BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya
menyebabkan ilmu ini dianggap rumit oleh siswa. Tsaparlis 2003 menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu ilmu yang masih dianggap sulit oleh siswa.
Sifatnya yang abstrak meliputi konsep struktural, bahasa simbolik, dan karakter matematika tidak hanya menyebabkan kesulitan bagi banyak siswa tetapi juga
berkontribusi untuk menjadikannya sebagai pelajaran yang tidak disukai. Menurut Gabel dan Johnston sebagaimana dikutip oleh Wu 2001 juga menyatakan bahwa
kimia merupakan bidang kajian yang kompleks karena di dalam kimia terdapat tiga level representasi, yang meliputi level makroskopis, level mikroskopis dan
level simbolik. Pemahaman yang kompleks ini menyebabkan tidak semua konsep kimia dapat diamati secara langsung, sehingga dibutuhkan daya nalar yang tinggi
untuk memecahkan masalah-masalah dalam konsep kimia, khususnya pada level mikroskopis. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa terkadang
membuat penafsiran sendiri terhadap suatu konsep yang dipelajarinya. Namun, hasil penafsiran yang berupa gagasan-gagasan yang ada dalam struktur kognitif
siswa mengenai atribut-atribut kriteria dari konsep adakalanya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan konsep yang telah disepakati para ahli. Timbulnya
1
ketidaksesuaian tersebut berdampak pada munculnya kesalahan dalam pemahaman yang dikenal dengan istilah miskonsepsi.
Miskonsepsi dalam diri siswa disebabkan oleh persepsi yang diterima siswa tidak sama dengan persepsi yang dikemukakan oleh ilmuwan. Siswa yang
telah mengalami miskonsepsi tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami miskonsepsi karena siswa tersebut menganggap konsepsi yang telah dimilikinya
adalah benar. Oleh sebab itu, cukup sulit membenarkan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa. Miskonsepsi pada satu materi kimia akan menyebabkan kesulitan
belajar pada materi yang lain. Hal ini disebabkan antar konsep kimia memiliki keterkaitan.
Salah satu materi pokok yang membutuhkan penalaran tinggi dalam pelajaran kimia adalah materi larutan penyangga sehingga materi ini berpotensi
untuk menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian M
a’rifah 2012 yang menunjukkan bahwa masih terdapat miskonsepsi pada materi pokok larutan penyangga setelah menggunakan strategi pembelajaran
konflik kognitif. Miskonsepsi tersebut meliputi pengertian dan sifat larutan penyangga, pH larutan penyangga pada penambahan asambasa, pH larutan
penyangga dengan prinsip kesetimbangan, dan fungsi larutan penyangga. Konsep larutan penyangga membutuhkan pemahaman yang
mendalam mengenai reaksi kimia, perhitungan kimia stoikiometri, dan rumus- rumus dalam menentukan pH. Keterkaitan antara beberapa aspek dalam konsep
larutan penyangga tersebut membuat siswa mengalami kesulitan belajar dan cenderung miskonsepsi.
Berdasarkan sifat ilmu kimia tersebut, seharusnya pembelajaran kimia berorientasi pada ketiga level representasi, yaitu level makroskopis, mikroskopis
dan simbolik. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Jatisrono, pembelajaran kimia hanya menggunakan
LKS dan buku teks yang hanya menekankan penyampaian meteri pada level simbolik dan makroskopis tetapi tidak bisa digunakan untuk menyampaikan
konsep kimia pada level mikroskopis secara maksimal. Penggunaan multimedia interaktif merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat dipilih oleh guru
untuk menyajikan konsep kimia yang bersifat abstrak. Pemilihan ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa multimedia interaktif memadukan animasi, gambar,
teks, audio, dan video yang dapat diproses dengan berbagai indra sehingga informasi dapat dipertahankan dalam ingatan siswa.
Ariani 2010 menyatakan bahwa dengan multimedia interaktif, siswa tidak hanya dapat melihat gejala tetapi juga dapat berinteraksi untuk melihat
gambaran nyata suatu konsep. Teoh 2007 juga menyatakan bahwa multimedia berguna dalam memvisualisasikan konsep, fitur multimedia interaktif dapat
memberikan gambaran yang mendalam setelah belajar. Selain itu Teoh 2007 juga menyatakan bahwa multimedia interaktif sebagai media pembelajaran dapat
mendukung transfer pengetahuan. Dengan demikian, penggunaan multimedia interaktif diharapkan dapat memperdalam pemahaman konsep dan dapat
meminimalkan miskonsepsi yang mungkin terjadi. Penanggulangan miskonsepsi dengan menggunakan multimedia
interaktif sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Greenbowe 2004. Hasil
penelitian Greenbowe 2004 menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada materi pokok elektrokimia,
karena animasi komputer berupa grafik dan reaksi kimia yang terdapat dalam multimedia interaktif dapat membantu siswa dalam memahami materi dan
mengubah miskonsepsi yang sebelumnya mereka alami menjadi konsepsi yang benar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap penting untuk dilakukan penelitian mengenai “Efektivitas Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Upaya
Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga”, dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi guru kimia untuk meminimalkan miskonsepsi siswa.
1.2 Rumusan