Di Sulawesi Barat Maleo senkawor terkonsentrasi di Kabupaten Mamuju, namun demikian hal tersebut masih membutuhkan konfirmasi mengenai
penyebaran dan status lokasi bertelur Dekker, 1990. Beberapa lokasi bertelur di Kabupaten Mamuju telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor. Populasi Maleo
senkawor saat ini diperkirakan 4000-7000 pasang dan tersebar di 131 tempat bertelur di Sulawesi Utara, sementara di Sulawesi Tengah dan Barat Maleo
senkawor tersebar di 63 lokasi Buchart dan Baker, 1999. Diperkirakan jumlah Maleo senkawor di Kabupaten Mamuju tidak lebih dari 100 ekor Gazi, 2004.
2.2 Karakteristik Telur Maleo Senkawor
Maleo senkawor merupakan bangsa burung yang mempunyai telur yang sangat besar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, yaitu 10 sampai 17 persen
dari ukuran tubuh. Sebagai gambaran, berat telur ayam kampung Gallus
domesticus hanya 3 tiga persen dari ukuran tubuh dimana ukuran tubuh kedua induk tidak terpaut jauh Dekker dan Wattel, 1987.
Ukuran telur Maleo senkawor adalah sebagai berikut berat telur: 215.71 + 24.81 g, panjang telur: 101.84 + 2.87 cm, dan lebar telur: 61.06 + 2.22 cm.
Proporsi telur Maleo senkawor didominasi dengan jumlah kuning telur yang banyak. Kandungan kuning telur pada Maleo senkawor sebesar 67.8. Hal ini
menjadikan telur Maleo senkawor sangat menarik untuk dikonsumsi oleh manusia dibandingkan telur ayam kampung yang beratnya hanya berkisar antara
50–60 g dengan kandungan kuning telur 30 Gazi, 2004.
2.3 Habitat Maleo Senkawor
Habitat mempunyai peranan penting bagi setiap organisme di dalamnya, setidaknya fungsi habitat sebagai penyedia makanan, serta air, dan sebagai
pelindung. Berdasarkan komponennya, habitat dibedakan atas komponen fisik dan komponen biotik, dan kedua komponen ini saling berinteraksi sehingga
dapat mengendalikan kehidupan satwa liar. Secara terperinci komponen fisik terdiri atas air, udara, iklim, topografi, tanah, dan ruang, sedangkan komponen
biotik terdiri atas vegetasi, mikro dan makro, fauna, serta adanya manusia Alikodra, 2002.
Maleo senkawor adalah bangsa burung yang hidup pada daerah hutan primer dataran rendah yang aktivitasnya meliputi tidur, beristirahat, mencari makan,
bertelur, dan aktivitas sosial lainnya. Aktivitas pada hutan sekunder hampir mirip dengan aktivitas pada hutan primer, namun burung Maleo senkawor jarang
menggunakan kawasan hutan sekunder sebagai tempat tidur. Beberapa populasi aleo juga menggunakan daerah berpasir di tepi pantai untuk bertelur
Gunawan, 1994.
2.4 Lokasi Bertelur Maleo Senkawor
Keberadaan lokasi bertelur sangat berperan penting sesuai dengan perannya sebagai penyokong kehidupan bagi Maleo senkawor. Lokasi bertelur
dipergunakan untuk mencari makan, minum, dan menjalankan aktivitas reproduksinya. Dalam hal aktivitas reproduksi, Maleo senkawor menggunakan
lokasi bertelur untuk membantu proses pengeraman telur, hal ini terkait dengan perilaku Maleo senkawor yang tidak mempunyai naluri mengerami telur dan
mengasuh anak Dekker dan Wattel, 1987. Lokasi bertelur bagi Maleo senkawor merupakan suatu lokasi yang memiliki sumber panas yang dapat
membantu proses pengeraman telur. Lokasi bertelur terbagi dua tipe yaitu lokasi bertelur di dalam hutan dan lokasi bertelur di tepi pantai.
Lokasi bertelur di dalam hutan biasanya merupakan suatu areal yang tidak umum tersedia karena merupakan tempat yang cukup terbuka dan memiliki
vegetasi yang tidak terlalu rapat. Sumber panas bagi telur Maleo senkawor dapat berasal dari aktivitas vulkanis di dalam tanah, aliran air panas dalam tanah,
proses dekomposisi daun lapuk oleh jasad renik, atau panas sinar matahari Gunawan, 2000. Lokasi bertelur di tepi pantai merupakan daerah berpasir yang
digunakan Maleo senkawor untuk meletakkan telurnya yang letaknya terpisah dari habitat hutan yang merupakan tempat hidupnya. Biasanya Maleo senkawor
menggali lubang dalam kelompok yang terdiri atas beberapa pasang secara bersama-sama. Aktivitas bertelur ini dilakukan pada pagi hingga siang hari dan
kegiatan penggalian dilakukan oleh kedua induk Maleo senkawor. Sumber panas bagi telur Maleo senkawor di dalam tanah diperoleh dari radiasi sinar matahari
Argeloo, 1991.
Faktor kunci bagi Maleo senkawor dalam memilih lokasi bertelur adalah: 1 sumber panas, 2 aksesibilitas, 3 keamanan dari gangguan, dan 4 musim
untuk lokasi bersumber panas matahari. Dalam menentukan sarang untuk meletakkan telur, Maleo senkawor cenderung lebih menyukai tempat dengan
kondisi: 1 aman dari gangguan manusia, 2 efektivitas sumber panas, 3 kelembaban tanah, 4 pengaruh iklim mikro di atas permukaan tanah terutama
hujan, dan 4 keamanan dari predator Gunawan, 2000.
2.5 Karakteristik Vegetasi