Tokoh dan Perwatakan Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia Bahasa Kelas 12 Yudi Irawan Adi Abdul Somad dan Aminudin 2008
271
Identiikasi Drama
Kritik sastra merupakan bagian penting dalam sejarah kesusastraan. Kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya
suatu hasil karya sastra. Di dalamnya diulas mengenai penilaian, tanggapan, dan komentar terhadap suatu karya sastra.
Dalam menulis kritik drama, langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut.
1. Memahami dengan baik drama yang akan dikritisi. 2. Menentukan sisi-sisi menarik dari drama tersebut.
3. Jika Anda bermaksud mengkritik drama dalam bentuk per-
tunjukan, Anda harus memerhatikan unsur-unsur pementas- annya. Unsur-unsur pementasan tersebut, antara lain artistik, make-
up, lighting, dan tata pentas. 4. Memberikan tanggapan mengenai kelebihan dan kekurangan
drama tersebut. Sekarang, bacalah contoh penulisan kritik terhadap drama yang
ditulis oleh Ajeng Cherie Kusumawardhani terhadap drama Topeng Kayu karya Kuntowijoyo berikut.
Simbol Kekuasaan dalam Drama
Topeng Kayu
Kritik kekuasaan berbentuk drama Ini bermula dari cerita mengenai sebuah taman yang super
istimewa. Desas-desus mengenai keistimewaannya telah tersebar di berbagai media masa. Bahkan,
konferensi ilmiah dan mimbar keagamaan pun ikut serta dalam menceritakannya. Kesuburan taman
tersebut banyak mengundang kepenasaran orang untuk mengunjungi. Konon, tidak ada tempat yang
lebih menakjubkan selain taman tersebut.
Walaupun demikian, keberadaan taman tersebut tetaplah misterius. Akibatnya, orang-
orang menjadi lebih tertantang lagi untuk mengunjunginya.
Suatu ketika, datang tiga orang yang merasa penasaran ingin mernbuktikan keistimewaan taman
tersebut. Mereka adalah seorang Laki-laki Tua, Pelacur, dan Pedagang. Setelah mendengar bujuk rayu
juru kunci yang benar-benar penuh rayuan, mereka pun memutuskan untuk mengunjungi taman guna
mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya.
Ketiga orang itu pun akhirnya menuntut pada Topeng Kayu untuk mengembalikan keberadaan
mereka seperti sedia kala. Mereka kemudian mulai melancarkan berbagai cara untuk mewujudkan ke-
hendak tersebut. Mulai dari melancarkan aksi diam, sampai unjuk rasa. Namun, tidak juga kehendak itu
terwujud. Mereka semakin merasa terbelenggu oleh keadaan ketika perlahan mereka menjadi sangat
bergantung pada keberadaan Topeng Kayu.
Masih mencermati segi bahasa, jika diper- hatikan dari dialog-dialog yang terjadi di dalamnya,
pembaca dapat menyimpulkan bahwa Topeng Kayu merupakan drama yang nonkonvensional. Terlihat
dari pembicaraan yang berlangsung antartokoh, mereka tidak menggunakan gaya bicara yang pada
umumnya terjadi pada drama konvensional, seperti Malam Jahanam. Maksudnya, gaya bahasa yang
digunakan cukup unik dengan banyaknya repetisi. Salah satunya adalah yang berbentuk mantra
penyembahan, seperti contoh berikut.
Laki-laki tua, pedagang, pelacur sajian apakah kuberikan padamu,
agar lapanglah jalan torunmu, agar kuatlah sayap terbangmu,
agar cepatlah kencang larimu agar kemslah bumi pijakmu,
agar teranglah cahaya tempatmu.
Berbicara mengenai penokohan drama ini, terdapat tujuh pelaku yang berperan di dalam-
nya, yaitu Jurukund, Para Pelancong, Laki-laki Tua, Pelacur, Pedagangjopeng Kayu, dan Topeng-topeng.
Penggunaan nama-nama tersebut pada para pelaku menunjukkan bahwa drama tersebut memang
drama yang nonkonvensional. Maksudnya, sesuai dengan tujuan penga-
rangnya untuk menyimbolkan suatu peristiwa, penokohan dengan menggunakan teknik seper-
ti ini akan sangat membantu pencapaian tujuan tersebut. Tokoh-tokoh menjadi bebas tanpa terikat
dengan segala hal yang menjadi kesesuaian dengan kehidupan nyata serupa dengan drama Aduh Putu
Wijaya. Dengan kata lainr tokoh-tokoh tersebut dapat mewakili masyarakat pada zaman sekarang,
dahulu, atau zaman yang akan datang.
Mengenai motif, konflik, peristiwa, dan alur yang terdapat dalam drama Topeng Kayu
dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dari rasa kepenasaran yang dimiliki tokoh Laki-laki Tua, Pelacur,
dan Pedagang untuk membuktikan kesohoran taman.
Sumber: Pikiran Rakyat,
2 April 2004
Anda harus memerhatikan langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan dalam menulis kritik drama.
A d h h ik
Gambar 15.3