Menulis Permulaan Menulis Lanjut
211
Telaah Sastra
f. Partikel lah, tah, kah, dan pun tidak mengubah ejaan.
Contoh: marilah = manatah
bilakah = manapun =
g. Kata ganti dan akhirannya ku, mu, dan nya mengubah ejaan. Contoh: bajuku =
batunya = bukumu =
Selain itu, Anda pun perlu mengetahui tata cara penulisan lain yang biasa dipakai dalam naskah Melayu Arab.
Hal-hal lain tersebut adalah sebagai berikut. a. Alif
gantung Jika bunyi awal suku hidup mati, terdiri atas huruf hidup a, harus
dituliskan dengan alif gantung, yaitu bentuk alif yang seolah-olah tergantung. Hal ini biasanya terdapat pada kata-kata yang didahului
oleh suku hidup dan berbunyi u dan i.
Contoh: tuan = tiap =
b. Alif gantung pada bunyi ...ia... boleh dihilangkan. Contoh: siang =
c. Bunyi au dituliskan dengan huruf wau
. Hal ini untuk membedakannya dengan bunyi o dan u diberi tanda bunyi a di
atas huruf yang mendahuluinya. Contoh: kalau =
Adapun bunyi ai dituliskan dengan huruf ya. Agar tidak keliru dengan bunyi i atau diberi tanda bunyi di atas huruf yang
mendahuluinya. Contoh: lantai =
d. Kata-kata seperti untuk menunjukkan pengucapan keenam,
agar tidak keliru membaca, diganti saja dengan hamzah dan tempatnya turut pada huruf yang mendahuluinya.
Hal itu menjadi: Keenam = e. Kata
Berulang a. Kata berulang sejati ditulis seperti berikut:
kuda-kuda =
b. Untuk kata berulang yang berawalan, maka angka dua itu dituliskan di belakang kata yang telah berawalan.
Contoh: berkejar-kejar = c. Untuk kata berulang yang berawalan dan berakhiran,
cara menuliskannya mula-mula dituliskan kata yang telah berawalan, kemudian angka dua dan barulah akhirannya.
Contoh: berlomba-lombaan = f.
Kata majemuk yang dituliskan disatukan dalam tulisan Melayu dianggap satu kata.
Contoh: matahari
= barangkali
= purbakala
=
Sumber: Dokumentasi pribadi
Salah satu bentuk contoh tulisan Arab Melayu dan tulisan Latinnya.
Salah satu bentuk contoh tulisan
Gambar 12.2
212
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
g. a. Bunyi iu, contoh: nyiur =
b. Bunyi
eo, contoh: keong = c.
Bunyi ui, contoh: kuil =
d. Bunyi
ai, contoh: buai = e.
Bunyi au, contoh: bakau =
Berikut ini contoh teks Arab Melayu dan penulisannya dalam aksara Latin. Teks ini merupakan surat izin untuk berniaga yang diberikan
Sultan Aceh kepada seorang saudagar Inggris ± tahun 1602.
213
Telaah Sastra
1. Baca dan alihkan tulisan Arab Melayu berikut ke dalam aksara Latin.
a. b.
c.
d.
2. Tuliskan kata-kata berikut dengan menggunakan huruf Arab Melayu.
a. kuali
h. bersalam-salaman
b. lautan
i. bersama-sama
c. ke
air j.
pantai d.
berkasih-kasihan k. lapang
dada e.
purbakala l.
kolam iklan
f. besar
kepala m.
berdua-dua g.
dakwa n.
danau 3. Salinlah teks puisi Arab Melayu berikut ke dalam teks Latin.
e.
f. g.
h. i.
j.
k.
l.
Uji
Materi
214
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Kegiat an Lanjut an
1. Buatlah kelompok dengan jumlah anggota empat orang. 2. Setiap kelompok melakukan tugas berikut.
a. Alihkanlah
teks Arab Melayu berikut ke dalam tulisan Latin.
215
Telaah Sastra
b. Tuliskanlah teks berikut ke dalam tulisan Arab Melayu.
3. Laporkanlah hasil pekerjaan kelompok Anda di depan kelas. 4. Diskusikanlah bersama kelompok lain.
Hang Tuah
Bayu berpuput alun bergulung. Banyu direbut buih dibubung.
Selat Malaka ombaknya memecah. Pukul-memukul belah-membelah.
Bahtera ditepuk buritan dilanda, Penjajah dihantuk haluan ditunda.
Camar terbang riuh suara. Alkamar hilang menyalam segara.
Armada peringgi lari bersusun. Melaka negeri hendak diruntun.
Galyar dan pusta tinggi dan kukuh, Pantas dan angkara ranggi dan angkuh.
Karya Amir Hamzah
Info
Sastra Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya sastra Melayu
yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah
Hang Tuah, seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah
gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia
seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala hal.
Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang
berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau;
dan ra;
bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu
daripada para Pandawa lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata.
Hikayat ini berputar pada kesetiaan Hang Tuah pada Seri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman
karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya
216
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
akhirnya malah dibunuhnya. Hal ini sampai sekarang terutama di kalangan Bangsa Melayu masih kontroversial. Siapakah
yang benar: Hang Tuah atau Hang Jebat? Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad
ke-14 Masehi. Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit.
Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris,
berasal dari Majapahit. Hikayat lain yang terkenal adalah Hikayat Panca Tanderan,
atau kadangkala dieja sebagai Hikayat Panca Tanderan, adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang dikarang oleh
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Hikayat ini diterjemahkannya dari bahasa Tamil pada tahun 1835 dan merupakan sebuah
gubahan Pancatantra Pañcatantra dalam bahasa Melayu, seperti dapat dilihat dari nama judul hikayat ini. Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi sendiri adalah seorang keturunan Tamil dan masih fasih berbahasa nenek moyangnya.
Isi cerita mirip dengan hikayat Kalila dan Damina, namun versi ini lebih dekat kepada aslinya dalam bahasa Sansekerta
karena gubahan ini merupakan terjemahan dari sebuah versi dalam bahasa Tamil dan bukan dari bahasa Arab. Versi dalam
bahasa Tamil ini dekat induknya karena berasal dari lingkup budaya Hindu yang masih sama dengan lingkup budaya yang
menghasilkan Pancatantra.
Dari hikayat ini, ada satu naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dan selesai ditulis di Malaka pada 12
Oktober 1835.
Sumber: www.id.wikipedia.org
Sastrawan dan
Karyanya
Amir Hamzah dianggap raja penyair Pujangga Baru dan
pahlawan nasional. Nama lengkap Amir Hamzah adalah Tengku Amir Hamzah. Karyanya yang terkenal adalah kumpulan sajak
Nyanyi Sunyi yang terbit pada 1937 dan Buah Rindu 1941. Penyair ini dilahirkan di Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara
pada 28 Februari 1911. Amir Hamzah berasal dari keluarga bangsawan Langkat. Ia terbunuh dalam huru hara yang meletus
pada 20 Maret 1946 di Sumatra Utara dan ia bukan terbunuh karena sajak-sajaknya.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2004
217
Telaah Sastra
Menganalisis Cerpen
B
Istilah cerita pendek dalam keseharian disingkat dengan cerpen. Dalam catatan sejarah kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan
genre jenis sastra yang usianya lebih muda dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak terpenting sejarah penulisan cerpen di
Indonesia dimulai oleh cerita-cerita M. Kasim bersama Suman Hasibuan [Suman Hs]. pada awal 1910-an. Mereka memperkenalkan
bentuk tulisan berupa cerita-cerita yang pendek dan lucu.
Sejak saat itulah, di Indonesia mulai dikenal bentuk penulisan cerita pendek cerpen. Pada tahun-1930-an kegairahan penulisan
cerpen semakin marak dengan didukung oleh terbitnya dua majalah penting pada waktu itu, yakni Pedoman Masjarakat dan Poedjangga
Baroe. Tema-tema cerita yang ditampilkan mulai beragam, tidak hanya seputar cerita-cerita yang ringan dan lucu. Pada zaman ini
digarap juga tema-tema tentang kemanusiaan, pergerakan ke arah kebangsaan, dan tema-tema revolusi.
Penulisan cerpen kian marak ketika pemerintahan Jepang menggaungkan slogan Kemakmuran Asia Raya. Pada zaman ini,
karangan-karangan berbentuk cerpen dianggap lebih efektif dalam mendukung tujuan bersama, karena sifatnya yang lebih pendek
dibandingkan dengan novel dan lebih komunikatif dibandingkan dengan puisi. Atas dasar tujuan itulah pemerintah Jepang memfasilitasi
berbagai macam kegiatan lomba cerpen dan membuka seluas-luasnya ruang publikasi cerpen pada koran-koran yang merupakan corong
pemerintahan Jepang, yakni Djawa Baroe dan Asia Raja.
Lepas dari berhasil atau tidaknya tujuan-tujuan yang diharapkan, pemerintahan Jepang mau tidak mau telah ikut mengukuhkan
kedudukan cerpen sebagai salah satu genre kesusastraan yang cukup penting di Indonesia. Banyaknya kekecewaan atas kebohongan janji-
janji Jepang tercermin pada cerpen-cerpen kritis dan sinis, yang dipublikasikan setelah berakhirnya pemerintahan Jepang. Hal ini
terlihat menonjol pada tulisan-tulisan Idrus, yang oleh H. B. Jassin dikatakan sebagai pembaharu dalam cerpen modern Indonesia.
Idrus dianggap berhasil memulai sebuah penulisan dengan gaya penyederhanaan baru. Dalam cerpen-cerpen Idrus, realitas ditulis apa
adanya dan digambarkan secara detail. Hal ini sama sekali berbeda dengan periode sebelumnya, di mana cerpen hanya cenderung
menampilkan sesuatu yang baik-baik semata. Kecenderungan pe- nulisan cerpen sebagaimana yang ditegakkan oleh Idrus makin
menguat pada era 1950-an dan menembus hingga era 1960-an. Pada era itulah bermunculan majalah-majalah yang khusus menampung
beragam jenis cerpen, yakni majalah Kisah dan majalah Prosa.
Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat membaca cerpen yang dianggap penting dalam tiap periode, menunjukkan cerpen yang
tidak memiliki dasar cerita atau tema yang jelas tetapi menampilkan alur yang kronologis, serta menjelaskan standar budaya tentang baik
dan buruk, benar dan salah yang dianut oleh gambaran masyarakat dalam cerita.
Sumber: Majalah Aneka Yes,
Februari 2006
Kegiatan membaca cerpen dapat dilakukan di perpustakaan sekolah.
K i t b
d t
Gambar 12.3
218
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa
Pada zaman Jepang, beberapa pengarang baru muncul. Sa- yembara mengarang cerpen diadakan dalam majalah-majalah yang
terbit saat itu seperti Pandji Poestaka, Djawa Baroe dan lain-lain cerpen banyak diberi tempat. Pada zama ini, cerpenis yang lahir
di antaranya Usmar Ismail dan Rosihan Anwar. Selain mereka, pada zaman ini, H.B. Jassin lahir di Gorontalo 31 Juli 1917
juga menulis cerpen. Salah satu cerpennya berjudul Anak Laut, kemudian bertama dengan cerpen-cerpen buah tangan beberapa
pengarang lain diterbitkannya secara bersama dengan dalam buku Pancaran Cinta 1946. Sebelum perang, Jassin menulis cerpen
yang dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe, antara lain yang berjudul Nasib Volontaire 1941. Pada masa sesudahnya, Jassin
lebih mencurahkan perhatian kepada penulisan kritik dan esai sastra sambil menyelenggarakan dokumentasi Indonesia modern.
Pengarang cerpen lain yang muncul pada zaman Jepang ialah Bakri Siregar lahir di Langsa, Aceh 1922. Cerpennya yang pertama
berjudul Di tepi Kawah mendapat hadiah pertama sayembara mengarang cerpen. Di tepi Kawah ini dibukukan dengan dalam
buku kumpulan cerpen Jejak Langkah 1953.
Penulisan cerpen sepanjang 1950-an hingga 1960-an, mengalami perkembangan luar biasa pesatnya. Pada I960 hingga 1965, sastra
Indonesia mengalami gejolak akibat dominasi politik. Perhatian para pengarang sastra lebih terfokus pada perbantahan ideologi,
yakni polemik besar antara pendukung Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra dan pendukung Manifes Kebudayaan Manikebu.
Dalam situasi politik sesudah peristiwa politik 1966, tidak banyak lahir karya sastra yang dipublikasikan pada periode itu.
Pada bulan Juli 1966 lahirlah majalah Horison yang masih terbit hingga sekarang. Para penulis kembali giat memublikasikan karya-
karyanya. Di sanalah berlangsung beberapa pembaharuan yang dilakukan oleh para penulis cerpen. Melalui media ini lahir nama-
nama cerpenis penting yang patut dicatat dalam perjalanan tonggak- tonggak sejarah cerpen Indonesia, antara lain: Iwan Simatupang,
Umar Kayam, Budi Darma, Danarto, dan Putu Wijaya.
Pada 1970-an hingga 1980-an, sedikit demi sedikit terjadi pergeseran tema dan bentuk penulisan cerpen akibat semakin
banyaknya koran-koran yang menyediakan rubriknya untuk karya sastra. Cerpen-cerpen dengan halaman yang pendek, serta tema-
tema aktual, bermunculan dan menjadi sangat populer. Para penulis cerpen pada periode itu, semakin banyak mengalihkan perhatian
untuk media publikasinya kepada koran. Hal ini sangat dapat dipahami: pertama, pada tahun-tahun itu berbagai majalah sastra
sudah berguguran, hanya tinggal Horison sebagai satu-satunya majalah sastra yang masih bertahan.
Sampai 1990-an bahkan hingga memasuki abad ke-21 jumlah koran dan majalah yang menyediakan rubriknya untuk cerpen semakin
bertambah. Jumlah cerpen yang dipublikasikan para pengarang cerpen lewat dua media ini, tentu juga semakin bertambah.
Anda diharapkan dapat membaca cerpen yang dianggap penting dalam tiap periode. Dalam pelajaran kali ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan tema dan alur yang ada dalam sebuah cerpen.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Indonesia,
2004
H. B. Jassin dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia.
H B J i dij l ki
b i P
Gambar 12.4
219
Telaah Sastra