d. Penyelesaian Kredit Bermasalah
Tindakan yang diambil oleh bank dalam upaya menyelamatkan dan menyelesaikan kredit bermasalah dapat beraneka macam, bergantung kepada kondisi
kredit bermasalah itu. Sebagai contoh dengan melihat kepada sikap ataupun itikad dari debitur itu sendiri, apakah kooperatif dalam mencari solusi penyelesaian kredit
bermasalah tersebut dan juga melihat prospek usaha debitur. Terdapat dua jalur yang dapat ditempuh guna menangani kredit bermasalah, yaitu:
1 Penyelamatan kredit bermasalah melalui jalur non litigasi Cara ini digunakan melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur
dengan memperingan syarat-syarat dalam perjanjian kredit, sehingga tidak menggunakan lembaga hukum. Cara ini dimungkinkan dengan melihat sikap
debitur yang kooperatif. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah yaitu:
a. Restructuring Penataan ulang Lukman Dendawijaya mengemukakan bahwa restrukturisasi merupakan usaha
penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Sebagai
contoh, suatu proyek dibiayai dengan struktur pembiayaan yakni 60 adalah pinjaman bank, dan 40 adalah modal nasabah sehingga debt to equity ratio
adalah 60:40. kemudian karena kesulitan yang dialami nasabah dalam melaksanakan proyeknya atau bisnisnya, nasabah tidak mampu membayar
angsuran pokok pinjama maupun bunga kredit, misalnya bunga yang
dibebankan dirasakan terlalu berat sehinggga harga pokok produksinya tinggi dan produknya tidak dapat dipasarkan karena menghadapi persaingan yang
berat di pasar.
74
Tujuan dilakukannya restrukturisasi adalah meningkatkan kemampuan debitur dalam membayar pokok kredit dan bunga dengan melakukan perubahan-
perubahan terhadap syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit
baru dan atau konversi seluruh atau sebagian kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai penjadwalan kembali dan atau persyaratan
kembali. b. Rescheduling Penjadwalan Ulang
Merupakan pengubahan persyaratan kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Pendekatan ini hanya diberikan
kepada debitur yang memiliki prospek untuk bangkit kembali dan yang memiliki itikad baik.
c. Reconditioning Persyaratan ulang Merupakan langkah yang diambil dengan melakukan perubahan sebagian
ataupun keseluruhan syarat-syarat kredti yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang
tidak berkenaan dengan perubahan maksimum saldo kredit.
74
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bandung, 2001, hal. 89
2 Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur litigasi Berbeda dengan penyelamatan kredit bermasalah yang dilakukan melalui jalur
non litigasi, yang mana mengutamakan perundingan antara pihak debitur dan kreditur sehingga tetap menjaga hubungan antara keduanya, dalam
penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur litigasi dilakukan dengan upaya- upaya hukum melalui lembaga-lembaga hukum yang dapat berakibat pada
putusnya hubungan antara debitur dan kreditur. Penekanan pendekatan ini terletak pada eksekusi jaminan sebagaimana yang telah diperjanjikan pada
perjanjian kredit. Adapun langkah- langkah yang dapat diambil melalui pendekatan ini, yaitu antara lain:
a. Penyelesaian kredit macet melalui badan peradilan Kreditur dapat memberikan somasi terhadap debitur ke pengadilan. Somasi
menurut Pasal 1238 KUHPerdata merupakan suatu peringatan atau perintah yang
disampaikan ke
pengadilan kepada
debitur untuk
segera membayarmenyelesaikan hutangnya kepada kreditur.
Dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka setiap krediturbank dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan
pengadilan. Kemudian apabila terbukti apa yang digugat oleh kreditur adalah benar adanya, dan jika debitur tidak melaksankan putusan pengadilan maka
kreditur dapat mengajukan permohonan eksekusi dan melakukan sita eksekusi untuk selanjutnya melelang harta debitur.
Dapat pula melalui eksekusi hak tanggungan, yang mana memungkinkan kreditur tidak perlu mengajukan gugatan kepada debitur. Dengan memiliki
grosse akta hipotik ini, kreditur dapat mengajukan eksekusi langsung atas jaminan yang telah dibebani hipotik itu melalui pengadilan negeri yang
meliputi wilayah hukum jaminan itu berada dengan mengajukan permohonan eksekusi.
Paksa badan merupakan pendekatan lain yang dapat ditempuh. Pendekatan ini diatur oleh Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2000 tanggal 30 Juni
2002 tentang Lembaga Paksa Badan. Kreditur dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan terhadap debitur yang tidak melaksanakan kewajibannya,
dengan mana gugatan tersebut meminta dilakukannya penyanderaan terhadap debitur oleh karena tidak adanya harta debitur yang dapat dijual.
Kreditur juga dapat menggunakan lembaga kepailitan guna menyelesaikan kredit debitur. Dalam kondisi debitur, yang dalam hal ini perusahaan, memiliki
hutang kepada lebih dari satu kreditur, mengalami kesulitan finansial sehingga berakibat pada sulitnya melakukan pembayaran kepada kreditur. Dikarenakan
terdapatnya lebih dari satu kreditur, maka kemudian para kreditur berlomba- lomba mendapatkan harta debitur untuk dijual guna menutupi hutang debitur.
Terkait hal tersebut, para kreditur dapat menggunakan lembaga kepailitan untuk menghindari perebutan harta debitur oleh kreditur. Gugatan pailit itu
sendiri dapat diajukan ke pengadilan niaga. Hal tersebut diatur pada Undang-
undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
b. Penyelesaian kredit macet melalui Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang KPKNL Pendekatan ini dilakukan disebabkan adanya interpretasi bahwa kredit
bermasalah, utamanya kredit macet, pada Bank Milik NegaraDaerah merupakan salah satu bentuk yang dikategorikan sebagai piutang negara, oleh
karena penyertaan modal negara yang dimasukkan kepada Bank Milik NegaraDaerah dipandang sebagai kekayaan negara yang termuat pada
APBNAPBD. Dalam hal tersebut PUPN dan DJKNKPKNL berwenang melakukan penyitaan dan pemblokiran atas harta kekayaan tersebut.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA
A. Sejarah PUPN dan DJKNKPKNL