Plot Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia Bahasa Kelas 12 Yudi Irawan Adi Abdul Somad dan Aminudin 2008

256 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Lokalitas Dayak dalam Karya Korrie Layun Rampan Oleh: Nuroniah Ketukan palu Dewan Kesenian Jakarta DKJ, yang memutuskan novel Upacara sebagai pemenang Sayembara Mengarang Roman tahun 1976, sempat mencengangkan banyak kalangan, terutama tokoh-tokoh yang berkecimpung langsung dalam dunia sastra. Seperti yang dikatakan Pamusuk Eneste, bahwa Upacara lebih tepat disebut sebuah uraian atau pembahasan antropologi karena Upacara melukiskan berbagai upacara secara terperinci. Tanggapan serupa juga dikemukakan oleh Putu Arya Tirtawirya dan Jakob Sumadjo yang mengatakan bahwa Upacara adalah sebuah esai. Tanggapan yang berbeda dikemukakan oleh Dodong Djiwapradja dalam pengantar Upacara. Dodong mengatakan, bahwa novel Upacara pada hakekatnya melukiskan pengalaman batin yang dihayati oleh tokoh aku tatkala menjalani pelbagai upacara meruwat Korrie L.R, 1976:9. Secara tidak langsung Dodong mengakui bahwa Upacara adalah sebuah novel, dan bahwa upacara merupakan tema dari Upacara. Terlepas dari polemik di atas, novel yang konon hasil pemikiran Korrie selama tiga tahun dan dituangkannya hanya dalam satu minggu ini, masih cukup menarik untuk diperbincangkan. Banyak aspek yang perlu untuk ditelusuri, walaupun novel ini sudah cukup lama jika dilihat dari kurun waktu penulisannya. Ada hal menarik ketika membaca novel Upacara, yakni masalah adat yang ditampilkannya. Adat suatu suku bangsa di Indonesia, suku bangsa yang berke- budayaan Dayak Banuaq. Hal ini mengingatkan kita pada trilogi novel karya Ahmad Tohari yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala. Kehadiran trilogi novel ini sempat menimbulkan kontroversi dalam dunia sastra. Hal ini disebabkan sosok ronggeng dalam novel tersebut begitu fenomenal dilahirkan oleh Ahmad Tohari, seorang pengarang yang dekat dengan dunia pesantren. Ahmad Tohari mengangkat riwayat hidup tokoh Sirintil yang harus mengalami tradisi Bukak Kelambu sebagai penobatannya untuk menjadi ronggeng. Persoalan adat dalam karya sastra selalu menarik untuk diperbincangkan. Seperti dalam Upacara yang merupakan hubungan antara religi dengan kehidupan suku Dayak Banuaq, dan mengungkapkan hal-hal yang terjadi dalam lingkungan suku tersebut. Dengan teknik yang dimilikinya, pengarang mampu mengangkat kenyataan sosial ke dalam sebuah karya sastra. Masalah adat dengan berbagai upacaranya ditampilkan secara panjang lebar. Kehadiran tokoh aku sebagai pencerita intern membuat kita bisa lebih memahami perasaan dan cerita yang dituturkan sang tokoh. Pembaca tidak hanya sebagai Ciri-ciri esai, yaitu sebagai berikut. 1. Hal utama dalam esai adalah gambaran kepribadian dari pengarang suatu karya sastra yang menurut penulis esai simpatik dan menarik. 2. Esai adalah tulisan yang bersifat pribadi. 3. Esai itu mempersoalkan masalah sejauh pengarang dapat merangsang hati penulis esai. Dalam menulis esai, ada langkah-langkah tertentu yang perlu diperhatikan. Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat menulis sebuah esai dengan sistematis. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. membaca naskah karya sastra; 2. memahami dan menganalisis struktur karya sastra yang dibaca; 3. menginterpretasikan makna atau pesan karya sastra; 4. mengemukakan pendapatgagasan pribadi terhadap karya sastra; 5. mengevaluasi karya sastra. Adapun tugas utama Anda saat menulis esai ialah menguraikan hal-hal berupa fakta yang dipadukan dengan gagasan atau ide serta pandangan penulisnya. Dengan demikian, agar memudahkan pekerjaan Anda saat membuat esai, Anda perlu membuat terlebih dahulu daftar-dafar fakta yang berkaitan dengan permasalahan dalam esai Anda. Sekarang, bacalah contoh esai berikut ini dengan saksama.