Faktor kunci bagi Maleo senkawor dalam memilih lokasi bertelur adalah: 1 sumber panas, 2 aksesibilitas, 3 keamanan dari gangguan, dan 4 musim
untuk lokasi bersumber panas matahari. Dalam menentukan sarang untuk meletakkan telur, Maleo senkawor cenderung lebih menyukai tempat dengan
kondisi: 1 aman dari gangguan manusia, 2 efektivitas sumber panas, 3 kelembaban tanah, 4 pengaruh iklim mikro di atas permukaan tanah terutama
hujan, dan 4 keamanan dari predator Gunawan, 2000.
2.5 Karakteristik Vegetasi
Habitat satwa terdiri atas dua komponen penting, yaitu lokasi geografis dan vegetasi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya suatu jenis satwa liar
mempertahankan kelangsungan hidupnya ditentukan salah satunya oleh faktor karakteristik vegetasinya Copperider dkk, 1988. Selanjutnya dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan karakteristik vegetasi adalah : a Struktur vegetasi yang terdiri atas tinggi pohon, kerapatan semak, persentase
penutupan tajuk; b Komposisi
vegetasi. Khusus untuk Maleo senkawor, suatu habitat yang terdapat vegetasi
sekunder dengan kerapatan yang tinggi maka struktur dan kerapatan vegetasi tersebut dipandang sangat penting Zieren, 1985. Komponen-komponen
tersebut amat berperan di dalam aktivitas rutin selama musim bertelur dari Maleo senkawor. Aktivitas tersebut adalah :
a Hinggap; b Bertengger;
c Menghindari bahayagangguan berlari dan terbang; d Jarak antarpohon, semak, dan perakaran agar memungkinkan penggalian
lubang peneluran;
2.6 Suhu Lubang Peneluran
Maleo senkawor, seperti telah disebutkan di atas, merupakan burung yang tidak memiliki naluri mengerami telur dan mengasuh anak. Setelah
meletakkan telur, Maleo senkawor akan kembali ke dalam hutan dan tidak memperdulikan terhadap telur yang telah ditimbun dalam lubang.
Maleo senkawor membenamkan telurnya kedalam lubang galian kemudian selanjutnya alam akan mengambil alih peran induk untuk memberi sumber panas
untuk perkembangan embrio dalam telur. Setelah telur menetas, maka anak Maleo senkawor akan mencari makan sendiri tanpa bantuan dari induk. Menurut
Gunawan 1994 temperatur di lubang peneluran berkisar antara 34.00-40.70
o
C. Temperatur di lubang peneluran di daerah Tambun Sulawesi Utara berdasarkan
lubang kedalaman lubang yang berbeda beda secara berturut-turut adalah; 29.4- 31.0
o
C, 30.9-32.7
o
C, 32.1-34.3
o
C, dan 33.8-36
o
C untuk kedalaman lubang 20, 30, 40, dan 50 cm Dekker, 1990. Kelembaban tanah di sekitar lokasi bertelur
Maleo senkawor tercatat bervariasi mulai 6.3-11.
2.7 Sifat Tanah