Lokasi bertelur yang telah ditinggalkan oleh Maleo senkawor sebagai tempat bertelur adalah Tikke dan Terbao. Kondisi terakhir di daerah tersebut,
merupakan kawasan pesisir pantai yang telah menjadi hunian penduduk, daerah yang dulunya diperkirakan sebagai hutan mangrove, sekarang telah dikonversi
dan dikelola penduduk desa menjadi petak-petak tambak Gambar 6.
Gambar 6 Lokasi Bertelur yang Telah Ditinggalkan oleh Maleo Senkawor
d. Lokasi Bertelur yang Statusnya Tidak Diketahui
Hasil inventarisasi lokasi bertelur di Kabupaten Mamuju menunjukkan, bahwa 3 tiga lokasi bertelur yang informasinya diperoleh dari peneliti
sebelumnya, yaitu Tanjung Dapuran, Lariang, dan Mamuju tidak dapat ditemukan titik tepat lokasi tempat Maleo senkawor meletakkan telur. Tanjung Dapuran tidak
dapat diakses dikarenakan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Lariang merupakan nama suatu daerah yang dibelah oleh sungai besar dimana menurut
beberapa narasumber, sempadan sungai tersebut dahulu digunakan oleh Maleo senkawor untuk bertelur. Saat ini aktivitas penambangan pasir sungai aktif
dilakukan dan sudah tidak ada jejak lokasi bertelur Maleo senkawor di daerah tersebut.
Mamuju merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang sudah ramai dengan pelbagai aktivitas manusia. Berdasarkan informasi dari penduduk kota
Mamuju dahulu memang terdapat beberapa titik tempat Maleo senkawor bertelur, namun saat ini telah menjadi hunian padat atau dijadikan tempat pusat kegiatan
ekonomi kota sehingga lokasi tersebut sudah sangat tidak layak disebut sebagai lokasi bertelur Maleo senkawor.
e. Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Hasil penelitian di 18 lokasi aktif yang digunakan Maleo senkawor untuk bertelur menunjukkan, bahwa lokasi bertelur Maleo senkawor memiliki
karakteristik yang cukup beragam mulai dari letak areal peneluran di pantai hingga vegetasi hutan yang menjadi koridor penghubung bagi Maleo senkawor
menuju lokasi bertelur Gambar 7.
Gambar 7 Peta Pengelompokan Lokasi Bertelur Berdasarkan Karakteristik
Wilayah
1. Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung
Lokasi bertelur memiliki karakteristik semacam tanggul yang letaknya antara 20 hingga 30 meter dari lokasi bertelur. Lokasi bertelur
lebih aman dari jangkauan gelombang pasang dikarenakan adanya tanggul pelindung alami sehingga lokasi bertelur tidak bersentuhan
langsung dengan laut lepas. Gambar 8.
Gambar 8 Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung
Lokasi bertelur dapat dengan mudah dibedakan dibandingkan daerah berpasir lainnya karena adanya semacam kubangan-kubangan yang
merupakan lubang yang telah turun temurun digunakan oleh Maleo senkawor Lampiran 6. Masyarakat yang mengambil hasil laut pada saat
air surut acap kali menyaksikan Maleo senkawor bertelur dan selanjutnya mengintai dari kejauhan untuk menunggu proses bertelur selesai dan
mengambil telur Maleo senkawor. Masyarakat dapat mencapai menuju lokasi bertelur dari dua arah, yaitu dari hamparan pantai pasang surut dan
dengan melewati hutan. Tipe pantai dengan keadaan alam seperti ini tidak umum tersedia dan hanya terdapat di 2 dua lokasi bertelur, yaitu di
Barang-barang dan Udung Butung.
2. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Mangrove
Lokasi bertelur dengan vegetasi mangrove merupakan suatu areal tepi pantai yang berhadapan dengan laut lepas. Lapangan peneluran
posisinya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Hal yang membedakan dibandingkan tipe lokasi bertelur lainnya adalah terdapat
hutan mangrove yang selalu terisi air pada saat keadaan pasang.
Maleo senkawor yang menggunakan lokasi bertelur dengan tipe seperti ini harus melewati hutan mangrove terlebih dahulu. Lokasi bertelur
dengan vegetasi mangrove letaknya cukup jauh dari permukiman penduduk, akses manusia menuju lokasi bertelur hanya dapat ditempuh
dengan menggunakan sampan. Sistem perakaran pohon bakau sangat sulit dilalui dan berlumpur, hal tersebut menyebabkan akses darat melalui
hutan bakau yang sulit dilalui. Terdapat 3 tiga lokasi yang memiliki tipe dengan vegetasi
mangrove sebagai hutan penghubung bagi Maleo senkawor dari hutan primer menuju lokasi bertelur. Lokasi tersebut adalah Lelo Losso,
Tambung dan Padongga yang secara lengkap tersaji pada Gambar 9.
Gambar 9 Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Mangrove
3. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Landai Dataran Rendah
Topografi wilayah yang rata dan landai merupakan kondisi umum wilayah pantai yang ada di Kabupaten Mamuju. Lokasi bertelur dengan
kondisi demikian ini paling banyak dijumpai selama penelitian. Karakteristik lokasi bertelur tersebut ditandai dengan lapangan peneluran
yang lebar, lokasi bertelur berada di tepi pantai yang secara langsung berbatasan laut lepas tanpa sekat apapun seperti halnya tanggul
pelindung. Meskipun lokasi bertelur langsung berhadapan dengan lautan lepas, tetapi dengan kondisi lokasi bertelur yang tersedia cukup lebar,
maka hal ini akan menjamin lokasi bertelur aman dari pengaruh pasang surut air laut.
Lubang-lubang tempat Maleo senkawor meletakkan telurnya berada di lapangan terbuka yang bebas dari naungan. Lubang galian sangat
mudah dikenali oleh karena keadaannya yang bersih dari semak rendah. Lubang bertelur dapat berjumlah lebih dari satu hingga memiliki bentuk
seperti kubangan pasir, ataupun dapat terpisah satu dengan yang lainnya dalam kawasan yang cukup luas.
Terdapat 7 tujuh lokasi bertelur dengan karakteristik hutan dataran rendah yang keadaannya landai, yaitu Koloe, Lemo, Pambua,
Bambamata, Kasoloang, Tanjung Tambue, dan Belang-belang. Lokasi bertelur yang landai seperti ini tersebar di bagian utara Kabupaten
Mamuju di mana di bagian wilayah tersebut kondisi alam lebih rata dengan sedikit daerah berbukit. Secara rinci, gambaran mengenai lokasi
bertelur dengan karakteristik vegetasi hutan landai dataran rendah disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Landai Dataran Rendah
4. Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Berbukit
Lokasi bertelur dengan kondisi alam hutan berbukit terdapat di bagian selatan Kabupaten Mamuju. Dua lokasi bertelur yang memiliki
karakteristik tersebut adalah lokasi bertelur di Tapanduli dan Udung butung. Lapangan peneluran yang tersedia tidak terlalu luas dan letak
lubang terpisah satu dengan lainnya. Lokasi bertelur umumnya berada di bawah naungan pepohonan yang tajuknya cukup jarang ataupun pohon
kelapa dan semak. Maleo senkawor dapat menjangkau lokasi bertelur langsung dari kawasan hutan berbukit.
Menurut informasi penduduk lokal mengatakan, bahwa mereka beberapa kali mendapati Maleo senkawor terbang meluncur dari
pepohonan di perbukitan menuju pepohonan yang lebih rendah di sekitar lokasi bertelur. Deskripsi mengenai lokasi bertelur yang berbatasan
dengan hutan berbukit dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Hutan Berbukit
5. Lokasi Bertelur di Dalam Perkebunan Perseorangan
Perkebunan masyarakat yang kebanyakan menanam pohon kelapa sebagai komoditas andalan banyak terdapat di Kabupaten Mamuju.
Kepemilikan lahan ini kebanyakan dikuasai secara perseorangan sehingga terdapat banyak petakan-petakan pagar hidup di antara kebun
kelapa. Kebun kelapa yang berada di tepi pantai berpasir juga digunakan Maleo senkawor untuk bertelur, biasanya Maleo senkawor memilih
perkebunan kelapa yang jarang dikunjungi pemiliknya seperti yang terdapat di lokasi bertelur Tapanduli, Kayumaloa, dan Malasigo. Lokasi
bertelur di Randomayang merupakan lahan pertanian yang sepertinya belum lama dikelola oleh penduduk lokal, hal ini di tandai dengan
tanaman yang terlihat baru di tanam. Pada dasarnya bukanlah Maleo senkawor yang memilih untuk
bersarang di perkebunan penduduk, namun areal tersebut diduga sejak awal digunakan Maleo senkawor untuk bertelur, kemudian setelah
pembukaan lahan dan pengelolaan lahan intensif dilakukan hingga ke pelosok-pelosok desa maka terbentuklah lokasi bertelur Maleo senkawor
di dalam kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kondisi lokasi bertelur Maleo senkawor di dalam lahan pemanfaatan oleh manusia dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Lokasi Bertelur di Dalam Perkebunan Perseorangan
6. Lokasi Bertelur di Antara Semak Tinggi
Lokasi bertelur dengan kondisi yang tersembunyi oleh semak yang kurang lebih 1 satu meter merupakan salah satu tipe lokasi yang tidak
umum ditemukan di Kabupaten Mamuju dan hanya terdapat di lokasi bertelur Udung Butung. Maleo senkawor menggali lubang di bawah
semak-semak yang umumnya didominasi oleh Lantana camara.
Lokasi bertelur cukup sulit diketahui karena tersembunyi di balik semak-semak
yang cukup tinggi. Keadaan lokasi bertelur yang tertutup oleh tanaman semak justru berperan sebagai kamuflase yang sempurna bagi induk
selama melakukan aktivitas bertelur dan juga untuk melindungi lokasi bertelur dari penglihatan pemangsa. Gambaran jelas mengenai lokasi
bertelur di antara semak tinggi dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Lokasi Bertelur di Antara Tumbuhan Semak Tinggi
7. Lokasi Bertelur di Longsoran Perbukitan Berpasir
Satu-satunya lokasi bertelur yang tidak berada di pesisir pantai adalah lokasi bertelur di Tobinta. Merupakan lokasi bertelur yang terletak di
pinggir hutan yang terbentuk oleh longsoran perbukitan berpasir. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang bermukim
disekitar lokasi bertelur tersebut, bahwa lokasi bertelur Tobinta awalnya merupakan kawasan berhutan. Terjadinya longsor dibagian tebing
menciptakan kawasan berpasir yang kontras keadaannya dengan daerah bervegetasi di sekitarnya, dan pada akhirnya digunakan oleh Maleo
senkawor sebagai lokasi bertelur Gambar 14.
Gambar 14 Lokasi Bertelur di Pasir Longsoran Perbukitan
4.2 Kondisi Umum Lokasi Bertelur Maleo Senkawor di Kabupaten Mamuju