Bebas Terbatas
Tidak ada akses Gambar 23 Akses Maleo Senkawor Terhadap Lokasi Bertelur
Gambar 23 tampak bahwa suatu lokasi bertelur Maleo senkawor dikatakan sudah tidak memiliki akses apabila lokasi tersebut benar-benar
terpisah dari hutan primer. Maleo senkawor hanya dapat mencapai lokasi bertelur dengan melintasi areal pertanian, tanaman perkebunan dan jenis
gangguan lainnya yang dibuat manusia. Pembukaan hutan untuk dijadikan daerah tambak juga menghilangkan akses Maleo senkawor menuju lokasi
bertelur. Kehadiran permukiman juga memberi kontribusi karena kawasan permukiman memerlukan sarana mobilitas berupa jalan yang sering kali
memotong antara lokasi bertelur Maleo senkawor dan daerah berhutan.
4.3 Adaptasi Maleo Senkawor
Maleo senkawor merupakan satwa liar yang “pencemas” yang sangat responsif dengan kondisi lingkungan di mana pun satwa tersebut berada.
Berdasarkan hasil penelitian, Maleo senkawor juga memperlihatkan bentuk- bentuk adaptasi dengan memanfaatkan lokasi bertelur yang telah dikelola oleh
masyarakat atau memanfaatkan lokasi-lokasi bertelur baru yang sebelumnya tidak digunakan oleh Maleo senkawor.
4.3.1 Bentuk Adaptasi Maleo Senkawor a. Terbentuknya Lokasi Bertelur Baru
Maleo senkawor merupakan bangsa burung yang sangat menyukai daerah berpasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi
bertelur di Tobinta dapat dijadikan parameter bentuk adaptasi Maleo senkawor. Lokasi bertelur tersebut saat ini dimanfaatkan Maleo senkawor
untuk bertelur setelah terjadi longsoran di bagian hutan berbukit di atasnya.
Lokasi bertelur tersebut terlihat seperti kubangan pasir dan sangat mencolok dibandingkan daerah sekelilingnya yang berwarna hijau.
Diduga oleh karena alasan ini Maleo senkawor yang melintasi daerah tersebut selanjutnya menggunakan lokasi tersebut sebagai tempat
meletakkan telur Gambar 24.
Gambar 24 Lokasi Bertelur di Tobinta Maleo senkawor mempunyai dua tipe lokasi bertelur, yakni lokasi
bertelur di hutan dan lokasi bertelur di tepi pantai. Berdasarkan hasil identifikasi, lokasi bertelur di Tobinta merupakan satu-satunya lokasi
bertelur di hutan dari 18 lokasi bertelur aktif yang ada di Kabupaten Mamuju. Sedikitnya jumlah lokasi bertelur di hutan diduga karena tidak di
setiap tempat terdapat daerah di dalam hutan yang kondisinya terbuka dan terdapat hamparan tanah berpasir. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dekker 1990 bahwa lokasi bertelur dengan sumber panas berasal dari aktivitas geotermal di hutan dapat berupa kawasan seluas beberapa
hektar yang terpisah dari daerah berhutan dan tidak umum selalu tersedia.
Hal lainnya yang menyebabkan lokasi bertelur di dalam hutan tidak banyak jumlahnya diduga karena terkait hubungannya dengan sifat
tanaman hutan, dimana apabila ada daerah yang terbuka maka tanaman perintis berupa tanaman merambat dan jenis liana akan dengan segera
menginvasi dan menutup daerah tidak berhutan tersebut. Namun hal ini masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut.
b. Lokasi Bertelur di Jalan Pengerasan