58 kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua
masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hula-hula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku “raja”. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang
berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hula-hula, Raja no Dongan Tubu dan
Raja ni Boru. Dengan demikian tiga pihak memelihara hubungan mereka dengan saling
memberi dalam berbagai bentuknya. Ungkapan adat mengatakan “saling berbalas adalah hukum, saling berbagi adalah kekuatan” dalam Bahasa Batak Toba disebut dengan
sisoli-soli do uhum siadapari gogo. Prinsip resiprositas ini bertujuan untuk kesejahteraan bersama dan keadilan bersama Daniel Harahap, 2007.
4.4.2. Sistem Kekerabatan Pada Suku Minangkabau
Sebagian besar suku Minangkabau menganut agama Islam. Mereka percaya kepada Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam. Namun masih banyak
masyarakat yang percaya kepada roh, benda, orang yang dianggap memiliki kekuasaan gaib sehingga seringkali diminta pertolongan. Masyarakat juga masih percaya kepada
hantu-hantu yang mendatangkan bencana dan penyakit. Untuk menolak hantu-hantu tersebut masyarakat meminta pertolongan seorang dukun Posman,2000:21.
Sistem kekerabatan pada masyarakat suku Minangkabau dikenal dengan menggunakan garis keturunan diperhitungkan secara matrilineal atau istilah lainnya
Universitas Sumatera Utara
59
Ibu menurut garis keturunan ibunya. Sistem perkawinan mereka bersifat eksogam sama
seperti suku Batak. Pada masyarakat berdasarkan klan matrilineal ini suami kurang berperan bahkan sepertinya tidak memiliki kekuasaan dalam keluarganya. Tanggung
jawab keluarga dipegang oleh saudara istrinya yang laki-laki disebut dengan mamak. Anggota dari sebuah keluarga pada masyarakat Minangkabau dapat kita lihat pada bagan
dibawah ini. Bagan 1.2 Sistem kekerabatan Masyarakat Minangkabau Matrilineal
Keterangan: = Perempuan
= Laki-laki
Dengan memperhitungkan dua generasi diatas ego laki-laki dan satu generasi dibawahnya, maka anggota sistem kekerabatan itu adalah :
1 = Ibunya ibu 2 = Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu
2 2
1
4 3
3 4
5 5
8 8
6 6
7 7
Universitas Sumatera Utara
60 3 = Saudara laki-laki dan perempuan ibu
4 = Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu ibunya Ego 5 = Saudara laki-laki dan perempuan Ego
6 = Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu 7 = Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan Ego
8 = Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu. Seorang ayah dalam keluarga Minangkabau termasuk keluarga lain dari keluarga
istri dan anaknya. Demikian juga halnya dengan seorang anak dari seorang laki-laki akan termasuk keluarga lain dari ayahnya. Karena itu keluarga batih menjadi kabur dalam
sistem kekeluargaan Minangkabau. Keluarga batih tidak merupakan kesatuan yang mutlak, meskipun tidak dapat dibantah bahwa keluarga batih memegang peranan penting
dalam pendidikan dan masa depan anak-anak mereka, jadi tidak hanya berfungsi untuk pembangunan keturunan.
Kesatuan keluarga terkecil yang dibentuk atas dasar prinsip diatas disebut paruik perut. Pada sebagian masyarakat Minangkabau, ada kesatuan yang disebut kampuang
yang memisahkan paruik dengan suku sebagai kesatuan kekerabatan yang lebih besar lagi. Dari tiga macam kekerabatan hanya paruik yang betul-betul dapat dikatakan sebagai
kesatuan yang benar-benar bersifat geneologis. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh seorang laki-laki dewasa dari keluarga
yang bertindak sebagai niniek mamak bagi keluarga itu. Istilah mamak ini berarti saudara laki-laki ibu. Tanggung jawab untuk memperhatikan kepentingan sebuah keluarga
terletak pada pundak seorang atau beberapa orang mamak. Hal itu tidak berarti bahwa generasi yang lebih tua dari mereka dibebaskan dari kewajiban itu. Untuk memasukkan
mereka digunakan kata niniek mamak yang kadangkala dipendekkan menjadi mamak.
Universitas Sumatera Utara
61 Suku dalam kekerabatan Minangkabau menyerupai suatu klen matrilineal. Pada
masyarakat Minangkabau jodoh harus dipilih diluar suku. Pada masa dulu, adat mengharuskan seorang laki-laki kawin dengan anak perempuan mamaknya. Tetapi pada
zaman sekarang, pola-pola itu sudah mulai hilang. Bahkan karena pengaruh dunia modern perkawinan endogami local tidak lagi dipertahankan.
4.4.3. Sistem Kekerabatan Pada Suku Jawa