Seksikoordinator: 1.
Humas : a.
Ketua : Sunar
b. Anggota : Hasan
Zulkifli 2.
Bidang usaha : a.
Ketua : Ilham Batubara
b. Anggota : Napi
T. Tarihoran 3. Bidang Sosial
: M. Siboya 4. Kebersihan
: K. Siagian
4.1.7. Profil Informan
1. Nama : Marada Sihombing
Usia : 43 tahun
Suku : Batak
Profesi : Pedagang ikan kering
Pendidikan terakhir : SMA Bapak Sihombing adalah seorang pedagang di Pasar Tradisional Yuka. ia menjual
ikan kering seperti ikan asin dan ikan teri serta ia juga menjual kebutuhan pokok yang lainnya seperti telur, beras dan juga yang lainnya. Ia telah berdagang di Lokasi Pasar
Yuka ini selama 10 tahun lebih dimulai pada tahun 2000. Ia bisa memperoleh penghasilan perhari sebesar Rp.100.000,-. Penghasilannya ini dirasa cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga yang ditanggungnya sebanyak 7 orang. Tetapi usaha berdagang ini bukanlah merupakan mata pencaharian ia satu-satunya. Setelah berdagang
ia juga berprofesi sebagai Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM di Pelabuhan Belawan.
Universitas Sumatera Utara
Usaha berdagang hanyalah usaha sampingan yang ia lakoni untuk mengisi waktu luang. Apalagi lokasi ia berjualan pun memang di depan rumahnya sendiri. Sedangkan usaha
yang utamanya adalah sebagai TKBM di Pelabuhan Belawan. Alasan mengapa ia memilih lokasi Pasar Yuka ini sebagai tempat ia berdagang
adalah karena memang lokasi ini juga merupakan tempat tinggal ia dan keluarganya. Jadi ia tidak perlu repot-repot membayar uang sewa tempat. Kalaupun ada pungutan yang
harus dibayarkannya hanya berupa pungutan kebersihan saja sejumlah Rp.1.000,-. Cara ia menarik perhatian pembeli yaitu dengan cara memperlihatkan keramahan di depan
konsumen, mematok harga yang sesuai dengan keinginan konsumen namun tetap disesuaikan dengan harga pasaran. Karena dengan begitu ia bisa memperoleh keuntungan
yang lumayan banyak. Namun di setiap usaha pasti ada saja kendala yang dialami seperti yang dialami oleh bapak Sihombing. Kendala yang beliau hadapi yaitu berupa modal
yang terbatas, persaingan dengan pedagang-pedagang yang lain sehingga harus pandai- pandai mensiasatinya, kemudian juga terkadang daya beli masyarakat yang cenderung
rendah. Tidak jarang juga beliau mengalami kerugian selama berjualan. Kerugian yang dialaminya selain karena disebabkan oleh hal-hal di atas juga karena faktor cuaca. Seperti
misalnya karena hujan. Kalau hujan mereka kesulitan untuk berdagang bahkan terkadang kalau hujannya cukup deras mereka memilih untuk tidak berdagang. Tentu saja hal ini
membuat mereka tidak mendpatkan penghasilan. Kalaupun ada sangat sedikit sekali. Tapi itu merupakan resiko yang harus dihadapi oleh seorang wiraswasta seperti bapak
Sihombing ini. Terkait dengan Perda Kota Medan No.31 Tahun 1993 Tentang Pemakaian
Tempat Berjualana beliau mengakui bahwa beliau tidak mengetahui tentang hal itu. Dan
Universitas Sumatera Utara
tanggapan beliau tentang proses relokasi Pasar Yuka ini adalah beliau merasa pemerintah kurang tegas dalam melaksanakan kebijakannya. Buktinya terlihat pemerintah yang
kurang gencar dalam memberikan sosialisasi terkait dengan relokasi ini sehingga pedagang kurang begitu paham dengan rencana pemerintah untuk merelokasikan Pasar
Yuka ini ke tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah. Alhasil sampai sekarang para pedagang memilih untuk tetap menjajakan dagangannya di lokasi Pasar yuka ini. Apalagi
lokasi tempat tujuan relokasi menurut bapak Sihombing terlalu jauh dan kurang strategis sehingga menjadi sepi pembeli dan keuntungan mereka pastinya menurun. Tapi kalau
ditanya soal bangunan pasarnya sendiri ia menjawab bahwa bangunan pasarnya sudah cukup baik dan tertata dengan rapi. Di lokasi yang baru kita tidak akan menemui kondisi
jalanan pasar yang becek seperti yang terdpat di lokasi Pasar Yuka yang sekarang ini. Kios-kiosnya juga diklasifikasikan menurut jenis barang dagangannya. Tempat berjualan
ikan, sayur-sayur, sembako, pakaian memiliki tempatnya masing-masing. Sedangkan di loaksi Pasar Yuka semuanya bercampur baur dan tidak terpisah-pisah.
Tapi bila ditanya lebih lanjut sebenarnya Bapak Sihombing setuju untuk dipindahkan ke lokasi yang baru dengan syarat yang pindah tidak hanya satu atau dua
pedagang namun semua pedagang juga harus pindah. Tetapi kalau seperti yang pernah dialaminya, pedagang yang telah pindah ke lokasi yang baru malah kembali lagi ke lokasi
yang lama karena di lokasi yang lama sepi pembeli dan juga pedagang yang jualan di situ hanya sedikit, aktifitas pasar menjadi menurun kemudian para pelanggan mereka juga
menjadi beralih ke pedagang yang lain. Sehingga dengan begitu ia merasa sangat dirugikan dengan adanya proses relokasi ini. Kerugian terbesar yang dialaminya adalah
karena kios yang telah dibelinya menjadi terbengkalai begitu saja tidak dimanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
karena sampai sekarang ia kembali lagi berjualan di lokasi awal. Pemerintah pun tidak melakukan tindakan apa-apa untuk meringankan kerugian yang telah dialami oleh
pedagang seperti bapak Sihombing ini. Pemerintah terkesan angkat tangan untuk mengatasi masalah yang belum selesai sampai sekarang ini. Menurutnya hal seperti ini
terjadi karena pemerintah tidak melibatkan pedagang dalam mengambil keputusan terkait dengan pemilihan lokasi tujuan relokasi. Pemerintah hanya mengambil keputusan secara
sepihak. Dari pada Pasar Yuka itu direlokasi, lebih baik apabila ditata menjadi lebih baik. Misalnya kondisi jalan yang becek diperbaiki, kondisi kios-kios para pedagang
diperbaiki, serta penataa-penataan lainnya yang lebih menguntungkan bagi pedagang.
2. Nama : Halimah, SE
Usia : 40 tahun
Suku : Padang
Profesi : Pedagang ayam
Pendidikan terakhir : S-1 Ekonomi Ibu Halimah merupakan salah satu pedagang yang menjajakan dagangannya di
lokasi Pasar Yuka. Ia berdagang ayam potong. Ia sudah berdagang di lokasi Pasar Yuka ini selama 11 tahun dimulai pada tahun 2000 sampai sekarang. Penghasilannya mencapai
Rp.100.000,- sampai Rp.150.000,- perhari. Cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dalam satu hari. Tetapi usaha berdagang ayam ini bukan satu-satunya usaha
yang ia miliki. Profesinya ini hanya untuk mengisi waktu luang dan juga membantu suaminya dalam mencari nafkah. Sumber pendapatan utama keluarga ibu Halimah yaitu
berasal dari suaminya yang berprofesi sebagai guru SD. Ibu Halimah pun mengemukakan
Universitas Sumatera Utara
alasannya mengapa ia memilih ayam sebagai barang dagangannya yaitu karena sudah turun-temurun dari orang tuanya dan menurutnya keuntungan yang diperolehnya
lumayan menjanjikan. Alasan mengapa ia memilih Pasar Yuka ini sebagai tempat berjualan adalah
karena dekat dengan tempat tinggalnya yang hanya berjarak kurang dari 500 m. Apalagi di tempat tersebut ia tidak perlu mahal-mahal membayar sewa tempat dan juga pungutan
yang dibebani kepadanya hanyalah pungutan kebersihan sebesar Rp.1.000,-. Inilah salah satu alasannya mengapa ia enggan direlokasikan ke lokasi yang baru. Tetapi walaupun
begitu ada juga kendala yang dihadapi beliauselama berjualan di lokasi ini yaitu kondisi jalan pasar yang becek apabila hujan juga kios tempat ia menjajakan dagangannya yang
berupa tenda yang sewaktu turun hujan akan bocor dan apabila panas maka ia terkadang juga akan merasakan sengatan matahari. Namun menurut pengakuannya ia tidak pernah
mengalami kerugian karena ia sudah bisa melihat situasi mengingat pengalaman berdagangnya yang sudah 10 tahun dilakoninya.
Ketika ditanya pendapatnya terkait dengan proses relokasi Pasar Yuka ini ia mengatakan bahwa sebenarnya ia setuju dengan rencana pemerintah tersebut karena
dengan begitu nasib Pasar tradisonal ini menjadi legal karena sudah dikelola oleh PD Pasar. Bangunannya juga bagus, tertata rapi dan tidak becek. Tetapi lokasinya jauh dan
sangat tidak strategis sehingga para pembeli enggan untuk berbelanja ke pasar yang baru tersebut. Karena alasan tersebut lah maka beliau memilih untuk kembali lagi ke lokasi
awal.
Universitas Sumatera Utara
Beliau merasa dirugikan dari proses relokasi tersebut karena beliau ada membeli 3 buah kios dan juga 1 buah meja tempat sayur-sayur. Namun kios-kios tersebut sampai
sekarang tidak dimanfaatkan dan terbengkalai begitu saja. Hal itulah yang menjadi persoalan yang masih belum terselesaikan sampai sekarang ini. Kemudian ada beberapa
faktor yang menurut beliau menjadi penyebab kegagalan dari proses relokasi tersebut yaitu pemerintah yang kurang tegas dalam membuat kebijakannya, sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah kurang maksimal sehingga para pedagang kurang menangkap makna dari rencana pemerintah tersebut, pihak pemerintah juga tidak melakukan survey
terlebih dahulu kepada pedagang terkait dengan rencana relokasi, lokasi pasar tujuan relokasi jauh dan tidak strategis, susah dijangkau sehingga sepi pembeli, kemudian sarana
transportasi ke lokasi pasar yang baru juga terbatas sehingga menambah biaya operasional bagi pedagang dan juga pembeli.
3. Nama
: Purwanto Usia
: 45 tahun Suku
: Jawa Profesi
: pedagang tahu tempe Pendidikan terakhir : SD
Bapak Purwanto juga termasuk salah satu pedagang di Pasar Yuka ini. Ia memiliki 2 buah stand yang masing-masing dijaga oleh anaknya. Beliau memilih tahu
dan tempe sebagai barang dagangannya. Ia memilih tahu dan tempe karena tempat tinggal beliau berdekatan dengan pabrik pembuatan tahu tempe sehingga ia sangat mudah
untuk mendapatkan barang dagangannya. Apalagi menurutnya berjualan tahu tempe ini
Universitas Sumatera Utara
tidak ada ruginya karena ia tidak mengeluarkan modal sedikitpun untuk membeli barang dagangannya. Sistemnya adalah ia terlebih dahulu mengambil barang dagangannya dari
produsen, kemudian ia menjualkannya. Hasil penjualan tersebut disetorkan ke produsen. Dan ia pun bisa mengambil keuntungan tanpa harus takut mengalami kerugian.
Beliau berdagang tahu tempe sudah lebih dari 15 tahun lamanya, dimulai pada tahun 1995 dengan penghasilan Rp.100.000,- sampai Rp.200.000,- per harinya. Dengan
penghasilan segitu ia merasa cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Apalagi usaha berdagang tahu tempe ini merupakan mata pencaharian utamanya.
Awalnya ia berdagang tahu dengan berjualan berkeliling dengan menggunakan becak dayung. Namun lama-kelamaan ia berpikir untuk membuka stand di Pasar Yuka. Alhasil
usahanya tersebut membuahkan hasil yang baik. Sampai sekarang usahanya tersebut masih berjalan dengan lancar.
Alasan ia memilih lokasi Pasar Yuka ini sebagai tempat berdagangnya adalah karena letak dari Pasar Yuka ini yang sangat strategis yaitu berada di persimpangan jalan
dan menjadikannya ramai akan pembeli. Kemudian letak Pasar ini juga dekat dengan tempat tinggalnya yang berada di Pasar 6. Selama berjualan di pasar ini ia juga
membayar pungutan untuk kebersihan sebesar Rp.1.000,- per hari dan juga membayar uang sewa tempat yang dibayarkannya kepada masyarakat yang tinggal di daerah itu.
Caranya menarik perhatian pembeli juga cukup unik yaitu dengan cara bercuap- cuap mempromosikan dgangannya sehingga banyak pembeli yang tertarik dan kemudian
membeli barang dagangannya. Tetapi ada juga kendala yang ia keluhkan yaitu mengenai sewa tempat. Ia merasa bahwa kiosnya itu adalah di jalan bukannya di pekarangan
Universitas Sumatera Utara
rumah warga, namun tetap saj aia dipungut biaya untuk sewa tempat. Pasti ada saja warga yang memanfaatkan situasi untuk memperoleh keuntungan.
Terkait dengan proses relokasi ia mengakui bahwasanya ia bersedia direlokasikan aslkan tempat tujuan relokasi itu berada di tempat yang strategis seperti misalnya di
pinggir jalan jangan di tempat seperti pasar yang baru. Menurutnya itu terlalu jauh dan tidak strategis. Padahal bangunannya sudah bagus karena tertata dengan rapi dan juga
tidak becek seperti di lokasi pasar Yuka. Tapi kalau hanya bangunannya saja dan tidak ditunjang dengan faktor lokasi sama saja pembeli juga enggan untuk menjangkau jarak
yang menurut mereka terlalu jauh. Kemudian ditambah lagi dengan masih dibukanya Pasar Yuka di lokasi yang lama sehingga para pedagang yang telah berjualan di lokasi
yangbaru menjadi kekurangan pembeli. Tetapi seandainya pasar Yuka itu benar-benar ditutup maka mau tidak mau para pembeli juga akan berbelanja di pasar yang baru.
Walaupun jauh akan ditempuh karena memang mereka perlu.
4. Nama
: Semangat Detabaraja, ST Usia
: 37 tahun Suku
: Tapanuli Pekerjaan : Pedagang grosir
Pendidikan terakhir : S-1 Teknik Bapak Semangat adalah salah satu pedagang di Pasar Yuka, ia berdagang
peralatan elektronik atau grosiran pecah belah lainnya. Beliau juga merupakan Pembina P3TM Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Kota Medan untuk Pasar Yuka. ia telah
berdagang di lokasi ini selama 6 tahun dimulai pada tahun 2004 dengan penghasilan rata-
Universitas Sumatera Utara
rata 3-4 juta perbulan. Alasan ia memilih lokasi sebagai tempat berdagang adalah karena ia juga bertempat tinggal di lokasi ini. Pada awalnya sebelum ia berprofesi sebagai
pedgang ia tidak bertempat tinggal di sini, namun karena ia melihat peluang usaha maka kemudian ia membeli sebidang tanah yang kemudian dibangun tempat tinggalnya.
Setelah itu ia pun membuka usaha grosir ini. Sebelum memilih berdagang alat elektronik dan pecah-belah ia terlebih dahulu melakukan survey agar tidak salah mengambil
keputusan dan keuntungan yang diperoleh pun bisa maksimal. Selama berdagang di lokasi ini ia mengaku juga ada dikenakan pengutan seperti
misalnya pungutan kebersihan dan retribusi pasar sebesar masing-masing Rp.1.000,-. Dan selama 6 tahun berdagang di sini beliau juga terkadang mengalami berbagai kendala
seperti misalnya kondisi jalanan yang becek apabila turun hujan membuat distribusi barang dagangannya menjadi sedikit terhambat. Kemudian juga sarana dan prasarana di
Pasar Yuka ini sangat kurang seperti misalnya kios-kios tempat mereka berdagang kurang layak karena pada saat hujan ataupun panas terkadang menyulitkan pedagang
untuk menjual dagangannya. Masalah kebersihan seperti sampah-sampah juga menjadi salah satu kendalanya karena mengganggu bagi pedagang maupun pembeli.
Setiap pedagang pasti pernah mengalami kerugian, begitu juga dengan Bapak Semangat, beliau juga pernah mengalami kerugian selama berdagang di Pasar Yuka ini.
Salah satu penyebabnya adalah karena ulah pembeli yang tidak bertanggung jawab. Ada pembeli yang membeli barang dagangannya dan membayarnya dengan sistem kredit.
Namun orang tersebut tidak membayarkan sisa kreditnya sampai lunas dan kemudian orang tersebut pergi begitu saja. Tapi Bapak Semangat bisa mensiasati kerugian tersebut
dengan menutupinya dari penghasilannya yang lain di luar berdagang.
Universitas Sumatera Utara
Ketika ditanya mengenai perihal relokasi Pasar Yuka ke lokasi yang telah ditentukan oleh pemerintah beliau mengaku kurang setuju. Menurutnya daripada
direlokasi lebih baik jika dilakukan penataan terhadap Pasar Yuka ini agar menjadi lebih bagus dan lebih teratur. Pasar ini akan sangat sulit untuk dipindahkan sebab mayoritas
pedagang di Pasar Yuka adalah penduduk di Komplek Yuka. Apalagi pasar tersebut juga sudah cukup lama berdiri sehingga para pedagang sudah merasa sangat nyaman
berdagang di tempat tersebut. Selain karena letaknya strategis juga karena mereka telah memiliki pelanggan tetap yang apabila mereka berpindah tempat berdagang maka akan
sangat berpengaruh terhadap kegiatan dagang mereka. Hal seperti yang diuraikan di atas bisa dikatakan menjadi salah satu penyebab
kegagalan dari proses relokasi menurut Bapak Semangat yaitu karena pedagang sudah merasa nyaman berdagang di lokasi Pasar Yuka ini sehingga mereka enggan untuk
pindah ke lokasi yang baru. Para pedagang memilih untuk tetap bertahan dengan berbagai alasan. Hal ini tentu saja sangat menyulitkan bagi pemerintah.
Sepeti yang kita ketahui bahwa Pasar Yuka ini berdiri di tempat yang tidak selayaknya karena berada di jalan masuk menuju perumahan Komplek Yuka sehingga
sangat mengganggu bagi pengguna jalan. Ketika hal ini ditanyakan kepada Bapak Semangat, beliau yang juga termasuk salah satu penduduk Komplek Yuka mengatakan
hal sebagai berikut. “penduduk setempat tidak merasa terganggu dengan keberadaan Pasar Yuka ini
karena memudahkan bagi mereka untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari sebab lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka. Apalagi pasar tersebut menurut mereka adalah pasar
yang cukup murah jika dibandingkan dengan pasar yang lainnya. Mereka juga bisa
Universitas Sumatera Utara
memasarkan hasil kebunnya ke Pasar Yuka ini mengingat bahwa banyak dari penduduk di komplek Yuka ini bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Yang paling
menguntungkan bagi mereka terutama masyarakat yang tempat tinggalnya di dekat lokasi Pasar Yuka adalah mereka menetapkan harga sewa tempat bagi para pedagang yang
berdagang di sekitar tempat tinggalnya. Hal inilah yang sangat menguntungkan bagi mereka. Ini merupakan keuntungan tersembunyi yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar.
5. Nama
: Jasayas Tarigan Usia
: 35 tahun Suku
: Karo Pekerjaan : Kepala Pasar Sentosa
Pendidikan terakhir : D-3 Bapak Jasayas adalah kepala Pasar Sentosa yang ada di Jalan Gurillas. Ia juga
pernah menjabat sebagai Kepala Pasar Martubung yaitu pasar tempat tujuan relokasi Pasar Yuka. Ia menjabat sebagai kepala Pasar Martubung pada saat terjadi proses relokasi
Pasar Yuka, oleh sebab itu ia cukup paham tentang permasalahan yang terjadi pada saat proses relokasi. Dari beliau peneliti banyak mendapatkan informasi mengenai
permasalahan yang terjadi pada saat proses relokasi yang menyebabkan terhambatnya proses relokasi sampai sekarang.
Menurut Bapak Jasayas, alasan yang paling mendasar dari pemindahan lokasi Pasar Yuka ke lokasi pasar yang baru adalah karena yang pertama, pada saat itu Pasar
Yuka tidak memiliki kekuatan hukum seperti izin, dan juga administrasi dari Pemko
Universitas Sumatera Utara
Medan. Yang kedua, karena pasar itu berada di tempat yang tidak selayaknya dibangun sebuah pasar yaitu berada di badan jalan masuk ke Perumahan Komplek Yuka jadi sangat
mengganggu bagi pengguna jalan dan juga sangat mengganggu drainase sehingga sering terjadi banjir pada saat turun hujan.
Bapak Jasayas mengakui bahwa banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses relokasi tersebut. Permasalahan yang cukup pelik yaitu perihal kepemilikan pasar
tersebut. Kabarnya pasar tempat tujuan relokasi tersebut merupakan pasar yang dibangun oleh developer bukannya pemerintah atau PD Pasar sehingga ada kepentingan profit
property di dalamnya. Kios-kios di pasar yang baru tersebut lebih banyak dibeli oleh orang luar yang bukan merupakan pedagang dari Pasar Yuka. Orang-orang tersebut
kemudian menyewakan kiosnya kepada pedagang yang berasal dari Pasar Yuka maupun pedagang yang bukan berasal dari Pasar Yuka.
Proses relokasi Pasar Yuka ke Pasar Martubung mengalami banyak sekali hambatan sehingga menuai kegagalan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
kegagalan dari proses relokasi tersebut menurut Bapak Jasayas adalah karena Pasar Yuka tersebut sudah lama berdiri sehingga para pedagang sudah merasa sangat nyaman
berdagang di lokasi tersebut dan tidak mau dipindahkan kemana-mana. Yang kedua adalah karena lokasi Pasar Yuka tersebut sangat dekat dengan tempat tinggal mereka
sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya operasional yang banyak untuk keperluan dagangnya dan hal itu tentu sangat memudahkan dan menguntungkan bagi
pedagang. Yang ketiga adalah karena lokasi pasar yang baru sangat jauh dan tidak strategis sehingga sulit dijangkau, apalagi sarana dan prasarana menuju ke lokasi pasar
yang baru tersebut juga kurang mendukung seperti misalnya pada saat itu kondisi jalan
Universitas Sumatera Utara
yang rusak, jumlah angkutan umum seperti angkot juga terbatas jumlah armadanya. Kondisi seperti itu mengakibatkan sepi pembeli yang berdampak pada penurunan
pendapatan dan keuntungan para pedagang. Untuk tahapan pada saat proses relokasi, Bapak Jasayas menjelaskan bahwa pihak
pemerintah dalam hal ini PD Pasar melakukan beberapa tahapan sebelum dilaksanakan proses relokasi. Yang pertama mereka melakukan survey ke pedagang namun tidak
semua pedagang mendapat kesempatan untuk disurvey, hanya beberapa pedagang saja yang dirasa sudah cukup mewakili dari keseluruhan pedagang. Kemudian setelah itu
dilakukan sosialisasi berupa menyebarkan selebaran-selebaran yang berisi tentang pemasaran kios-kios di lokasi pasar yang baru. Mereka juga hanya melakukan
pendekatan yang persuasive yaitu berupa himbauan ataupun ajakan kepada para pedagang untuk segera membeli kios di lokasi pasar yang baru. Tidak ada unsur
pemaksaan di dalamnya sehingga tidak terjadi bentrokan pada saat proses relokasi. Hanya saja setelah itu ada juga beberapa pedagang yang berunjuk rasa ke kantor DPRD karena
mereka menolak untuk direlokasi. Di akhir wawancara Bapak Jasayas menawarkan beberapa alternative agar proses
relokasi tersebut tidak mengalami kegagalan dan pasar yang baru menjadi ramai pengunjung serta pedagang bisa segera pindah ke tempat tersebut. Yang pertama yaitu
pemerintah menyediakan lapak-lapak gratis bagi pedagang yang tidak mampu membeli ataupun menyewa kios. Yang kedua pemerintah akan membebaskan pedagang dari
pungutan seperti biaya sewa kios, pungutan kebersihan, jaga malam, dan pungutan yang lainnya jika dirasa memberatkan bagi pedagang. Yang ketiga akan dibangun jalan tembus
sehingga lokasi pasar mudah dijangkau. Yang keempat pemerintah berencana untuk
Universitas Sumatera Utara
membuka terminal angkutan umum di dekat lokasi pasar yang merupakan gabungan dari beberapa angkutan umum yang beroperasi di Komplek Griya Martubung. Alternative
yang terakhir yaitu pemerintah berencana membuka jajanan malam di sekitar lokasi pasar yang baru. Mengapa sampai muncul ide seperti itu? Yaitu karena lokasi pasar yang baru
dekat dengan danau buatan Pesona Laguna yang sering didatangi oleh kaum muda-mudi untuk tempat rekreasi ataupun jalan-jalan. Pemerintah berencana memanfaatkan situasi
tersebut untuk memajukan perkembangan pasar yang baru.
4.2. Interpretasi Data 4.2.1. Alasan Pedagang Berjualan di Lokasi Pasar Yuka