pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Pada kelas ekperimen penyimpangan dimana hasil pre test lebih tinggi daripada hasil post test hanya terjadi pada 1 soal
sedangkan pada kelas kontrol penyimpangan terjadi pada 2 soal diagnostik miskonsepsi.
4.2.2.2 Persentase siswa yang tergolong miskonsepsi
Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.39 berikut ini.
Tabel 4.39 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Nomor soal
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Σ Siswa Σ Siswa
1 19
57,58 23
69,70 2
3 9,09
15 45,45
3 9
27,27 19
57,58 4
12 36,36
22 66,67
5 8
24,24 21
63,64 6
2 6,06
3 9,09
7 9
27,27 13
39,39 8
9 27,27
16 48,48
9 2
6,06 2
6,06 10
11 33,33
15 45,45
11 24
72,73 23
69,70 12
20 60,61
13 39,39
13 7
21,21 15
45,45 14
8 24,24
12 36,36
15 4
12,12 5
15,15 16
6 18,18
7 21,21
17 10
30,30 16
48,48 18
3 9,09
13 39,39
19 12
36,36 20
60,61 20
7 21,21
10 30,30
Jika Tabel 4.39 di atas digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada 4.12 berikut ini.
Gambar 4.12 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa 17 soal dari 20 soal, persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas
kontrol. Namun, pada soal nomor 11 dan 12 persentase siswa yang miskonsepsi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sedangkan pada soal
nomor 9 persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelas eksperimen dan kontrol adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia
interaktif berpengaruh positif dalam meminimalkan miskonsepsi siswa. Siswa kelas eksperimen yang mengalami miskonsepsi pada soal nomor
11 lebih banyak daripada siswa kelas kontrol. Soal ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi pada konsep komponen larutan penyangga. Sebagian
besar siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami maksud soal. Siswa menganggap campuran antara larutan Natrium format dan asam asetat bersifat
penyangga. Hal ini karena di dalam soal disebutkan bahwa asam format dan asam
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 57.58
9.09 27.27
36.36 24.24
6.06 27.27
27.27 6.06
33.33 72.73
60.61
21.21 24.24
12.12 18.18
30.3 9.09
36.36 21.21
69.7
45.45 57.58
66.67 63.64
9.09 39.39
48.48
6.06 45.45
69.7
39.39 45.45
36.36 15.15
21.21 48.48
39.39 60.61
30.3
P e
rsent a
se
Nomor Soal
Eksperimen Kontrol
asetat tergolong asam lemah sehingga siswa menganggap dalam campuran tersebut terdapat asam lemah dan basa konjugasi.
Persentase siswa kelas eksperimen yang tergolong miskonsepsi pada soal nomor 12 juga lebih banyak daripada kelas kontrol. Penyebab miskonsepsi
siswa dalam menjawab soal nomor 12 ini adalah masih lemahnya pemahaman siswa mengenai teori asam basa Bronsted-Lowry. Siswa menganggap bahwa
HCN dan OH
-
dari NaOH adalah pasangan asam lemah basa konjugasi. Sehingga siswa dalam menjawab soal ini tidak mereaksikan kedua larutan terlebih dahulu
tetapi langsung menerapkan rumus perhitungan pH larutan penyangga. Hal ini disebabkan dalam multimedia interaktif tidak dibahas kembali mengenai teori
asam-basa. Multimedia interaktif hanya memuat konsep larutan penyangga. Pembelajaran dapat mengubah tingkat penguasaan konsep siswa
karena setelah proses pembelajaran terjadi peningkatan dan penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan dan penurunan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test. Perbandingan persentase siswa yang tergolong
miskonsepsi antara hasil pre test dan post test dapat dilihat pada Tabel 4.40 berikut ini.
Tabel 4.40 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test
Nomor soal
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pre test Post test
Pre test Post test
1 45,45
57,58 39,39
69,70 2
36,36 9,09
21,21 45,45
3 63,64
27,27 42,42
57,58 4
51,51 36,36
60,60 66,67
5 24,24
63,64 6
3,03 6,06
9,09 7
30,30 27,27
33,33 39,39
8 27,27
48,48 9
6,06 6,06
10 21,21
33,33 18,18
45,45 11
51,51 72,73
39,39 69,70
12 60,61
6,06 39,39
13 21,21
45,45 14
54,55 24,24
54,55 36,36
15 12,12
15,15 16
18,18 3,03
21,21 17
30,30 30,30
39,39 48,48
18 9,09
39,39 19
42,42 36,36
21,21 60,61
20 21,21
30,30
Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen berdasarkan Tabel 4.40 di atas
tampak seperti pada Gambar 4.13 berikut ini.
Gambar 4.13 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif terjadi kenaikan persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi pada beberapa soal. Kenaikan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi dalam mengerjakan soal nomor 1, 5, 6, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 15, 16, 18 dan 20. Soal-soal tersebut hampir semuanya merupakan soal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus pH larutan penyangga. Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil pre test didapatkan bahwa dalam mengerjakan soal- soal hitungan yang melibatkan penggunaan rumus pH larutan penyangga 100
siswa tergolong tidak paham konsep. Jadi, kenaikan persentase siswa yang miskonsepsi dalam mengerjakan soal-soal hitungan terjadi karena siswa yang
tidak paham konsep pada saat pre test sebagian berubah menjadi miskonsepsi dan sebagian lagi berubah menjadi paham konsep pada saat post test.
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 45.45
36.36 63.64
51.51
3.03 30.3
21.21 51.51
54.55
30.3 42.42
57.58
9.09 27.27
36.36 24.24
6.06 27.27
27.27
6.06 33.33
72.73 60.61
21.21 24.24
12.12 18.18
30.3 9.09
36.36 21.21
P e
rsent a
se
Nomor Soal
Pre test Post test
Penurunan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi terjadi pada soal nomor 2, 3, 4, 7, 14 dan 19. Soal-soal ini merupakan soal yang bersifat
konsep. Materi yang bersifat konsep dapat dipelajari oleh siswa melalui belajar mandiri sehingga siswa sudah memiliki konsepsi awal walaupun belum diberi
pembelajaran oleh guru. Namun, konsepsi awal ini tidak sepenuhnya benar tetapi ada sebagian yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan yang telah
disederhanakan, hal ini yang dikenal dengan istilah miskonsepsi. Oleh sebab itu, penurunan miskonsepsi ini terjadi karena pembelajaran menggunakan multimedia
interaktif telah mengubah miskonsepsi yang siswa dapatkan dari belajar mandiri menjadi konsepsi yang benar.
Kenaikan dan penurunan persentase siswa yang miskonsepsi juga terjadi pada kelas kontrol. Perbandingan persentase siswa yang tergolong
miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
Gambar 4.14 Perbandingan persentase siswa yang tergolong miskonsepsi antara hasil pre test dan post test pada kelas kontrol
10 20
30 40
50 60
70
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 39.39
21.21 42.42
60.6
33.33 18.18
39.39
6.06 54.55
3.03 39.39
21.21 69.7
45.45 57.58
66.67 63.64
9.09 39.39
48.48
6.06 45.45
69.7
39.39 45.45
36.36 15.15
21.21 48.48
39.39 60.61
30.3
P e
rsent a
se
Nomor Soal
Pre test Post test
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa peningkatan persentase siswa yang mengalami miskonsepsi hampir terjadi pada semua soal. Penurunan persentase
siswa yang mengalami miskonsepsi hanya terjadi pada soal nomor 14. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tanpa menggunakan multimedia interaktif
kurang maksimal dalam menekan jumlah miskonsepsi baik pada materi yang bersifat hitungan maupun pada materi yang bersifat konsep.
4.2.2.3 Persentase siswa yang tergolong tidak paham konsep