bersangkutan. Seperti yang dikatakan oleh Dove bahwa sebenarnya budaya tradisional tidak mengganggu proses pembangunan seperti misalnya relokasi Pasar Yuka ini.
4.2.4. Alasan Pemerintah Merelokasi Pasar Yuka ke Pasar Martubung
Sebuah rencana atau program dibuat pasti ada alasan yang mendasarinya. Seperti misalnya rencana pemerintah untuk merelokasi Pasar Tradisional Yuka ke lokasi yang
telah ditentukan oleh pemerintah yaitu pasar yang diberi nama Pasar martubung. Alasan- alasan tersebut ada yang mempertimbangkan aspek lingkungan, hukum, dan ekonomi.
Alasan yang pertama adalah karena pertimbangan hukum. Seperti yang diketahui bahwasanya Pasar Yuka ini merupakan sebuah pasar tradisional yang dikelola secara
sukarela oleh para pedagang. Hal ini membuat Pasar Yuka ini termasuk sebagai sektor informal dan pedagangnya juga banyak yang tergolong sebagai Pedagang Kaki Lima
PKL. Karena pasar ini merupakan sektor informal maka tidak ada surat keputusan yang mengatur tentang perizinan nya. Pasar ini tidak terdaftar di PD pasar dan tidak ada yang
mengelolanya secara resmi. Jadi pasar ini tidak memiliki kekuatan hokum seperti izin, administrasi dari Pemko Medan. Tetapi saat ini pasar tersebut telah mengantongi surat
izin dari Pemko yang baru berlaku setahun ini. Dan sudah ada yang mengelolanya yaitu P3TM Persatuan Pedagang Pasar Tadisional Kota Medan. Hanya saja masih belum
cukup kuat di mata hukum. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Jasayas Tarigan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pasar Sentosa di Jalan Gurillas tetapi ia juga adalah
merupakan mantan kepala Pasar Martubung periode pertama sehingga ia cukup paham akan permasalahan yang terjadi terkait dengan proses relokasi Pasar Yuka.
“…alasan yang paling mendasar dari pemindahan Pasar Yuka ke Pasar Martubung adalah karena pada saat itu pasar tersebut tidak memiliki kekuatan hukum seperti izin
Universitas Sumatera Utara
dan juga administrasi dari Pemko Medan. Alasan yang lain adalah karena pasar itu berada di badan jalan masuk ke perumahan Komplek Yuka jadi mengganggu bagi
pengguna jalan dan juga saluran drainase menjadi tersumbat oleh sampah-sampah yang dihasilkan dari aktifitas pasar…”
Wawancara April 2011
Kemudian muncullah rencana pemerintah untuk merelokasi Pasar Yuka ini ke pasar Martubung dengan tujuan agar pasar yang semula illegal bisa menjadi legal dan
mempunyai kekuatan hukum. Hal itu juga menguntungkan bagi pedagang karena dengan begitu mereka pun akan terdaftar pula sebagai pedagang yang legal, tidak lagi sebagai
sektor informal. Mereka pun bisa berdagang dengan tenang tanpa perlu khawatir akan digusur keberadaannya.
Dari segi ekonomi alasannya adalah karena pemerintah juga ingin memperbaiki APBD. Kalau saja pasar tersebut masih menjadi sektor informal dan tidak terkelola
dengan baik maka pemerintah tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Padahal APBD untuk daerah yang bersangkutan bisa memperoleh pemasukan yang banyak dari kegiatan
pasar tradisional tersebut. Atas dasar itulah mengapa pemerintah melakukan program untuk merelokasi pasar tersebut ke pasar yang sudah terkelola dengan baik dan ada di
bawah naungan PD pasar. Dengan begitu keuntungan yang diperoleh juga pasti akan memberikan sumbangan untuk APBD.
Untuk alasan lingkungan adalah karena Pasar Tradisional yuka tersebut ada di badan jalan masuk ke Perumahan Komplek Yuka. Dengan begitu maka sudah tentu
sangat mengganggu bagi pengguna jalan. Jalan menjadi kotor dengan sampah-sampah dari aktifitas pasar. Terkadang juga menjadi becek yang juga disebabkan oleh aktifitas
pasar. Selain itu kegiatan pasar tersebut juga menggangu saluran drainase. Saluram drainase seperti got menjadi tersumbat karena adanya penumpukan sampah yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh pasa pedagang. Hal tersebut sering kali menjadi penyebab banjir apabila turun hujan karena air yang mengalir menjadi tidak lancar.
Itulah yang membuat pemerintah bersikeras untuk merelokasi Pasar Yuka tersebut ke tempat yang telah disediakan. Karena di lokasi yang baru pedagang tidak akan
menghadapi maslah seperti itu. Di lokasi yang baru pedagang bisa berdagang dengan tenang tanpa harus khawatir akan terkena sengatan matahari di waktu panas dan terkena
air hujan dikala hari hujan. Di lokasi yang baru bangunannya sudah permanen dan sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat berjualan. Kondisi jalanan yang becek juga tidak
akan ditemukan di pasar yang baru karena sudah terbuat dari konblok. Saluran drainase juga sudah dibuat sesuai kebutuhan sehingga tidak akan terjadi penyumbatan air seperti
yang sering kita temui di lokasi Pasar Yuka. Oleh sebab itu pemerintah sangat mengharapkan kerjasama yang baik bagi para pedagang agar bersedian untuk direlokasi
dengan berbagai pertimbangan tersebut. Pemerintah membuat suatu kebijakan juga memperhatikan dari kepentingan masyarakat. Hanya saja penyampaian nya yang kurang
tepat sehingga masyarakat tidak menangkap apa yang direncanakan oleh pemerintah. Semua itu terkait dengan budaya tradisional yang masih dianut oleh penduduk
setempat. Menurut Dove budaya tradisional sangat dan selalu terkait dengan proses perubahan ekonomi, sosial dan politik dari masyarakat pada tempat mana budaya
tradisional tersebut melekat. Banyak ilmuwan yang melihat budaya tradisional sebagai kekayaan nasional yang tidak berharga, dan yang lebih sering budaya tradisional sering
dianggap sebagai faktor yang mengganggu proses modernisasi atau paling tidak budaya tradisional sering dianggap sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap kegagalan
modernisasi. Jika demikian halnya, tidak heran jika kebanyakan ilmuwan sosial dan
Universitas Sumatera Utara
perencaan pembangunan Indonesia selalu berusaha melakukan devaluasi, depresiasi, atau bahkan eliminasi dari keseluruhan bentuk isi budaya tradisional Suwarsono, 1994: 62
Pasar tradisional juga merupakan salah satu sistem ekonomi yang masih bersifat tradisional, begitu juga Pasar Tradisional Yuka. Pemerintah merasa model seperti ini
tidak akan membawa perkembangan kemajuan untuk sistem ekonomi di Indonesia. Apalagi keberadaanyya seringkali dirasa mengganggu sebab seringkali lokasinya berada
di tempat yang tidak semestinya. Pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kumuh dan ruwet, yang telah menyebabkan rusaknya keindahan kota serta menimbulkan
kemacetan lalu lintas perkotaan. Oleh karenanya, pasar tradisional ini harus disingkirkan jauh-jauh dari kota melalui proses relokasi.
Pasar Yuka merupakan salah satu pasar tradisional yang keberadaannya dirasa mengganggu bagi sebagian orang. Oleh sebab itu pemerintah berencana untuk merelokasi
lokasi pasar tersebut ke lokasi pasar yang telah disediakan oleh pemerintah. Namun rencana tersebut tidak disambut baik oleh para pedagang. Mereka enggan untuk
direlokasi dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah karena mereka telah merasa nyaman berdagang di lokasi tersebut sehingga sangat sulit untuk dipindahkan ke tempat
lain. Disini bisa dilihat kalau budaya tradisional dalam hal ini dari segi ekonomi tradisional dan juga interaksi sosialnya menjadi penghambat bagi terciptanya
pembangunan. Rencana pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah menjadi terhambat dikarenakan faktor dari pedagang itu sendiri.
Tapi hal tersebut tidak sepenuhnya karena salah pedagang, ada hal lain yang juga menjadi penyebab terhambatnya proses pembangunan yang telah direncanakan oleh
pemerintah. Yaitu mengenai sosialisasi yang dilakukan pemerintah kurang optimal,
Universitas Sumatera Utara
sehingga para pedagang tradisional tidak menangkap maksud dan makna dari proses relokasi tersebut.
4.2.5. Sosialisasi Pemerintah Mengenai Proses Relokasi