menyebutkan bahwa organ Persero adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. Namun, apabila kemudian dicermati lebih mendalam mengenai
pelaksanaan fungsi dan tugas organ yang dimaksud, maka dapat diketahui bahwa terdapat ketentuan yang lebih spesifik, yaitu peranan negara, yang dalam hal ini
diwakili oleh Menteri BUMN masih cukup dominan untuk menentukan siapa yang akan mengisi organ persero, baik untuk jabatan komisaris maupun direksi.
49
Hal mana yang kemudian diperjelas melalui Inpres No. 8 Tahun 2005, bahwa dalam rangka pengangkatan anggota Direksi danatau KomisarisDewan Pengawas
Badan Usaha Milik Negara, Menteri Negara BUMN, selaku wakil Pemerintah sebagai Rapat Umum Pemegang Saham atau pemegang saham pada persero, atau selaku wakil
pemerintah sebagai pemilik modal pada Perum, agar memperhatikan dan mengedepankan keahlian, profesionalisme dan integritas dari calon anggota Direksi
danatau KomisarisDewan Pengawas yang bersangkutan, guna memajukan dan mengembangkan perusahaan.
e. Modal dan Kekayaan Badan Usaha Milik Negara
Perlu diketahui bahwa istilah modal memiliki arti yang berbeda dengan kekayaan. Kekayaan merupakan hasil pengurangan antara milik badan usaha, yang
dinilai dengan uang, dengan hutang-hutang badan usaha yang bersangkutan. Sedangkan modal merupakan bagian atau salah satu komponen dalam penghitungan
kekayaan itu sendiri.
49
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, CV Nuansa Mulia, Bandung, 2006, hal. 69
Pada umumnya, modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Hal tersebut dipaparkan pada Pasal 4 ayat 1 UU BUMN. Lebih
lanjut, masih pada UU yang sama, dikatakan bahwa Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh persen sahamnya dimiliki oleh Negara. Dengan demikian, untuk BUMN yang
berbentuk Persero, maka berlaku pula ketentuan yang termuat pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pada alinea ketujuh Penjelasan Umum UU PT, dijelaskan bahwa struktur modal Perseroan tetap sama, yaitu terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan
modal disetor. Namun modal dasar perseroan diubah menjadi paling sedikit Rp 50.000.000, sedangkan kewajiban penyetoran atas modal yang ditempatkan harus
penuh. Untuk lebih jelasnya terkait dengan struktur modal perseroan, yaitu sebagai
berikut: 1 Modal dasar, yaitu seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam
Anggaran Dasar. Hal mana yang termuat pada Pasal 31 ayat 1 UU PT. Secara umum, modal dasar perseroan merupakan total jumlah saham yang dapat
diterbitkan oleh Perseroan. Jumlah saham yang dapat dijadikan modal dasar ditentukan dalam Anggaran Dasar. Pada Pasal 32 ayat 1, modal dasar perseroan
paling sedikit Rp 50.000.000 ataupun lebih besar dari nilai tersebut, sesuai dengan
ayat 2, dengan mana paling sedikit 25 dari modal dasar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, harus ditempatkan dan disetor penuh.
2 Modal ditempatkan, merupakan jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula
yang belum dibayar.
50
Dengan demikian, modal yang ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri
51
atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.
3 Modal disetor, merupakan saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya. Dengan kata lain berupa modal yang sudah dimasukkan pemegang
saham sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan. Untuk BUMN berbentuk Perum, modal keseluruhannya adalah berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan dengan mana modal tersebut tidak terbagi atas saham.
f. Penyertaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara