereka yang sedikit menurun. Pungutan-pungutan tersebut seperti misalnya pungutan kebersihan, pungutan keamanan jaga malam, dan juga
biaya sewa tempat berjualan. Sedangkan di lokasi pasar Yuka mereka hanya dipungut iuran kebersihan saja sebesar Rp.1.000,- per hari.
Sebelumnya juga ada sebuah penelitian mengenai relokasi PKL yang mengalami kegagalan dan menguraikan beberapa faktor penyebabnya. Yaitu seperti yang
dikemukakan Hendi Yulianto 2008 dalam penelitiannya mengenai Studi Implementasi Pengaturan dan Pembainaan PKL dalam Program Relokasi PKL di Wilayah Kecamatan
Semarang Timur. Ia menyebutkan bahwa gagalnya program relokasi disebabkan karena: a.
Di dalam implementasi suatu program, maka sosialisasi harus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang telah ditentukan, ini dapat dilihat dari kurang optimalnya sosialisasi
yang dilakukan dalam program Relokasi PKL ini dimana sosialisasi hanya dilakukan oleh pihak kecamatan.
Sedangkan untuk kasus relokasi Pasar Yuka ini sosialisasi dilakukan oleh pihak developer yang membangun pasar yang baru. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk
selebaran-selebaran yang dibagikan kepada pedagang. Isi selebaran tersebut adalah ajakan bagi para pedagang untuk segera membeli ataupun menyewa kios di lokasi
pasar yang baru. b.
Media yang digunakan kurang beragam dimana hanya menggunakan selebaran dan menyebabkan perbedaan persepsi antara petugas dengan pedagang ditambah dengan
kurangnya intensitas sosialisasi yang dilakukan sehingga pedagang tidak terlalu tahu tentang maksud dan tujuan program ini.
Universitas Sumatera Utara
Hal seperti ini juga terjadi pada proses relokasi Pasar Yuka. Dimana media sosialisasi yang digunakan hanya berupa selebaran-selebaran yang berisi tentang pemasaran kios
yang baru. Bagi pedagang yang tidak paham maka ia tidak akan bersedia untuk pindah ke lokasi yang baru.
c. Informasi yang disampaikan oleh petugas sampai pada setiap PKL kurang efektif
untuk mempengaruhi PKL melaksanakan relokasi. Seperti yang terlihat pada proses relokasi Pasar Yuka ini, pedagang banyak yang
tidak paham akan maksud dan tujuan pemerintah merelokasi Pasar Yuka ke lokasi pasar yang telah disediakan oleh pemerintah. Alhasil banyak pedagang yang memilih
untuk tetap bertahan di lokasi yang lama. d.
Dalam hal program Relokasi PKL ini diketahui bahwa ada sebagian dari penerima menolak untuk direlokasi disebabkan tempat relokasi tidak sesuai dengan keinginan
pedagang, selain itu masih minimnya sarana dan fasilitas pendukung di tempat lokasi yang baru.
Begitu juga yang terjadi pada proses relokasi Pasar Yuka ini, pedagang menilai bahwa rencana pemerintah tersebut tidak sesuai dengan keinginan pedagang.
Lokasinya tidak strategis, sarana dan prasarana menuju lokasi pasar yang baru kurang mendukung.
e. Kesadaran yang dimiliki oleh pedagang dalam melaksanakan program relokasi PKL
masih kurang hal ini dapat dilihat pada dukungan yang mereka berikan untuk mensukseskan program ini masih kurang.
Untuk kasus relokasi Pasar Yuka ini banyak pedagang yang tidak mendukung rencana pemerintah tersebut dengan alasan mereka telah merasa nyaman berdagang di
Universitas Sumatera Utara
lokasi yang lama karena strategis dan dekat dengan tempat tinggal mereka. Hal tersebut sangat menguatkan mereka untuk tidak mengikuti proses relokasi.
f. Karena tindakan sosial bersifat menular maka tindakan tegas oleh petugas tersebut
diatas perlu dijalankan dengan konsekuen. Maksudnya pemerintah harus lebih konsekuen dan lebih tegas dalam menjalankan
kebijakannya jangan setengah-setengah. Pemerintah harus lebih gencar dalam melaksanakan programnya agar para pedagang merasa yakin dan bersedia untuk
bekerjasama dengan para pedagang.
4.2.8. Harapan Pedagang terhadap Proses Relokasi Pasar Yuka