Privatisasi Badan Usaha Milik Negara

4 Aset-aset negara lainnnya. Adapun Pasal 4 ayat 3 UU BUMN menjelaskan bahwa, setiap penyertaan modal negara dalam rangka pendirian BUMN atau perseroan terbatas yang dananya berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Begitu pula dengan perubahan penyertaan modal negara, baik penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan negara atas saham Persero atau perseroan terbatas, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan penambahan penyertaan modal negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya ditetapkan dengan keputusan RUPS untuk Persero dan Perseroan Teerbatas, dan Keputusan Menteri untuk Perum. Hal tersebut diatur pada Pasal 3 ayat 2 PP No. 44 Tahun 2005.

g. Privatisasi Badan Usaha Milik Negara

Privatisasi adalah kebijakan yang multifaset, banyak muka. Secara ideologis, bermakna meminimalisir. Secara manajemen bermakna meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha dan meningkatkan nilai perusahaan. Secara anggaran, privatisasi dapat berarti mengisi kas negara. Menurut Pasal 1 angka 12 UU BUMN, privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat diketemukan sejumlah tujuan yang ingin dicapai pemerintah dalam melakukan privatisasi pada BUMN, namun disamping tujuan-tujuan yang telah tersurat di atas, masih terdapat tujuan lain, yang termuat dalam ketentuan Pasal 74 UU BUMN, yaitu: 1 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas atas Persero 2 Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baikkuat 3 Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif 4 Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientas global 5 Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro dan kapasitas pasar. Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola usaha yang baik good corporate governance, yang meliputi transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. Kriteria yang harus dipenuhi oleh persero agar dapat diprivatisasi ,sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 76 UU BUMN, yaitu sebagai berikut: 1 Industrisektor usaha kompetitif, atau 2 Industrisektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah. Sedangkan persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah: 1 Persero yang bidang usahanya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan hanya boleh dikelola oleh BUMN 2 Persero yang bergerak di sector usaha yang berkaitang dengan pertahanan dan keamanan negara 3 Persero yang bergerak di sector tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus unutk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat 4 Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilarang untuk diprivatisasi.

B. Tinjauan Umum tentang Kredit Bermasalah Non Performing Loan

1. Pengertian tentang Kredit

Penggunaan kata kredit dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat. Istilah tersebut tidak hanya dapat dijumpai pada masyarakat perkotaan, tetapi sudah merambah kepada masyarakat pedesaan. Istilah kredit pada dasarnya bukanlah merupakan kata asli dari Bahasa Indonesia, namun merupakan kata serapan dari Bahasa Latin, yaitu credere, yang berarti kepercayaan. 56 Kepercayaan tersebutlah yang menjadi landasan dilakukannya aktivitas berupa pinjam-meminjam uang. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima kredit debitur pada masa yang mendatang akan mampu memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. Adapun Malayu Hasibuan memaparkan mengenai pembagian kepercayaan sebagai suatu prinsip dalam kredit, yaitu: 57 56 Thomas Suyatno, et al, Dasar-dasar Perkreditan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal.12 57 Malayu Hasibuan, Op.Cit., hal. 87