51 memberikan pernyataan keberatan terhadap sikap yang dilakukan oleh Ibu S. br.
Simanjuntak tentang perbedaan agama dengan keluarga kandungnya.
4.3. Pandangan Keluarga Batak Toba Mengenai Agama
Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Pengertian agama menurut Durkheim Sunarto,2004:69-71 ialah suatu sistem terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci, bahkan kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang beriman
kedalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat. Dalam sosiologi agama juga dikenal dengan fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang
berkaitan dengan segi doktrin, ritual dan aturan prilaku agama. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa disamping mempunyai fungsi agama juga dapat mempunyai
disfungsi. Pertentangan yang membahayakan keutuhan masyarakat tidak jarang bersumber pada faktor agama.
Sebab timbulnya agama justru terletak pada berbagai kesulitan tertentu dalam proses sosialisasi di lingkungan keluarga, dan pada berbagai konflik nyata antara
kepentingan individual dan kolektif dalam masyarakat. Fungsinya adalah mendukung tatanan sosial yang sudah ada, meskipun kadang-kadang bisa timbul juga berbagai
ekspresi keagamaan yang bercorak pemberontakan terhadapnya. Agama merupakan salah satu benteng pertahanan untuk menghadapi anomie kericuhan sepanjang sejarah
manusia, ini bisa dianggap benar bila individu-individu bersedia mematuhi secara meyakinkan aturan-aturan dan nilai-nilai kelompok keagamaan tertentu yang mereka
ikuti. Kepercayaan keagamaan tidak akan mengurangi kericuhan yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
52 nilai-nilai dan aturan-aturan pada beberapa unit sosial yang lebih besar, seperti bangsa
atau kelas sosial, bila berbagai kelompok keagamaan yang secara bersama-sama menyatakan setia kepada nilai-nilai yang sama.
Dalam suku masyarakat Batak Toba sebelum menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Debata Mulajadi Na Bolon.
Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan dan kemuliaan di atas langit di banua atas dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam
Debata Natolu yaitu Silaon Nabolon. Sebagai penguasa dunia makhluk halus ia disebut bernama Pane Na Bolon. Di samping sebagai pencipta, Debata Mulajadi Na Bolon juga
mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan dan kehamilan, sedangkan Pane Na Bolon mengatur setiap penjuru mata angin. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak
mengenal tiga konsep, yaitu: 1.
Tondi Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu
tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang didalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan
sakit atau meninggal, maka harus diadakan upacara mangalap menjemput tondi dari sombaon yang menawannya.
2. Sahala
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan
sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Universitas Sumatera Utara
53 3.
Begu Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan
tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha.
Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati
sanubari mereka.
4.4. Pandangan Keluarga Mengenai Sistem Kekerabatan 4.4.1. Sistem Kekerabatan Pada Suku Batak Toba