Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pengurusan Piutang

dimungkinkan untuk melakukan penghapusan piutang macet mereka. Hal mana yang kemudian memberikan keleluasaan bagi bank pemerintah, dalam hal ini PT. Bank Mandiri, Tbk Persero, untuk mengurus kredit bermasalah, yang telah masuk ke dalam fase kredit macet, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh bank-bank swasta. Pada dasarnya, upaya penghapusan kredit macet tersebut telah dikenal sejak kredit bermasalah bank pemerintah masih dipandang dari perspektif APBN dan diperlakukan sebagai piutang negara atau dengan kata lain ketika PP No. 33 Tahun 2006 serta peraturan pelaksananya belum dikeluarkan. Hanya saja, mekanisme yang dijalankan adalah berbeda. Sekarang ini, dengan adanya PP No. 30 Tahun 2006, PT. Bank Mandiri, Tbk Persero dapat melakukan sendiri penghapusan piutang tanpa menunggu adanya rekomendasi dari PUPN bahwa piutang tersebut merupakan Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih PSBDT. Penghapusan piutang PT. Bank Mandiri, Tbk Persero tersebut, dilakukan dengan mengajukan piutang macet tersebut ke dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.

C. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pengurusan Piutang

Perusahaan Negara pada PT Bank Mandiri Tbk Persero Pengurusan piutang PT. Bank Mandiri, Tbk Persero, yang telah mengikuti ketentuan dalam PP No. 30 Tahun 2006 serta peraturan pelaksananya menemui hambatan dalam implementasinya di lapangan. Hambatan tersebut salah satunya terletak pada pengertian keuangan negara. 96 Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, menyebutkan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Pengertian keuangan negara tersebut dianggap memiliki cakupan yang terlalu luas, sehingga kemudian turut memasukkan kekayaan perusahaan negaraBUMN ke dalam lingkup keuangan negara. Hal tersebut kemudian lebih diperjelas dengan adanya pencantuman kekayaan negara yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah sebagai salah satu komponen keuangan negara, sebagaimana diuraikan pada Pasal 2 huruf g. Kendala ataupun hambatan lain yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri, Tbk Persero dalam melakukan pengurusan sendiri piutang macetnya adalah lemahnya payung hukum yang mendasari pengurusan sendiri piutang macet PT. Bank Mandiri, Tbk Persero, yaitu berupa Peraturan Pemerintah PP. Kedudukan PP dalam hierarkis peraturan perundangan-undangan. Sesuai dengan ketentuan pada Pasal 7 Undang-undang UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- 96 Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 22 Juni 2012 undangan, bahwa Peraturan Pemerintah PP memiliki kedudukan yang lebih rendah dibandingkan dengan kedudukan Undang-undang UU. Dengan kata lain, ketentuan dalam PP No. 30 Tahun 2006 tidak dapat mengesampingkan ketentuan yang terdapat pada UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara serta UU No. 49 Prp. Tahun 1960 tentang PUPN. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan kenyataan bahwa fatwa Mahkamah Agung No. WKMAYud20VIII2006, yang menjadi landasan dikeluarkannya PP No. 30 Tahun 2006, memang tidak menggugurkan berlakunya UU No. 49 Prp Tahun 1960. Hal tersebut di atas mengakibatkan dalam pelaksanaannya, sering terjadi benturan antara para bankir yang akan melaksanakan pengurusan piutang bank dengan para aparat hukum. Para aparat hukum, seperti kejaksaan, akan tetap memandang pengurusan piutang PT. Bank Mandiri, Tbk Persero sebagai piutang negara, sehingga seharusnya dilaksanakan dengan mekanisme yang diatur dalam UU No. 49 Prp Tahun 1960 serta peraturan pelaksananya. Kenyataan yang ditemukan dalam praktik di lapangan dalam hal pengurusan piutang macet PT. Bank Mandiri, Tbk Persero berdampak pada ketidakleluasaannya pihak bank dalam memperbaiki portofolio kredit mereka serta peningkatan hasil penagihan kredit. Ketidakleluasaan tersebut dapat dilihat dari sikap terlalu berhati- hatinya para bankir dalam melakukan pengurusan piutangnya. 97 97 Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 22 Juni 2012 Sikap terlalu berhati-hati tersebut kerap menghambat kinerja para bankir, sebab terdapat kemungkinan para bankir tersebut dikenakan tuntutan tindak pidana korupsi, apabila kemudian aparat hukum menemukan hal yang ganjil yang mengakibatkan dirugikannya keuangan negara terkait dengan pengurusan piutang macet. Pihak bank juga tidak dapat melakukan penghapusan piutang seperti yang dapat dilakukan oleh pihak bank swasta. PT. Bank Mandiri, Tbk Persero sebagai entitas bisnis yang mengedepankan profit, kembali harus menggunakan mekanisme lama dengan menunggu adanya rekomendasi dari PUPN apabila pihak bank berkeinginan untuk melakukan penghapusan piutang. Hal demikian, dipandang sebagai hal yang merugikan. Sebab dalam hal waktu, tentu mekanisme tersebut akan memakan waktu yang tidak sebentar. Sedangkan, dalam hal pencadangan dana, terdapat sejumlah dana yang harus dicadangkan oleh pihak bank terhadap setiap kredit yang macet. Adapun besaran dana yang dicadangkan tersebut adalah sama besarnya dengan besaran nominal kredit macet yang ada. Apabila kemudian proses dalam menjalankan mekanisme tersebut memakan waktu yang panjang, maka dapat dipastikan terdapat sejumlah dana yang mengendap dan tidak bisa digunakan dalam waktu yang lama pula, dikarenakan kedudukan dana tersebut yang merupakan cadangan dari kredit macet yang ada. Keadaan yang berbeda apabila dibandingkan dengan bank swasta. Bank swasta tidak butuh pencadangan dana yang sama besarnya dengan nilai kredit macet tersebut. Selain hal-hal yang tersebut di atas, terdapat permasalahan lainnya yang mengakibatkan PT. Bank Mandiri, Tbk Persero kesulitan dalam melakukan pengurusan kredit macetnya, yaitu adanya larangan terhadap BUMN untuk melakukan pengurusan piutangnya piutang negara kepada mekanisme keperdataan biasa. Dengan kata lain, pengajuan pengurusan piutang Bank BUMN ke pengadilan adalah tidak dibenarkan. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 12 ayat 2 UU No. 49 Prp. Tahun 1960, bahwa dalam hal seperti dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini, maka dilarang menyerahkan pengurusan piutang negara kepada pengacara.

D. Upaya yang Dilakukan Guna Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam