Tanggapan Pedagang Terkait dengan Kebijakan Pemerintah tentang Relokasi Pasar Yuka

4.2.3. Tanggapan Pedagang Terkait dengan Kebijakan Pemerintah tentang Relokasi Pasar Yuka

Sebagian besar pedagang menuturkan bahwasanya mereka bersedia untuk direlokasikan hanya saja dengan beberapa syarat-syarat yang diinginkan oleh pedagang. Kalau saja proses relokasi tersebut mendatangkan keuntungan bagi pedagang pasti pedagang akan mendukung sepenuhnya rencana pemerintah tersebut. Setidaknya aparat pemerintah yang melakukan proses relokasi harus mengetahui keinginan pedagang serta harapan-harapannya. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Marada Sihombing: “…Sebenarnya saya sangat setuju dengan rencana pemerintah untuk merelokasikan Pasar Yuka ini ke Pasar Martubung karena dengan begitu nasib kami sebagai pedagang bisa menjadi lebih jelas. Hanya saja pemerintah harus tegas untuk melaksanakan kebijaknnya tersebut. Contohnya adalah pemerintah bisa dengan tegas mengajak semua pedagang di Pasar Yuka untuk bersama-sama pindah ke lokasi yang baru. Dengan begitu maka pasar yang baru bisa maju…” Wawancara April 2011 Kebijakan relokasi yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut sebenarnya mendapat dukungan dari pedagang. Mereka mendukung karena mereka juga memiliki beberapa harapan dari proses relokasi tersebut yaitu dengan direlokasinya Pasar Yuka ini ke lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah maka pasar yang baru tersebut bisa lebih menjamin keabsahan dari usaha mereka karena pasar yang baru memiliki izin dari pemerintah sedangkan Pasar Yuka ini tidak memiliki izin dari pemerintah sehingga dengan begitu mereka lebih tenang dalam berdagang tanpa harus takut untuk digusur. Ketika ditanya perihal lokasi pasar yang baru banyak pedagang yang mengeluhkan dari letaknya yang terlalu jauh dan tidak strategis. Sehingga menyebabkan pembeli enggan untuk berbelanja di pasar tersebut. Menurut para pedagang, pembeli lebih memilih untuk berbelanja di Pasar Titi Papan dari pada harus berbelanja di pasar Universitas Sumatera Utara yang baru. Dikatakan tidak strategis karena pasar yang baru terletak di Komplek Griya Martubung Blok 4 dimana posisi tersebut berada paling ujung atau paling belakang dari komplek itu. Posisinya tidak sentral dan tidak banyak angkutan umum yang menuju ke tempat tersebut. Sedangkan posisi Pasar Yuka yang berada di persimpangan membuatnya mudah dijangkau karena banyak angkutan umum dari berbagai penjuru yang melintasinya. Untuk perihal bangunan pasar yang baru, dari beberapa pedagang yang peneliti wawancara semuanya menilai bahwa bangunan pasarnya sudah sangat bagus karena: 1. Tertata dengan rapi, bangunannya terklasifikasi menurut barang dagangannya. Bagian depan untuk yang menjual pakaian, bagian tengah untuk yang menjual sembako, ada juga meja-meja untuk yang jualan ikan, untuk jualan sayur dan itu semua ada di bagian belakang. 2. Bangunannya sudah permanen dan cukup kuat. Sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat berjualan. 3. Jalanan pasarnya juga tidak becek karena dibangun dengan menggunakan konblok. Saluran pembuangannya juga sudah tertata dengan bagus, terdiri dari selokan-selokan kecil yang ada di setiag gang-gang bagunan pasar. 4. Tersedianya infrastruktur yang cukup memadai seperti misalnya kamar mandi umum, listrik, tempat parkir dan juga tempat pembuangan sampah yang semuanya sudah tertata dengan rapi. Kamar mandi setiap harinya dibersihkan oleh petugas kebersihan dan juga tersedia air bersih untuk keperluan penggunanya. Listrik juga tersedia dan dapat digunakan seperti misalnya oleh pedagang kelapa, pedagang kaset CD, salon, penjahit, dan yang lainnya untuk keperluan dagang mereka. Tempat pembuangan Universitas Sumatera Utara sampah juga tertata dengan rapi dan setiap harinya ada petugas kebersihan yang membersihkan sampah-sampah sehingga tidak terjadi penumpukan. Tempat parkir juga tersdia sehingga para pembeli yang membawa kendaraan pribadinya bisa memarkirkan kendaraannya dengan tenang dan tidak perlu khawatir. Pasar Tradisional Yuka masih menganut sistem budaya tradisional dari segi sosial dan juga ekonominya. Dari segi ekonomi, pedagang di Pasar Yuka ini sebagian besar masih menggantungkan komoditi dagangannya dari para petani yang merupakan tetangga mereka juga. Dove dalam Suwarsono 1994 dengan kajiannya tentang budaya tradisional menyebutkan bahwa sistem ekonomi tradisional salah satu contohnya adalah seperti misalnya usaha mengumpulkan sagu, dan usaha bertani berpindah-pindah. Dalam kaitannya tentang Pasar Yuka ini memang pedagang di Pasar Yuka ini bukan merupakan petani sagu ataupun petani yang berpindah-pindah. Tetapi mereka masih menjunjung tinggi sifat gotong-royong. Contohnya, para pedagang membeli dagangannya seperti misalnya sayur-mayur dan hasil laut berupa ikan, udang, kepiting dari para petani dan nelayan yang juga merupakan penduduk dari Komplek Yuka dan mereka adalah tetangga mereka sendiri. Seperti hasil observasi peneliti terlihat beberapa orang petani ataupun nelayan yang menitipkan hasil pertaniannya kepada pedagang untung diperdagangkan. Kemudian keuntungan hasil dari dagangannya akan dibagi secara merata. Jika dilihat sebenarnya budaya tradisional tidak lah menjadi sesuatu yang terbelakang dan keberadaannya harus disingkirkan. Budaya tradisional seperti yang terdapat dalam kegiatan Pasar Yuka ini lebih baik apabila ditata agar bisa terjalin kerjasama yang baik diantara pihak-pihak yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan. Seperti yang dikatakan oleh Dove bahwa sebenarnya budaya tradisional tidak mengganggu proses pembangunan seperti misalnya relokasi Pasar Yuka ini.

4.2.4. Alasan Pemerintah Merelokasi Pasar Yuka ke Pasar Martubung