test dapat berubah menjadi paham konsep pada saat post test. Sebagian siswa mengalami miskonsepsi dan masih ada juga beberapa yang tetap tidak paham
konsep.
4.2.3 Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Kognitif Siswa
Analisis peningkatan hasil belajar dilakukan atas dasar asumsi bahwa semakin baik peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka tingkat miskonsepsi
siswa akan semakin rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas kontrol sebesar 0,5.
Namun, kriteria peningkatan hasil belajar dari kedua kelas tergolong sedang karena nilai indeks gain dari kedua kelas berada di antara 0,3 sampai dengan 0,70.
Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena tampilan multimedia interaktif yang menarik menyebabkan
siswa lebih termotivasi dan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Irianto 2008 yang menyebutkan bahwa pembelajaran
menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran
sehingga siswa lebih berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran. 4.2.4
Efektivitas Multimedia Interaktif dalam Meminimalkan Rata-Rata Jawaban Miskonsepsi
Analisis kesamaan dua rata-rata dilakukan pada data hasil post test siswa. Analisis dilakukan pada setiap tingkat penguasaan konsep siswa yang
meliputi paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep. Analisis rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep dilakukan dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata satu pihak kanan dan memakai rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa t
hitung
sebesar 4,10 dan t
0,9564
sebesar 1,67. Dengan demikian t
hitung
≥ t
0,9564
, artinya rata-rata jawaban yang tergolong paham konsep pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih besar daripada
pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Multimedia interaktif ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa karena tampilan multimedia interaktif
dibuat menarik serta berorientasi pada ketiga level representasi ilmu kimia yang memadukan antara animasi, video, gambar, teks dan suara sehingga informasi
yang masuk ke memori siswa lebih tahan lama. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiyono 2012 yang menyatakan bahwa visualisasi yang disajikan melalui
multimedia interaktif memungkinkan siswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indra mereka dengan
antusias sehingga informasi yang masuk ke memorinya lebih tahan lama dan mudah dipanggil pada saat informasi tersebut dibutuhkan.
Analisis rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak kiri dan memakai
rumus t karena data terbukti berdistribusi normal dan homogen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa t
hitung
sebesar -4,89 dan t
0,9564
sebesar 1,67. Dengan demikian t
hitung
≤ -t
0,9564
, artinya rata-rata jawaban yang tergolong miskonsepsi pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih
rendah daripada pembelajaran tanpa multimedia interaktif. Dengan demikian, multimedia interaktif yang dibuat terbukti dapat meminimalkan miskonsepsi
siswa. Hal ini karena sebelum proses pembuatannya terlebih dahulu dilakukan kajian mengenai miskonsepsi-miskonsepsi yang biasa terjadi pada konsep larutan
penyangga sehingga produk multimedia interaktif diupayakan dapat mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi tersebut.
Analisis rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham konsep dilakukan dengan menggunakan statistika non parametrik yaitu uji Wilcoxon
karena data tidak berdistribusi normal. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa z
hitung
sebesar -2,14 dan z
0,9564
sebesar 1,67. Dengan demikian z
hitung
≤ - z
0,9564
, artinya rata-rata jawaban yang tergolong tidak paham pada pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif lebih rendah daripada pembelajaran
tanpa multimedia interaktif.
4.2.5 Keunggulan,