3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas peta lokasi skala 1 : 250.000, kompas, GPS Global Positioning System, teropong binokular, dan
kamera. Alat yang dibutuhkan untuk pengolahan data adalah perangkat komputer dengan program
ArcView GIS 3.3.
Penentuan Lokasi Bertelur
- Aktif - Telah ditinggalkan
- Status tidak diketahui - Penemuan Lokasi Baru
- Pengelompokan Lokasi Bertelur
- Pengamatan Langsung
- Studi Pustaka
Analisis Data
Analisis Kondisi Lokasi Bertelur
Metode Penelitian
Analisis Pemahaman Masyarakat
- Wawancara - Kuisioner
-
Pengamatan Langsung - Studi Pustaka
Kondisi Fisik - Tipe Lokasi Bertelur
- Luas Lokasi Bertelur - Tekstur
Tanah - Jarak dengan Bibir Pantai
Akses - Jarak dengan Hutan
- Jarak dengan Jalan - Jarak
dengan Permukiman
Invasi Vegetasi Sekunder - Luas Tutupan Vegetasi
Sekunder - Jenis
Vegetasi Gangguan
- Kehadiran Manusia
- Bentuk Gangguan
- Frekuensi Gangguan
Kondisi - Baik
- Sedang - Kurang
- Tidak Baik
Invasi Vegetasi Sekunder - Bersih
- Agak Tertutup
- Sebagian Tertutup
- Tertutup Akses
- Bebas - Terbatas
- Terganggu - Tidak Ada Akses
Gangguan - Tidak
Ada - Kurang
- Sering - Ada
Gangguan
Prioritas Konservasi
- Sikap dan Perilaku
Lokasi Bertelur Aktif
- Pemahaman
Penyebaran dan Status Lokasi Bertelur
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi 2 dua tahap, yaitu penentuan lokasi bertelur dan analisis lokasi bertelur. Tahap analisis lokasi bertelur dibagi menjadi analisis
kondisi lokasi bertelur dan analisis pemahaman masyarakat Gambar 3.
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian
3.3.1 Penentuan Lokasi Bertelur
Survei pendahuluan dan studi pustaka dilakukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi bertelur Maleo senkawor di Kabupaten Mamuju.
Selanjutnya metode tersebut dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai keadaan suatu individu, gejala atau kelompok tertentu Walpole, 1992. Lebih
lanjut, hal ini akan dianalisis berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan. Analisis dalam penentuan lokasi bertelur dilakukan secara sengaja atau
purposive sampling Nawawi, 1995. Penentuan lokasi mengacu pada referensi peneliti sebelumnya Gazi, 2004; Buchart dan Baker, 1999; Mallombasang,
1995. Pada tahap ini, dilakukan inventarisasi ulang lokasi bertelur dan kemungkinan ditemukannya lokasi bertelur baru.
3.3.2 Analisis Kondisi Lokasi Bertelur a. Penilaian Kriteria Lokasi Bertelur
Pada tahap ini dilakukan inventarisasi pada beberapa komponen yang berperan penting untuk menilai kondisi suatu lokasi bertelur. Metode
survei dianalisis secara deskriptif dengan pengamatan langsung dan berdasarkan studi pustaka. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan dan uraian berdasarkan data dan informasi yang akan diperoleh selama penelitian. Penilaian terhadap kriteria lokasi
bertelur Tabel 2 yaitu : a Dimensi lokasi: luas lokasi bertelur Maleo senkawor;
b Tipe lokasi: apakah tiap lokasi bertelur merupakan tipe lokasi bertelur tepi pantai atau lokasi bertelur di tengah hutan yang ditentukan
berdasarkan karakertistik lokasi bertelur; c Jarak dengan jalan terdekat: diukur jarak antara tepi jalan raya dengan
titik tengah lokasi bertelur. Pengukuran berdasarkan acuan peta jalan dan dihubungkan dengan penentuan lokasi bertelur dengan bantuan
GPS; d Jarak terdekat dengan bibir pantai: diukur jarak batas air di bibir pantai
dengan titik tengah lokasi bertelur;
e Jarak terdekat dengan perkampungan: diukur jarak terdekat titik tengah lokasi bertelur dengan permukiman masyarakat;
f Jarak dengan hutan: diukur jarak terdekat titik tengah lokasi bertelur dengan batas wilayah hutan terdekat. Semua pengukuran dilakukan
dengan satuan meter dengan alat GPS; g Kondisi vegetasi sekunder: dicatat keberadaan vegetasi sekunder, luas
tutupan vegetasi; h Kondisi lubang peneluran: dimensi dan jumlah lubang peneluran;
i Kondisi pasir: dicatat jenis pasir yang terdapat di lokasi bertelur; j Predator: dihitung apakah terdapat atau tidak pemangsa, jumlah dan
jenis pemangsa yang ada di lokasi bertelur; k Jumlah pasangan Maleo senkawor yang menggunakan lokasi bertelur:
dihitung dengan mengamati secara langsung dari tempat tersembunyi, dari hasil wawancara dengan masyarakat pengumpul telur, atau dari
referensi peneliti sebelumnya jumlah pasangan Maleo senkawor yang mendatangi lokasi bertelur;
l Pengumpulan telur: dihitung ada atau tidaknya aktivitas pengambilan telur oleh masyarakat;
m Gangguan manusia: ada atau tidaknya aktivitas manusia disekitar lokasi bertelur, bentuk gangguan, serta frekuensi terjadinya gangguan
manusia di lokasi bertelur. Tabel 2 Penilaian Kriteria Lokasi Bertelur
Atribut
Kriteria Metode Pengambilan Data
Kondisi fisik 1. Tipe Lokasi
2. Luas Lokasi 3. Tekstur Tanah
4. Jarak dengan Bibir Pantai 5. Kondisi Lubang
1. Pengamatan Lapangan
2. Studi Pustaka
Akses 1. Jarak dengan Hutan
2. Jarak dengan Jalan 3. Jarak dengan Permukiman
1. Pengamatan Lapangan
2. Studi Pustaka Invasi
Vegetasi Sekunder
1. Jenis Vegetasi 2. Luas Tutupan Vegetasi
1. Pengamatan Lapangan 2. Studi
Pustaka Gangguan
1. Kehadiran Manusia 2. Bentuk Gangguan
3. Frekuensi Gangguan 1. Pengamatan Lapangan
2. Studi Pustaka
b. Analisis Data Kondisi Lokasi Bertelur