Lokasi Bertelur di Jalan Pengerasan Lokasi Bertelur di Dalam Areal Perkebunan

Hal lainnya yang menyebabkan lokasi bertelur di dalam hutan tidak banyak jumlahnya diduga karena terkait hubungannya dengan sifat tanaman hutan, dimana apabila ada daerah yang terbuka maka tanaman perintis berupa tanaman merambat dan jenis liana akan dengan segera menginvasi dan menutup daerah tidak berhutan tersebut. Namun hal ini masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut.

b. Lokasi Bertelur di Jalan Pengerasan

Maleo senkawor dapat menggali lubang dan melakukan aktivitas bertelurnya sepanjang tempat tersebut memberi kenyamanan bagi Maleo senkawor, bahkan untuk lokasi yang berada ditepi jalan. Kondisi demikian merupakan tempat Maleo senkawor membuat lubang untuk bertelur di tepi jalan seperti terlihat di lokasi bertelur Udung Butung. Fenomena ini dapat dipandang sebagai salah satu bentuk adaptasi Maleo senkawor mengingat daerah tersebut bukan merupakan lokasi bertelur. Secara lengkap, gambaran mengenai lubang peneluran di tepi jalan disajikan pada Gambar 25. Gambar 25 Lubang Galian yang Berada di Tepi Jalan Berdasarkan hasil identifikasi kondisi lokasi bertelur di Udung Butung, Maleo senkawor dapat menggali lubang peneluran di tepi jalan dikarenakan kondisi fisik merupakan tanah berpasir. Diduga bahwa Maleo senkawor memanfaatkan pinggiran jalan untuk menggali lubang dan bertelur, karena kondisi fisik lokasi tersebut tidak berbeda dengan lokasi bertelur utama yang terletak tidak jauh dari lokasi jalan tersebut. Alasan lain mengapa Maleo senkawor bertelur di tepi jalan adalah frekuensi penggunaan jalan oleh manusia masih kurang. Jalan tersebut baru akan ramai dilalui apabila ada kegiatan penting, seperti halnya upacara adat ataupun pertemuan di balai-balai desa. Selebihnya, penduduk desa lebih banyak menghabiskan waktu di kampung-kampung yang letaknya terpencar dan melakukan rutinitas harian sebagai nelayan. Oleh karena itu, Maleo senkawor dapat leluasa melakukan aktivitas bertelur terutama di pagi hingga siang hari dengan frekuensi pertemuan dengan manusia yang jarang. Meskipun memberikan alternatif lokasi bertelur bagi Maleo senkawor, lubang yang berada di tepi jalan tersebut belum dapat menjamin akan selalu digunakan Maleo senkawor. Lubang tersebut nantinya akan diabaikan oleh Maleo senkawor apabila penggunaan jalan oleh penduduk desa makin tinggi frekuensinya.

c. Lokasi Bertelur di Dalam Areal Perkebunan

Maleo senkawor yang menyebar dan hidup di Kabupaten Mamuju telah menjalankan strategi untuk dapat bertahan hidup. Bentuk lain dari proses adaptasi Maleo senkawor adalah dengan memanfaatkan areal perkebunan sebagai lokasi untuk membuat lubang galian dan bertelur. Berdasarkan hasil penelitian, Maleo senkawor memilih kawasan perkebunan yang pertajukannya atau dahan pohon yang besar dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Lokasi dengan kondisi Maleo senkawor memanfaatkan areal perkebunan sebagai lokasi bertelur, terdapat di Randomayang, Kayumaloa, Malasigo, dan Tapanduli. Di lokasi tersebut, Maleo senkawor bertelur di perkebunan kelapa yang juga berbatasan langsung dengan pantai. Hal ini sesuai pendapat Alikodra 2002 bahwa proses adaptasi dapat terjadi akibat perubahan habitat yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pokok dalam suatu populasi. Gambaran mengenai bentuk adaptasi Maleo senkawor di areal perkebunan dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 Lokasi Bertelur di Antara Lahan Perkebunan 4.3.2 Syarat Adaptasi Maleo Senkawor di Lokasi Bertelur Maleo senkawor dapat memberikan umpan balik positif dan dapat melakukan suatu bentuk adaptasi terhadap perubahan habitat sepanjang perubahan yang terjadi masih dapat ditoleransi dan tidak terjadi secara drastis. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa hal penting yang membuat Maleo senkawor memilih lokasi yang berbeda dengan lokasi bertelur pada umumnya. Hal tersebut adalah :

a. Terdapat Tanah Berpasir

Dokumen yang terkait

Strategi Burung Maleo (Macrochepalon maleo SAL. MULLER 1846) dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi

1 13 236

Biologi Perkembangan Burung Maleo (Macrocephalon maleo, Sall, Muller 1846) yang Ditetaskan Secara Ex Situ

3 48 190

Pendugaan Populasi, Preferensi Habitat Peneluran dan Pola Sebaran Maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) Berdasarkan Keberadaan Sarang di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

0 16 97

Analisis Preferensi Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

11 49 113

Analisis Preferensi Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

3 27 70

Karakteristik Fisik Sarang Burung Maleo (Macrocephalon maleo) Di Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop, Sulawesi Tengah.

0 0 7

FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN POPULASI MALEO SENKAWOR DI DESA SAUSU PIORE KABUPATEN PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH | Arista | Jurnal Warta Rimba 6341 20989 1 PB

1 2 8

KARAKTERISTIK TANAH DAN MIKROKLIMAT HABITAT BURUNG MALEO (MACROCEPHALON MALEO) DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH (Soil Characteristics and Microclimate of Habitat Maleo Bird (Macrocephalon Maleo) in Lore Lindu National Park Central Sulawesi | H

0 0 6

this PDF file KERAGAMAN GENETIK BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) BERDASARKAN POLIMORFISME PROTEIN DARAH | Hastarina | AGRISAINS 1 SM

0 0 9

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

0 1 14