pernyataan pada soal tersebut benar ataukan salah, selain itu siswa juga diminta untuk memberikan alasannya, sehingga dengan menggunakan tes diagnostik
tersebut miskonsepsi-miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat teridentifikasi.
3.5.2 Prosedur Penyusunan Instrumen
Prosedur penyusunan instrumen merupakan langkah - langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrumen penelitian dengan maksud agar
instrumen yang digunakan dapat menghasilkan data yang sesuai. Lagkah –langkah
dalam menyusun instrumen meliputi perencanaan, penulisan butir pertanyaan dan penyediaan tolak ukur.
3.5.2.1 Perencanaan
Langkah ini dimulai dengan melakukan kajian terhadap konsep larutan penyangga yang diperoleh dari silabus dan buku-buku kimia. Langkah selanjutnya
adalah menganalisis kemungkinan miskonsepsi pada materi larutan penyangga yang diperoleh dari buku dan penelitian sebelumnya. Maksud dilakukannya
langkah tersebut adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam instrumen penelitian. Hasil rumusan tersebut kemudian
dituangkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.
3.5.2.2 Penulisan butir pertanyaan
Berdasarkan kisi-kisi instrumen kemudian disusun butir-butir pertanyaan. Tes diagnostik miskonsepsi berupa pernyataan benar salah beralasan,
tiap-tiap pernyataan disusun berdasarkan kemungkinan miskonsepsi siswa yang mungkin terjadi pada konsep larutan penyangga. Jumlah butir soal yang dibuat
untuk diujicobakan sebanyak 30 butir yang terdiri atas komposisi jenjang sebagai berikut:
1. Aspek pengetahuan C1 terdiri dari 2 soal = 6,67 2. Aspek pemahaman C2 terdiri dari 9 soal = 30
3. Aspek penerapan C3 terdiri dari 12 soal = 40 4. Aspek analisis C4 terdiri dari 6 soal = 20
5. Aspek sintesis C5 terdiri dari 1 soal = 3,33
3.5.2.3 Penyediaan tolak ukur
Penyediaan tolak ukur atau kriteria penilaian merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam penyusunan instrumen. Suharsimi 2006 menyatakan
bahwa manfaat dari penyediaan tolak ukur adalah: 1. untuk menyamakan ukuran bagi pengumpul data agar tidak banyak
terpengaruh faktor subyektif. 2. untuk menjaga kestabilan data yang dikumpulkan dalam waktu berbeda.
3. untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data. Tolak ukur yang disediakan dalam tes diagnostik miskonsepsi berupa
pengkatagorian hasil jawaban siswa dari tiap butir soal. Jawaban siswa dikelompokkan ke dalam kategori tingkat pemahaman menurut Costu 2008
dengan sedikit modifikasi. Kriteria penilaian tingkat pemahamannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kriteria penilaian tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman
Kriteria penilaian Ketentuan
Skor Paham
Jawaban siswa mencakup semua tinjauan teoritis konsep yang dike-
mukakan para ahli. Jawaban
benar serta
alasan yang dikemuka- kan lengkap dan benar.
5 Paham
sebagian Jawaban siswa mencakup sebagi-
an tidak mencakup semua tinjau- an teoritis konsep yang dikemuka-
kan para ahli. Jawaban salah karena
alasan yang dikemuka- kan benar tetapi kurang
lengkap. 4
Miskonsepsi - Jawaban siswa menunjukkan
kesalahpahaman yang mendasar tentang konsep yang dimiliki-
nya. - Jawaban siswa menunjukkan se-
bagian informasi yang benar te- tapi terdapat kesalahpahaman
dalam menjelaskan. Jawaban salah karena
alasan yang diberikan bertentangan
dengan konsep yang benar.
2
Tidak Paham Jawaban siswa tidak relevan dan
tidak logis. Jawaban
salah dan
alasan salah serta tidak sesuai dengan maksud
soal atau hanya mengu- langi pertanyaan.
1
3.5.3 Uji Coba Instrumen