Dampak Relokasi Pasar Tradisional bagi Pembangunan

kegagalan pembangunan atas diri mereka. Dalam bidang politik tidak ada upaya pemberdayaan masyarakat untuk terlibat memberikan suara aspirasinya dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Dalam bidang pendidikan tidak ada upaya pelayanan pendidikan yang maksimal

2.2. Dampak Relokasi Pasar Tradisional bagi Pembangunan

Pembangunan fisik biasanya menjadi prioritas utama dalam berbagai program pembangunan yang dilakukan. Sehingga berimplikasi pada tidak humanisnya suatu program pembangunan. Membangun dan menggusur menjadi dua hal yang tak terpisahkan dalam perkembangan kota dewasa ini. Pembangunan melalui penggusuran merupakan sebuah kebijakan yang tidak memperhatikan kaum marginal sebagai warga Negara yang berhak dilindungi. Sepertinya pembangunan dalam perspektif konvensional masih mendominasi berbagai kebijakan yang menyangkut kaum marginal saat ini. Walaupun pembangunan tipe itu sudah tidak relevan diterapkan dewasa ini. Tingginya angka kemiskinan dan meningkatnya tingkat urbanisasi di berbagai kota besar di Indonesia mendorong lahirnya PKL. Menjadi masalah karena keberadaan PKL menimbulkan dampak tersendiri dari aspek tata ruang kota. Ide penanganan PKL dengan relokasi menjadi salah satu solusi yang terbaik dalam penanganan PKL yang tidak mematikan hak hidup masyarakat miskin tetapi memberi ruang untuk hidup dalam bingkai keteraturan dan ketertiban. Pada dasarnya merelokasi kegiatan PKL ke suatu tempat merupakan hal yang sering dilakukan oleh pemerintah KotaKabupaten. Namun, keputusan relokasi ke tempat lain seringkali sepihak dari Pemerintah Kota sehingga setelah para pedagang pindah ke tempat yang baru pendapatan pedagang tersebut merosot. Akibatnya para pedagang Universitas Sumatera Utara kembali lagi ke tempat semula atau mencari lokasi lain yang dianggap dapat menggantikan lokasi yang lama. Hal ini menimbulkan masalah baru, karena para pedagang menciptakan kantong-kantong PKL yang baru yang tidak sesuai dengan kondisi tata ruang kota Limbong, 2006:283. Di Indonesia, hal itu disebabkan karena penyebaran penduduk yang tidak merata dan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Tingkat pendapatan buruh tani di pedesaan yang sangat rendah dan upah buruh di masyarakat industri yang belum mencapai UMR. Gulungtikarnya perusahaan-perusahaan besar telah menyebabkan angka pengangguran yang sangat tinggi. Ditambah lagi dengan oportunisme di kalangan elit politik, telah menyebabkan ketidak stabilan di bidang politik. Hal-hal ini telah menyebabkan terpuruknya ekonomi rakyat dan mempercepat pemerataan kemiskinan masyarakat Indonesia. Untuk perubahan sosial-ekonomi dibutuhkan aparatur negara yang bersih dan pendidikan masyarakat yang memadai. http:gordonstevensijabat.wordpress.com20090327sosiologi-pembangunan diakses tanggal 22-12-2010 pukul 11.00 Pemerintah KotaKabupaten merelokasikan pasar tradisional dengan beberapa alasan. Alasan yang paling utama adalah untuk pembangunan yaitu demi terciptanya tata kota yang rapi dan indah. Namun perelokasian tersebut sudah pasti menuai pro dan kontra dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Apalagi banyak dampak yang bisa ditimbulkan dari dan selama proses relokasi tersebut. Dampak yang dirasakan bisa berupa dampak positif dan juga dampak negatif. Hal yang biasa terlihat dalam proses relokasi pasar tradisional adalah terjadinya konflik antara para pedagang dengan aparat yang Universitas Sumatera Utara merelokasi. Kebanyakan dari masyarakat tersebut masih berpikiran sempit dan tertutup makanya mereka sangat sulit untuk bisa menerima perubahan. Dari berbagai penjelasan di atas sangat masuk akal sekali apabila saat ini justru sektor informal ataupun pedagang kaki lima lah yang sangat banyak dilirik oleh masyarakat Indonesia. Itu sebabnya semakin banyak saja ketidakteraturan yang terjadi. Contohnya saja pasar-pasar tradisional yang keberadaannya seringkali mengganggu ketertiban dan juga tata ruang kota. Maka dari itu pemerintah merelokasikan pasar tradisional untuk mendukung pembangunan dalam tingkat kota atau kabupaten. Sayangnya pembenahan pasar rakyat ini tampaknya sering lebih sering mengedepankan kepentingan investor ketimbang kepentingan para pedagangnya sendiri. Harga kios yang tinggi tanpa kompromi kerap membuat pedagang “alergi” mendengar kata pembenahan. Keadaan ini tidak jarang akhirnya menimbulkan perselisihan antara pedagang lama dengan investor yang ditunjuk pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional. http:indrakh.wordpress.com20070903pasar-tradisional-di-tengah- kepungan-pasar-modern diakses tanggal 20-12-2010 pukul 13.10 Di samping itu ada hal-hal lainnya yang menjadi faktor penyebab dari gagalnya proses relokasi pasar tradisional. Seperti yang dikemukakan oleh Hendi Yulianto dalam penelitiannya mengenai studi implementasi pengaturan dan pembainaan PKL dalam program relokasi PKL di wilayah Kecamatan Semarang Timur. Ia menyebutkan bahwa gagalnya program relokasi disebabkan karena: a. Di dalam implementasi suatu program, maka sosialisasi harus dilaksanakan oleh pihak- pihak yang telah ditentukan, ini dapat dilihat dari kurang optimalnya sosialisasi yang Universitas Sumatera Utara dilakukan dalam program Relokasi PKL ini dimana sosialisasi hanya dilakukan oleh pihak kecamatan. b. Media yang digunakan kurang beragam dimana hanya menggunakan selebaran dan menyebabkan perbedaan persepsi antara petugas dengan pedagang ditambah dengan kurangnya intensitas sosialisasi yang dilakukan sehingga pedagang tidak terlalu tahu tentang maksud dan tujuan program ini. c. Informasi yang disampaikan oleh petugas sampai pada setiap PKL kurang efektif untuk mempengaruhi PKL melaksanakan relokasi. d. Dalam hal program Relokasi PKL ini diketahui bahwa ada sebagian dari penerima menolak untuk direlokasi disebbkan tempat relokasi tidak sesuai dengan keinginan pedagang, selain itu masih minimnya sarana dan fasilitas pendukung di tempat lokasi yang baru. e. Kesadaran yang dimiliki oleh pedagang dalam melaksanakan program relokasi PKL masih kurang hal ini dapat dilihat pada dukungan yang mereka berikan untuk mensukseskan program ini masih kurang.

f. Karena tindakan sosial bersifat menular maka tindakan tegas oleh petugas tersebut