Analisis Penyimpangan Bahasa Aktif & Kreatif Berbahasa Indonesia Bahasa Kelas 12 Yudi Irawan Adi Abdul Somad dan Aminudin 2008

151 Memahami Puisi Golek gemilang ditukarnya pula Aku engkau di kotak terletak Aku boneka engkau boneka Penyenang dalang mengarak sajak Melalui puisi tersebut, Anda mendapat gambaran, meskipun hidup senang dengan kekasih dunianya, sesungguhnya manusia ini tidak ubahnya hanyalah boneka yang dipermainkan oleh Tuhan sebagai dalangnya. Manusia hidup untuk menuruti kesenangan Tuhan dalam mengatur lakon nasib manusia yang hanya sebentar. Bait ke-2, 3, 4, dan 5 merupakan perbandingan epos epic simile, yaitu perbandingan yang diteruskan secara panjang lebar. Hidup manusia sang aku diumpamakan lakon yang dimainkan di layar. Hidup sang aku seperti mimpi, seperti lakon di layar yang dibeberkan. Sang aku dan kekasihnya seperti boneka yang dimainkan oleh dalang, yang hanya untuk menyenangkan dalang: Aku boneka engkau boneka Penghibur dalang mengatur tembang. Boneka merupakan kiasan manusia. Dalang kiasan Tuhan yang berkuasa atas hidup mati manusia. Panjang hidup manusia itu hanya selagu, sepanjang dendang, yaitu sangat singkat, hanya tiga atau lima menit. Boneka, dalang, lakon, tembang, dan sajak merupakan term pembanding vehicle metafora. Dengan perbandingan dan citra-citra tersebut gambaran menjadi jelas. Tampak bahwa hidup manusia itu, berarti bagi manusia sendiri karena hanya untuk permainan. Semua ini merupakan ironi, yaitu kelihatannya hidup ini begitu menyenangkan, begitu penting, tetapi sebetulnya hanya permainan. Bahwa hidup ini sebagai permainan ditekankan dalam dua bait yang sejajar artinya, yaitu bait ke-4 dan ke-5. Bait ke-5 merupakan ulangan bait ke-4 dengan variasi. Inti pernyataan itu dalam bait ke-4 baris 1, 2, adalah: Aku boneka engkau boneka Penghibur dalang mengatur tembang Dalam bait ke-5 baris 3, 4, diulang dengan variasi: Aku boneka engkau boneka, Penyenang dalang mengarak sajak Bait ke-5 menjadi mengeras artinya, menjadi memperjelas sifat ironi. Hal ini disebabkan juga oleh bunyi kakofoni, bunyi yang jelek, yang parau pada baris ke-2, 3, 4, yaitu bunyi berturut-turut kakofoni. Kakofoni memberi asosiasi hal yang buruk, jelek, atau tidak menyenangkan, dalam petikan puisi ini: Aku engkau di kotak terletak Aku boneka engkau boneka, Penyenang dalang mengarak sajak Dalam bait ke-4 juga terjadi ironi dengan dipergunakan efoni euphony, yaitu bunyi merdu. Bunyi merdu itu ditimbulkan oleh bunyi sengau yang berulang-ulang: Aku boneka engkau boneka Penghibur dalang mengatur tembang Di layar Kembang bertukar pandang Hanya selagu, sepanjang dendang 152 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Efoni ini memberikan efek suasana yang menyenangkan, tetapi ironisnya kesenangan itu hanyalah kesenangan semu, yang hakekatnya kesia-siaan. Ini merupakan ketragisan hidup manusia.

2. Nilai yang Terdapat dalam Puisi

Hal selanjutnya yang dapat kita analisis adalah nilai yang ada dalam kedua puisi. Puisi pertama mengandung nilai bahwa segala sesuatu yang kita percaya baik jangan sampai berubah. Seperti halnya kelakuan kita yang baik jangan sampai mengendur atau luntur. Kita pun bisa mengimplementasikannya dalam menjalin persahabatan. Hidup yang baik adalah kualitasnya yang tidak berubah. Alangkah lebih baiknya jika hal tersebut bertambah baik. Adapun dalam puisi kedua, kita dapat mengambil nilai-nilai tentang arti sebenarnya hidup ini. Dalam hal ini, hidup itu seperti wayang yang dimainkan dalang. Kita hanya bisa bermimpi dan memainkan lakon Sang Maha Penguasa. Panjang hidup manusia itu hanya selagu. Ada negeri yang lebih abadi saat kita menemui Sang Dalang sebenarnya atas kehidupan ini. Dari nilai-nilai yang ada dalam kedua puisi tersebut kita dapat memahami bahwa Paham dalam puisi pertama adalah mencoba untuk menghilangkan pandangan tidak mempunyai harapan baik pesimis terhadap apa yang kita percayai. Adapun dalam puisi Amir Hamzah tecermin nilai etika keagamaan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan. Sajak Rumah rumah ini semakin sempit di dalamnya kita sama-sama terpuruk dan tak bisa saling menolong ruang bau mengkudu sedang kuku tetap membiru wajah kian tirus dada kian tipis mulut lesi selalu terbatuk sekian lama lupa bersenandung si tua pemilik rumah datang tidak untuk menjenguk tapi mengusir Sumber: Horison Edisi Khusus Puisi Internasional Indonesia, 2002 1. Bacalah kedua puisi berikut dengan saksama. Puisi 1: karya Nenden Lilis Aisyah Puisi 2: karya Brigitte Oleschinski Jerman Etwas Leeres, etwas Stilles bleibt zurück auf dem Strand, der sich grau und offen gegen den Wind reibt, ein ausgewaschener Körper, entspannt, verrenkt, über dem es heller wird Uji Materi 153 Memahami Puisi und dunkel und wieder hell, während in den Augenhöhlen allmählich das Salz trocknet, einer neuen Netzhaut nicht unähnlich, widerstandslos in den Himmel gerichtet, Augen beinahe, auf- geshlagen für immer Sesuatu yang Hampa, Sesuatu yang Diam, Tersisa di pantai, yang dengan kelabu dan terbuka menggeserkan diri menantang angin, seonggok kerangka yang sudah aus, menggeliat, terpilin, di atasnya siang beringsut jadi malam, lalu siang, lalu malam lagi, dalam kurun itu garam perlahan mengering di rongga mata, bagaikan retina baru yang pasrah menengadah ke langit, hampir menjadi mata sesungguhnya, terbuka untuk selamanya Sumber: Horison Edisi Khusus Puisi Internasional Indonesia, 2002 Diterjemahkan oleh Nikmah Sarjono dibantu oleh Berthold Damshäuser Sumber: Majalah Horison, 2002 2. Analisislah penyimpangan bahasa berikut dalam kedua puisi tersebut dengan alasan dan bukti yang logis. a. arti kosakata leksikal; b. bunyi-bunyi kebahasaan fonologi; c. tata makna semantis d. tata kalimat sintaksis. 3. Analisis pula nilai etika kehidupan yang dianut dalam kedua puisi tersebut. a. Nilai etika keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha. b. Sikap penyair terhadap hidup yang menyerah pada nasib fatalis. c. Pandangan penyair terhadap harapan tidak baik pesimis. d. Pandangan penyair terhadap kehidupan yang tidak berakhlak amoral. e. Pandangan penyair terhadap kebenaran tertinggi yang tidak dapat diketahui agnostik. Kegiatan Lanjutan 1. Bergabunglah dengan kelompok puisi Anda. Kemudian, carilah sebuah puisi yang termasuk karya sastra Indonesia dan sebuah karya sastra terjemahan. 2. Analisislah kedua puisi tersebut berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pada Uji Materi. 3. Diskusikanlah hasil pekerjaan kelompok Anda dengan kelompok lain. 154 Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa Pada pembelajaran 9A, Anda telah belajar membandingkan puisi Indonesia dan puisi terjemahan. Dalam pembelajaran ini, Anda akan berlatih mendengarkan pembicaraan puisi terjemahan, sehingga pemahaman terhadap puisi lebih ditingkatkan. Selain memahami isi puisi, kita pun dapat menentukan unsur- unsur puisi, yakni tema, subject matter, feeling, dan tone. Berikut penjelasannya. 1. Tema merupakan ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Tema berbeda dengan pandangan moral meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah. 2. Subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya. Subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang secara khusus membangun sesuatu yang diungkapkan penyair. Untuk mengetahui subject matter, kita dapat mengajukan pertanyaan, Pokok-pokok pikiran apa yang diungkapkan penyair? 3. Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. 4. Tone adalah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya. Dengan demikian, kita dapat mengajukan pertanyaan, Bagaimana sikap penyair terhadap pembaca? Setelah kita mampu menganalisis puisi tersebut dari segi tema, pokok pikiran yang dikemukakan sikap penyair terhadap objek yang dibicarakan, dan sikap penyair terhadap pembaca, kita dapat memahami amanat atau tema pesan yang disampaikan. Amanat biasanya tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, tetapi lebih banyak penyampaian amanat itu tidak disadari penyair. Dengarkanlah pembacaan puisi berikut. Puisi karya Gerrit Komrij Belanda Mendengarkan Pembacaan Puisi Terjemahan Contragewicht Er is een land dat ik met pijn verliet, Er is een land dat ik met pijn bewoon. Een derde land daartussen is er niet. Mijn leven volgt een zonderling patroon: Want waar ik heenga voel ik me niet thuis En waar ik thuis ben wil ik telkens weg. De grens wordt smal tussen geluk en kruis, Steeds minder denk ik wat ik hardop zeg. Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan isi puisi terjemahan yang akan dibacakan, menentukan tema dengan bukti yang mendukung, menentukan sikap penyair terhadap objek yang dibicarakan dalam puisi, serta menentukan amanat pesan penyair, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Sumber: Majalah Horison, 2002 Gerrit Komrij lahir di Winterswijk, 1944. Gerrit Komrij lahir di Wintersw Gambar 9.4 B