Lokasi dan Waktu Penelitian Materi dan Alat Penelitian Rasio antara Keberadaan dan Kebutuhan Fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari

diadakan oleh pihak UPT pelabuhan, KUD, koperasi pegawai pelabuhan, BUMN, dan pihak swasta. 3 METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Tanjungsari, Kabu- paten Pemalang, Jawa Tengah antara bulan Juli - Agustus 2007.

3.2. Materi dan Alat Penelitian

Materi dalam penelitian ini adalah PPI Tanjungsari dengan seluruh keber- adaan fasilitas dan aktivitasnya. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner, kamera, dan komputer.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kasus. Dalam hal ini yang menjadi objek kasus adalah keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari. Aspek-aspek yang diteliti adalah fasilitas dan aktivitas di PPI Tanjungsari. Aspek keberadaan fasilitas dimaksud adalah ketersediaan fasilitas yang menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari. Aktivitas operasional yang diteliti adalah berdasarkan Direktorat Jenderal Perikanan 1994 diacu dalam Anastasia 2005, yaitu pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan, penya- luran perbekalan, serta aktivitas lain menurut Lubis 2007c yaitu pemeliharaan dan perbaikan, serta administrasi dan penyuluhan. Keberadaan fasilitas yang diteliti dalam menunjang aktivitas pangkalan pendaratan ikan PPI Tanjungsari dilakukan terhadap fasilitas-fasilitas yang didasarkan pada Lubis et. al. 2005. Jumlah seluruh fasilitas tersebut yakni 24 fasilitas yang terbagi menjadi kelompok fasilitas mutlakvital, fasilitas penting, dan fasilitas pelengkap. Rincian kelompok fasilitas-fasilitas tersebut adalah: 1 Fasilitas mutlak diperlukan atau vital, antara lain: dermaga pendaratan ikan dan muat, kolam pelabuhan, sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, tempat pelelangan ikan, pabrik es, tangki dan instalasi air, tempat penyediaan bahan bakar, bengkel reparasi kapal, dan kantor administrasi. 2 Fasilitas penting, antara lain: generator listrik, kantor kepala pelabuhan, tempat parkir, pos penghubung radio SSB, dan ruang pengepakan. 3 Fasilitas pelengkap, antara lain: dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, kamar kecil, pos penjagaan, balai pertemuan nelayan, rumah dinas, musala, mobil dinas, dan motor dinas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari, antara lain: 1 Mencatat jumlah dan jenis fasilitas yang ada dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari; 2 Mencatat ketiadaan fasilitas yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari; dan 3 Mengamati kondisi dan pemanfaatan fasilitas yang meliputi kondisi layak pakai, melampaui kapasitas, rusak, dan fasilitas ada dan diperlukan ADP, ada namun belum diperlukan ANBP, belum ada namun diperlukan BANP serta fasilitas belum ada namun belum diperlukan BANBP. 3.4. Perolehan Data Data yang diperoleh, meliputi:

3.4.1. Data primer

1 Data primer diperoleh dengan melakukan: 1 Pengamatan langsung di lokasi penelitian; dan 2 Wawancara dengan pengisian kuisioner yang telah dibuat terhadap 1 orang pengelola PPI Tanjungsari, 6 orang nelayan, 1 pengelola TPI, 1 pengelola KUD, 3 orang pengolah, dan 3 orang pedagang. Peng- ambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa jenis dan jumlah responden dapat mewakili tujuan penelitian. 2 Data primer utama yang diperlukan, antara lain: 1 Tingkat operasional, jenis, jumlah, dan kapasitas fasilitas; 2 Aktivitas pendaratan ikan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, pemeliharaan dan perbaikan, administrasi dan penyuluhan, serta pe- nyaluran perbekalan; 3 Jumlah dan jenis fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan, pemeliharaan dan per- baikan; administrasi dan penyuluhan; dan penyaluran perbekalan. 4 Jenis sarana transportasi yang digunakan dalam pengangkutan ikan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan TPI dan dari TPI ke daerah konsumen; dan 5 Kondisi fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pendaratan ikan, penanganan, pengolahan, pemasaran ikan, pemeliharaan dan perbaikan, administrasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan.

3.4.2. Data Sekunder

1 Data sekunder diperoleh dari: 1 Laporan dari instansi terkait, seperti: a. UPT PPI Tanjungsari; b. Perum prasarana Tanjungsari; c. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pemalang; d. BPS Kabupaten Pemalang; dan e. Pustaka sebagai penunjang dan pelengkap. 2 Data sekunder utama yang diperlukan, antara lain: a. Data jumlah, jenis, dan kapasitas fasilitas di PPI Tanjungsari; b. Produksi dan nilai produksi ikan yang didaratkan di PPI Tanjungsari selama 6 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2001 - 2006; dan c. Jumlah nelayan, alat tangkap, dan jumlah kapal penangkap ikan di PPI Tanjungsari selama 6 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2001 - 2006. 3 Data sekunder tambahan yang diperlukan, antara lain: a. Keadaan umum Kabupaten Pemalang, meliputi: • Letak atau posisi geografis dan topografi; dan • Jumlah penduduk. b. Keadaan umum perikanan tangkap di Kabupaten Pemalang dan PPI Tanjungsari, meliputi: • Jumlah dan perkembangan unit penangkapan 6 tahun terakhir; • Produksi ikan 6 tahun terakhir; dan • Daerah dan musim penangkapan secara umum. c. Lay out Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Tanjungsari. d. Peta daerah Kabupaten Pemalang.

3.5. Analisis Data

Dalam menentukan kategori penilaian keberadaan, kondisi, dan rasio fasilitas secara umum serta penentuan rasio, analisis yang digunakan melalui pendekatan teori statistik. Pembagian kategori penilaian tersebut didekati melalui aturan Sturges diacu dalam Sudjana 1996 tentang penentuan kelas interval yang berbentuk: N = 1 + 3,3 log n dengan N = banyaknya kelas n = banyaknya data Banyaknya kelas didalam penelitian ini diasumsikan sebagai banyaknya ketegori, sedangkan banyaknya fasilitas yang diamati sebagai banyaknya data. Fasilitas sebanyak 24 9 fasilitas vitalmutlak, 5 fasilitas penting, 10 fasilitas pelengkap menghasilkan banyaknya kategori N = 5,55 sehingga banyaknya kategori penilaian yang disarankan 5 atau 6. Pemilihan 5 kategori dilandasi oleh nilai pengkategorian yang lebih sederhana dan mudah, yakni kategori baik sekali, baik, cukup, buruk, dan buruk sekali. Pemilihan 5 kategori ini pun masih sesuai dengan yang dikemukakan Walpole 1988 bahwa biasanya banyaknya selang kelas diambil antara 5 sampai 20. Semakin sedikit banyaknya data, semakin sedikit pula banyaknya kelas yang diambil. Pembagian jumlah masing-masing kelompok fasilitas mutlakvital, penting, dan pelengkap untuk keberadaan fasilitas dan kondisi fasilitas yang dianalisis dengan pendekatan aturan Sturges dilakukan dengan pendekatan sebaran merata yang dapat dirumuskan sebagai berikut: JFK = 5 JKF dengan JFK = jumlah fasilitas per kategori JKF = jumlah per kelompok fasilitas 5 = kategori yang ditetapkan Sementara untuk menentukan kategori penilaian keberadaan, kondisi, dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari dirumuskan melalui pendekatan aljabar sebagai berikut: Ka = ∑ = + 4 1 1 n n dengan Ka = banyaknya kategori per kelompok fasilitas n = banyaknya fasilitas yang seharusnya ada Analisis ini digunakan karena perbedaan jumlah per kelompok fasilitas mut- lakvital, penting, pelengkap yang digunakan dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari. Keadaan ini disebabkan jumlah fasilitas yang dikaji secara teoritis di PPI Tanjungsari, yakni ke-24 fasilitas 9 fasilitas mutlakvital, 5 fasilitas penting, 10 fasilitas pelengkap belum terkait dengan aktivitas. Selanjutnya fasilitas- fasilitas tersebut akan dikelompokkan lagi berdasarkan aktivitasnya. Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya kategori penilaian per kelompok fasilitas untuk keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas berbeda. Banyaknya kategori penilaian untuk masing-masing kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap paling sedikit untuk keberadaan fasilitas yang seharusnya ada, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang suatu aktivitas di PPI Tanjungsari diperkirakan adalah 2 kategori, yakni baik dan buruk dengan jumlah fasilitas yang diperoleh hanya 1 fasilitas. Jumlah kategori penilaian terbanyak diperkirakan adalah 5 kategori, yakni baik sekali, baik, cukup, buruk, dan buruk sekali dengan jumlah 4 fasilitas atau lebih untuk masing kelompok fasilitas dalam menunjang suatu aktivitas. Pembagian jumlah untuk masing- masing kelompok fasilitas untuk keberadaan fasilitas, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari yang dianalisis dengan pendekatan aljabar dilakukan dengan pendekatan sebaran merata yang dapat dirumuskan sebagai berikut: JFK = Ka JKF dengan JFK = jumlah fasilitas per kategori JKF = jumlah per kelompok fasilitas Ka = banyaknya kategori per kelompok fasilitas Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui perolehan kategori di PPI Tanjungsari secara umum dengan mengacu pada perolehan kategori per kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap.

3.5.1. Analisis keberadaan dan kondisi fasilitas di PPI Tannjungsari

Analisis keberadaan dan kondisi fasilitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya seluruh fasilitas beserta kondisi fasilitas tersebut, baik fasilitas mutlakvital, fasilitas penting, maupun fasilitas pelengkap yang berada di PPI Tanjungsari Tabel 1. 1 Keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari Analisis dilakukan dengan menggunakan tabel berikut. Tabel 1 Keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari Keberadaan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Ada Tidak Ada 1 2 3 Vital Jumlah Persentase 1 2 3 Penting Jumlah Persentase 1 2 3 Pelengkap Jumlah Persentase Jumlah fasilitas seluruhnya yang berjumlah 24 terbagi atas fasilitas mutlak- vital yang berjumlah 9, fasilitas penting berjumlah 5 dan fasilitas pelengkap berjumlah 10. Masing-masing jumlah per kelompok fasilitas ini akan terbagi menjadi lima kelompok kategori yang telah ditetapkan. Penentuan kategori berdasarkan kelompok fasilitas tersebut adalah untuk menganalisis keberadaan ada atau tidak ada fasilitas di PPI Tanjungsari. Keberadaan ada atau tidak ada fasilitas di PPI Tanjungsari diindikasikan dengan adanya wujud nyata dari fasilitas tersebut. Selanjutnya perolehan kategori didasarkan pada banyaknya jumlah fasilitas yang yang ada atau tidak ada dalam masing-masing kelompok tersebut. Penetapan jumlah fasilitas digambarkan dalam bentuk skematis seperti tertera pada Gambar 2 berikut. Deskripsi visual dilakukan melalui penampilan grafik yang mendukung analisis pembagian jumlah fasilitas per kategori Gambar 3. Visualisasi tersebut akan memperjelas pembagian jumlah fasilitas yang telah ditetapkan dengan pendekatan sebaran merata serta dapat membandingkan langsung jumlah fasilitas yang telah ditetapkan per kategori dan jumlah fasilitas yang diperoleh per Gambar 2 Skema jumlah per kelompok fasilitas per kategori yang telah ditetapkan. kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap yang telah diamati secara langsung di PPI Tanjungsari. 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 1 3 5 7 9 2 4 6 8 10 12 Buruk Sekali Buruk Cukup Baik Baik Sekali Ka te g o ri Jumlah Fasilitas Fasilitas Pelengkap Fasilitas Penting Fasilitas Vital 2 Kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari Kondisi keberadaan fasilitas dilakukan dengan menggunakan tabel yang menganalisis ke-24 fasilitas tersebut. Indikasi penentuan kondisi layak pakai, melampaui kapasitas, dan tidak dapat digunakan Tabel 2 adalah luas bangunan fasilitas yang disesuaikan dengan penggunaannya dan kondisi fisik bangunan secara nyata yang diamati langsung di PPI Tanjungsari. Tabel 2 Kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 2 3 Vital Jumlah Persentase 1 2 3 Penting Jumlah Persentase 1 2 Pelengkap Gambar 3 Grafik jumlah kelompok fasilitas per kategori yang ditetapkan. 3 Jumlah Persentase Persentase yang diperoleh per kelompok mutlakvital, penting, pelengkap fasilitas akan menentukan kategori penilaian. Kategori dan interval persentase kondisi fasilitas adalah sama untuk semua kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap. Kondisi layak pakai menjadi acuan utama daripada dua kondisi lainnya dalam menentukan kategori penilaian secara umum yang akan diberikan. Hal ini disebabkan persentase yang diperoleh pada kondisi layak pakai sudah dapat memperlihatkan atau menggambarkan kategori penilaian yang akan diberikan. Penetapan interval persentase kondisi fasilitas berlaku untuk semua kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap seperti Gambar 4 berikut. Deskripsi visual dilakukan melalui penampilan grafik yang mendukung analisis pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori Gambar 5. Visualisasi tersebut akan memperjelas pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetap- kan serta dapat membandingkan langsung dengan persentase kondisi fasilitas yang diperoleh per kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap yang mengacu pada pengamatan secara langsung yang telah dilakukan di PPI Tanjungsari. Gambar 4 Skema pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan.

3.5.2. Analisis keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang akti- vitas PPI Tanjungsari

1 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas untuk menunjang aktivitas PPI Tanjungsari Analisis ini digunakan untuk menentukan keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas yang dilakukan di PPI Tanjungsari. Analisis keber- adaan fasilitas dilakukan dengan mentabulasi fasilitas-fasilitas yang seharusnya ada dan ada, sedangkan analisis kebutuhan fasilitas dilakukan dengan menta- bulasi fasilitas yang ada dan diperlukan ADP, ada namun belum diperlukan ANBP, belum ada namun diperlukan BANP, dan belum ada namun belum diperlukan BANBP dalam menunjang aktivitas PPI Tanjungsari pendaratan, penanganan, pengolahan ikan, pemasaran, pemeliharaan dan perbaikan, admini- strasi dan penyuluhan, serta penyaluran perbekalan Tabel 3. Analisis kebutuhan fasilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan dari fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam menunjang suatu aktivitas. Penentuan tingkat kebutuhan ADP, ANBP, BANP, dan BANBP diindikasikan dengan digunakan atau tidaknya fasilitas tersebut pada saat operasional PPI Tanjungsari. 100 79 59 39 19 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 120 Buruk Sekali Buruk Cukup Baik Baik Sekali Persentase Kondisi Fasilitas Layak Pakai Gambar 5 Grafik pembagian interval persentase kondisi fasilitas per kategori yang telah ditetapkan untuk seluruh ke- lompok fasilitas. Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan Tabel 3 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 2 3 Vital Jumlah Persentase 1 2 3 Penting Jumlah Persentase 1 2 3 Pelengkap Jumlah Persentase Ket: ADP = Ada dan diperlukan; ANBP = Ada namun belum diperlukan; dan BANP = Belum ada namun diperlukan; BANBP = Belum ada namun belum diperlukan Jumlah per kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap pada hasil tabulasi akan menentukan kategori penilaian dalam menunjang aktivitas yang terdapat di PPI Tanjungsari. Banyaknya kategori penilaian disesuaikan dengan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari seperti pada Gambar 6 berikut. Gambar 6 Pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas perkiraan seharusnya ada yang akan diperoleh di PPI Tanjungsari. Kebutuhan fasilitas dianalisis hampir sama seperti analisis keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas. Hal ini disebabkan kebutuhan fasilitas masih terkait langsung dengan keberadaan fasilitas Tabel 3. Persentase yang diperoleh per kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap pada hasil tabulasi akan menentukan kategori penilaian. Penggunaan persentase yang akan menentukan pembagian kategori pada analisis kebutuhan fasilitas inilah yang membedakan dengan analisis keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas. Kebutuhan fasilitas ada dan diperlukan ADP dan belum ada namun belum diperlukan BANBP menjadi acuan utama daripada dua kebutuhan lainnya dalam menentukan kategori penilaian secara umum yang akan diberikan. Hal ini dise- babkan persentase yang diperoleh pada kebutuhan ada dan diperlukan ADP dan belum ada namun belum diperlukan BANBP sudah dapat menggambarkan kategori penilaian yang akan diberikan. Jika persentase yang diperoleh ADP dan BANBP besar maka dapat diindikasikan bahwa aktivitas sudah berjalan dengan baik. Kebutuhan fasilitas BANBP dijadikan acuan utama dengan kebutuhan fasilitas ADP disebabkan kebutuhannya tidak memberikan pengaruh apapun terhadap kategori penilaian. Gambar 7 Grafik pembagian kategori keberadaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan jumlah fasilitas perkiraan seharusnya ada yang akan diperoleh di PPI Tanjungsari. Sebaliknya kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlukan ANBP tidak dimasukkan kedalam acuan utama dengan kebutuhan fasilitas belum ada namun diperlukan BANP karena keberadaan ANBP saat pengamatan, keber- adaanya tidak mendukung aktivitas di PPI Tanjungsari. Sementara jika kebutuhan fasilitas BANP dan ANBP memiliki persentase yang besar, hal ini mengindi- kasikan bahwa banyak aktivitas di PPI Tanjungsari yang berjalan kurang baik. Hal-hal inilah yang menjadi dasar pengelompokan kebutuhan fasilitas, yakni ADP dan BANBP; serta ANBP dan BANP. Penetapan perkiraan interval persentase kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari berlaku untuk semua kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap seperti Gambar 8. Penggambaran visual melalui penampilan grafik dilakukan untuk mendu- kung analisis pembagian interval persentase untuk kebutuhan fasilitas per kategori Gambar 9. Grafik tersebut akan memperjelas pembagian interval persentase perkiraan kebutuhan fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok sehingga dapat membandingkan langsung dengan persentase pada kebutuhan fasilitas yang diperoleh per kelompok fasilitas mutlakvital,penting, pelengkap yang telah diamati secara langsung di PPI Tanjungsari. Gambar 8 Pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase perkiraan yang akan diperoleh di PPI Tanjungsari. 2 Kondisi fasilitas dalam menunjang per aktivitas Analisis kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas dan analisis kebutuhan fasilitas di PPI Tanjungsari memiliki analisis yang sama. Persentase yang diper- oleh per kelompok fasilitas mutlakvital, penting, pelengkap pada hasil tabulasi Tabel 2 akan menentukan kategori penilaian. Pembagian interval persentase perkiraan per kategori untuk masing-masing kelompok untuk analisis kon- disi fasilitas pun sama dengan analisis kebutuhan fasilitas Gambar 8, akan tetapi pengelompokkan kondisi fasilitas saja yang membedakan. Deskripsi visual Gambar 9 yang sama pada analisis kebutuhan fasilitas akan mendukung pembagian interval persentase perkiraan kondisi fasilitas serta dapat membandingkan perolehan persentase kondisi fasilitas yang telah diamati secara langsung di PPI Tanjungsari. Acuan utama dalam memberikan kategori penilaian untuk kondisi fasilitas adalah kondisi yang layak pakai. Hal ini dise- babkan persentase yang diperoleh pada kondisi layak pakai sudah dapat memper- lihatkan atau menggambarkan kategori penilaian yang akan diberikan. Jika per- sentase pada kondisi fasilitas layak pakai besar dapat diindikasikan bahwa fasilitas di PPI Tanjungsari telah melakukan fungsinya dengan baik. Sebaliknya jika kondisi fasilitas yang melampaui kapasitas dan yang tidak dapat digunakan Gambar 9 Grafik pembagian kategori kebutuhan fasilitas yang telah ditetapkan dengan interval persentase perkiraan yang akan diperoleh di PPI Tanjungsari. memperoleh persentase besar maka dapat menunjukkan bahwa fungsi fasilitas kurang berjalan baik karena masih perlunya penambahan jenis fasilitas dan kapasitas serta perbaikan fasilitas. Oleh sebab itu pengelompokan kondisi fasilitas, yaitu yang layak pakai serta yang melampaui kapasitas dan tidak dapat digu- nakan.

3.5.3. Penentuan rasio keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menun- jang seluruh aktivitas

Penentuan rasio akan menjelaskan tingkat keberadaan seharusnya ada dan ada dan kebutuhan fasilitas ada dan diperlukanADP, ada namun belum diperlukanANBP dan belum ada namun diperlukanBANP dalam menunjang seluruh aktivitas PPI Tanjungsari. Kebutuhan fasilitas belum ada namun belum diperlukan BANBP tidak dibandingkan dengan fasilitas yang seharusnya ada karena perolehan persentase yang besar atau rendah tidak berpengaruh terhadap penilaian apapun. Rasio masing-masing kelompok fasilitas yang diperoleh akan menentukan kategori yang diberikan untuk tersebut dalam hal keberadaan dan kebutuhan seluruh fasilitas dalam menunjang seluruh aktivitas PPI Tanjungsari. Rasio yang diperoleh adalah dengan membandingkan komponen-komponen seperti tertera pada Tabel 4 berikut. Perbandingan Kelompok Fasilitas Rasio KF: KbF Kategori Vital Penting Ada Seharusnya Ada 100 Pelengkap Vital Penting ADP Seharusnya Ada 100 Pelengkap Vital Penting ANBP Seharusnya Ada 100 Pelengkap Vital Penting BANP Seharusnya Ada 100 Pelengkap Tabel 4 Komponen-komponen yang dibandingkan untuk menentukan rasio keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari Pembagian kategori pun dibagi atas lima kategori beserta interval persentase untuk keberadaan dan kebutuhan fasilitas yang dilakukan dengan pendekatan sebaran merata. Fasilitas yang seharusnya ada tidak terbagi-bagi menjadi interval persentase disebabkan fasilitasnya memang seharusnya dimiliki dalam mendu- kung suatu aktivitas PPI Tanjungsari. Selain itu, fasilitas yang seharusnya ada pun dijadikan dasar perbandingan dengan komponen-komponen lainnya. Pemba- gian interval persentase yang berbeda-beda disebabkan semakin besar persentase yang diperoleh kelompok ada dan ADP maka kategori yang diperoleh pun semakin baik. Sebaliknya jika persentase yang diperoleh kelompok ANBP dan BANP semakin besar maka kategori yang diperoleh akan semakin buruk. Oleh sebab itu pembagian kelompok dan interval persentase berbeda-beda seperti yang tertera pada Gambar 10 berikut. Secara keseluruhan fasilitas yang terdapat di PPI Tanjungsari beserta kebu- tuhannya dapat digambarkan dalam matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas seperti tertera pada Tabel 5. Tabel matriks ini akan menjelaskan secara keselu- ruhan fasilitas yang telah ada dan tidak ada beserta kebutuhan fasilitas tersebut di PPI Tanjungsari. Selain itu, tabel ini juga akan memperlihatkan kebutuhan fasi- litas mana yang menjadi prioritas untuk direalisasikan keberadaannya. Skema pembagian interval persentase untuk masing-masing kelompok fasilitas per kategori yang telah ditetapkan untuk seluruh aktivitas. Gambar 10 Kebutuhan Fasilitas Keberadaan Fasilitas ADP ANBP BANP BANBP ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. Ada ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. Tidak Ada ….. ….. ….. ….. Tabel 5 Matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Pemalang 4.1.1. Keadaan geografis dan topografi Secara geografis, Kabupaten Pemalang tercakup pada batas 8 52’ - 7 20’ LS dan 109 17’ - 109 40’ BT dengan luas wilayah 111.530 ha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2006. Kabupaten Pemalang yang berada di wilayah Pantai Utara Jawa ini mempunyai batas administratif, yakni batas utara yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa; dan tertutup di sisi lain, yakni di batas selatan yang merupakan Kabupaten Purbalingga. Batas-batas barat dan timur masing-masing adalah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pekalongan. Diapit dua kota yang berkembang dalam hal sub sektor perikanan tangkap, seperti Tegal dan Pekalongan, Kabupaten Pemalang cukup strategis dilihat dari letak geografisnya untuk mengembangkan sub sektor perikanan tangkap. Pema- saran hasil produksi ikan ke wilayah lokal maupun luar kota, seperti Semarang, Cirebon, Jakarta, dan Bandung juga menjadikan Kabupaten Pemalang memiliki potensi untuk meningkatkan hasil tangkapan karena pemasarannya yang cukup luas. Adapun hal ini harus didukung dengan keberadaan pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan sebagai penunjang kegiatan sub sektor perikanan tangkap. Salah satunya keberadaan PPI Tanjungsari yang memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan Kabupaten Pemalang dalam sektor perikanan. Nilai produksi hasil tangkapan sebesar Rp31.207.103.000,00 pada tahun 2005 merupakan pencapaian tertinggi yang diperoleh PPI Tanjungsari selama enam tahun terakhir Tabel 16 dan Gambar 25. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Pemalang relatif bervariasi dari daerah pantai di sebelah utara sampai ke pegunungan di sebelah selatan. Di sebelah utara terdapat daerah dataran pantai dengan ketinggian antara 1 - 5 m di atas permukaan air laut dan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6 - 15 m di atas permukaan air laut. Sementara itu di sebelah tengah sampai selatan Kabupaten Pemalang terdapat daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 16 - 212 m di atas permukaan air laut; kemudian dataran pegunungan dengan ketinggi- an antara 213 - 924 m di atas permukaan air laut; dan dataran ketinggian antara 925 m di atas permukaan air laut BPS 2007. 4.1.2. Keadaan penduduk Berdasarkan Biro Pusat Statistik 2001 - 2006, tercatat jumlah penduduk Kabupaten Pemalang dalam kurun waktu dua tahun terakhir antara tahun 2005 - 2006 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, jumlah penduduk tercatat 1.341.422 jiwa dan pada tahun 2006 1.352.796 jiwa, atau meningkat 0,85 Ta- bel 6. Pada tahun 2006, tercatat laki-laki berjumlah 669.699 jiwa atau 49,50 dan perempuan berjumlah 683.097 jiwa atau 50,50 . Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Pertumbuhan 2001 627.689 645.206 1.272.895 2002 634.050 650.948 1.284.998 0,95 2003 639.047 656.531 1.295.578 0,82 2004 643.489 659.349 1.302.838 0,56 2005 664.454 676.968 1.341.422 2,96 2006 669.699 683.097 1.352.796 0,85 Sumber: Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Pemalang 2007 Meskipun jumlah penduduk semakin meningkat setiap tahunnya, namun laju pertumbuhan penduduknya cenderung fluktuatif selama enam tahun terakhir Gambar 11. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2005, yaitu 2,96 , sedangkan penurunan signifikan terjadi pada tahun 2006 dengan laju pertumbuhan menjadi 0,85 . 1220000 1240000 1260000 1280000 1300000 1320000 1340000 1360000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Jum la h P e ndudu k 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 P e rt um buha n Jumlah Penduduk Pertumbuhan Tabel 6 Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Pema- lang, 2001 – 2006 Gambar 11 Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Pemalang, 2001 – 2006. Berbeda halnya dengan jumlah penduduk yang meningkat selama enam tahun terakhir, tidak demikian halnya dengan konsumsi ikan per kapitatahun Kabupaten Pemalang yang sangat fluktuatif Tabel 7. Konsumsi ikan per kapita Kabupaten Pemalang yang fluktuatif diiringi dengan produksi ikan yang juga fluktuatif selama enam tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan per kapita di Kabupaten Pemalang mengikuti produksi ikan yang tersedia. Tahun Produksi ikan ton Konsumsi ikan 2001 12.970,1 12,20 2002 15.999,7 14,90 2003 13.765,2 12,70 2004 14.245,8 13,00 2005 15.425,9 14,00 2006 13.886,4 12,20 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Konsumsi ikan pada tahun 2001 sebesar 12,20kapitatahun. Selanjutnya konsumsi ikan meningkat menjadi 14,90kapita di tahun 2002 yang diiringi pula dengan peningkatan produksi ikan dari 12.970,1 ton di tahun 2001 menjadi 15.999,7 ton di 2002. Peningkatan dan penurunan konsumsi ikan yang diikuti dengan produksi ikan terjadi pula pada tahun-tahun berikutnya seperti pada Gambar 12. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P ro duk si i k a n 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 K o ns u m s i i k an Produksi ikan Konsumsi ikan Tabel 7 Produksi dan konsumsi ikan per kapitatahun Kabupaten Pemalang, 2001 - 2006 Gambar 12 Produksi ikan dan konsumsi ikan per kapita tahun Kabupaten Pemalang, 2001 –2006. Dengan demikian dapat disimpulkan jika produksi ikan meningkat maka konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Pemalang pun meningkat dan sebaliknya. Hal ini memperlihatkan jika penduduk Pemalang sebenarnya memiliki budaya makan ikan yang cukup baik. Akan tetapi, pemanfaatan dan pengembangan perikanan yang optimal untuk meningkatkan produksi ikan sebaiknya dilakukan agar kebutuhan ikan terpenuhi dan terus meningkat setiap tahunnya di Kabupaten Pemalang.

4.1.3. Unit penangkapan ikan di Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang yang memiliki panjang pantai ± 35 km Dinas Per- ikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2006 dengan panjang pantai Jawa Tengah seluruhnya yakni 651,1 km serta aktivitas penangkapan di Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP Laut Jawa yang memiliki potensi 847.500 tontahun DKP 2002, menjadikan Kabupaten Pemalang mempunyai peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sumberdaya perikanan laut. Ditunjang dengan luas daratan seluas 111.530 ha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2006 dan jalur-jalur distribusi yang cukup baik untuk memasarkan hasil tangkapan menjadi faktor pendukung bagi Kabupaten Pemalang untuk tidak mengabaikan potensi sumberdaya perikanan laut yang ada. Dengan demikian, keterkaitan unit penangkapan ikan pun tidak dapat dipisahkan di dalam meman- faatkan dan mengembangkan sumberdaya perikanan laut serta menentukan keber- hasilan suatu aktivitas penangkapan. 1 Kapal Klasifikasi kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Pemalang dibagi menjadi dua jenis, yaitu kapal motor dan kapal motor tempel. Dominasi nelayan Kabupaten Pemalang adalah menggunakan kapal motor tempel berukuran 10 – 15 GT dalam melakukan aktivitas penangkapan. Kecenderungan perkembangan armada kapal di Kabupaten Pemalang dapat dikatakan tetap Tabel 8. Hal demikian dapat terlihat pada tahun 2001 dengan jumlah 1.213 unit yang mening- kat menjadi 1.263 unit di tahun 2002. Peningkatan kembali terjadi pada 2003 menjadi 1.277 unit, selanjutnya mengalami stagnasi sampai tahun 2006 Gambar 13. Jumlah unit Tahun Kapal Motor Motor Tempel Total Pertumbuhan 2001 149 1.064 1.213 2002 149 1.114 1.263 4,12 2003 170 1.107 1.277 1,11 2004 170 1.107 1.277 0,00 2005 170 1.107 1.277 0,00 2006 170 1.107 1.277 0,00 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Keterbatasan modal menjadi penyebab ketidakmampuan para nelayan jura- gan untuk membuat kapal baru, selain kebiasaan para nelayan juragan yang lebih senang membeli kapal dari sesama nelayan daripada harus membeli atau membuat kapal baru. Tidak dapat dielakkan, hal yang demikian akan mempengaruhi pro- duksi hasil tangkapan yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan daerah Kabupaten Pemalang khususnya dalam bidang perikanan. Akan tetapi, perbaikan terlihat di perkampungan nelayan Kecamatan Pemalang, Kelurahan Tanjungsari dimana mulai tahun 2007 terdapat nelayan-nelayan yang sedang membuat kapal walaupun masih skala kecil Gambar 33. Dengan adanya perbaikan ini diharap- kan proses pemanfaatan dan perkembangan sumberdaya perikanan laut dapat berjalan optimal. 200 400 600 800 1000 1200 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Jum la h uni t 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 P e rt um buha n Kapal Motor Motor Tempel Pertumbuhan Tabel 8 Perkembangan jumlah armada kapal di Kabupaten Pemalang, 2001-2006 Gambar 13 Perkembangan armada kapal di Kabupaten Pemalang, 2001 - 2006. 2 Alat tangkap Nelayan Kabupaten Pemalang biasa menggunakan alat tangkap antara lain purse seine, tramel net, payang gemplo, arad, gillnet, cantrang, dan pancing. Berbeda halnya dengan armada kapal yang perkembangannya cenderung tetap, perkembangan alat tangkap cenderung fluktuatif Tabel 9. Secara umum, kompo- sisi alat tangkap yang paling banyak digunakan selama enam tahun terakhir adalah gillnet dan trammel net dengan komposisi masing-masing yaitu 26,70 dan 26,41 Gambar 14. Alat Tangkap unit Tahun Arad Cantrang Gillnet Pancing Payang Purse Seine Trammel Net 2001 113 194 390 67 240 29 667 2002 137 217 543 75 320 30 581 2003 170 238 560 106 320 35 620 2004 211 248 568 109 321 37 685 2005 303 235 554 114 317 60 641 2006 250 702 762 67 634 32 147 Jumlah 1.184 1.834 3.377 538 2.152 223 3.341 Komposisi 9,36 14,50 26,70 4,25 17,01 1,76 26,41 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Pada tahun 2006 pun alat tangkap gillnet mendominasi dari semua alat tangkap yang digunakan. Selain kebiasaan, keefektifan, harga yang relatif murah serta kondisi perairan Kabupaten Pemalang menjadi penyebab mengapa alat tang- kap ini banyak digunakan para nelayan. Komposisi alat tangkap terendah adalah purse seine yaitu 1,76 . Harga alat tangkap purse seine yang cukup mahal menjadi penyebab mengapa alat tangkap ini tidak banyak digunakan oleh para nelayan Kabupaten Pemalang. Tabel 9 Perkembangan dan komposisi alat tangkap di Kabupaten Pema- lang, 2001-2006 Arad; 9,36 Cantrang; 14,50 Gillnet; 26,70 Pancing; 4,25 Payang; 17,01 Trammel Net; 26,41 Purse Seine; 1,76 3 Nelayan Fluktuasi jumlah nelayan selama enam tahun terakhir tidak terlalu besar, bahkan untuk nelayan pemilik jumlahnya cenderung tetap. Terbukti nelayan pemi- lik pada tahun 2001 dan 2002 jumlahnya tetap, yaitu 1.197 orang dan juga tetap dari tahun 2003 - 2006, yaitu 1.231 nelayan. Jumlah nelayan buruh terbanyak ter- dapat pada 2003, 2004 dan 2006 dengan jumlah yang sama, yakni 10.674 nelayan Tabel 10 dan Gambar 15. Status Nelayan Tahun Nelayan Pemilik Nelayan Buruh Jumlah Pertumbuhan 2001 1.197 8.790 9.987 2002 1.197 8.790 9.987 0,00 2003 1.231 10.674 11.905 19,20 2004 1.231 10.665 11.896 -0,08 2005 1.231 9.443 10.674 -10,27 2006 1.231 10.674 11.905 11,53 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Keadaan demikian memperlihatkan masih cukup besar yang ingin menjadi nelayan buruh dan umumnya hanya lulusan SD. Hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah nelayan buruh dan laju pertumbuhan nelayan pemilik dan buruh pada tahun 2005 sebesar -10,27 meningkat menjadi 11,53 di tahun 2006. Gambar 14 Komposisi alat tangkap di Kabupaten Pemalang, 2001-2006. Tabel 10 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pemalang, 2001 – 2006 2000 4000 6000 8000 10000 12000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Ju m la h N e la y a n -15 -10 -5 5 10 15 20 25 P e rt u m bu ha n Nelayan Pemilik Nelayan Buruh Pertumbuhan

4.1.4. Produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pemalang

Meski hanya termasuk pelabuhan perikanan tipe D, namun lima PPI Pang- kalan Pendaratan Ikan yang terdapat di Kabupaten Pemalang menjadi hal penting dalam mendukung pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya per- ikanan laut. Adapun lima PPI yang menjadi prasarana penting untuk menunjang aktivitas penangkapan adalah PPI Tanjungsari di Kecamatan Pemalang; PPI Asemdoyong di Kecamatan Taman; PPI Ketapang di Kecamatan Ulujami; PPI Mojo di Kecamatan Ulujami; dan PPI Tasikrejo di Kecamatan Ulujami. Tahun Produksi Kg Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan 2001 8.580.959 24.850.312.700 2002 9.651.848 12,48 28.653.347.800 15,30 2003 11.343.952 17,53 35.275.064.100 23,11 2004 12.696.311 11,92 44.191.704.600 25,28 2005 11.148.172 -12,19 42.480.823.000 -3,87 2006 9.272.380 -16,83 39.117.521.500 -7,92 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Kelima PPI tersebut memberi pemasukan bagi Kabupaten Pemalang melalui produksi hasil tangkapan yang dihasilkan. Namun selama dua tahun terakhir antara 2005 - 2006, jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan mengalami penu- runan Tabel 11, Gambar 16, dan Gambar 17. Hal ini disebabkan masih adanya Gambar 15 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pemalang, 2001 – 2006. Tabel 11 Jumlah, nilai, dan perkembangan produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pemalang, 2001 – 2006 beberapa PPI yang memerlukan perbaikan, peningkatan, dan penataan fasilitas untuk dapat mengoptimalkan fungsi PPI yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi hasil tangkapan. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P rod uks i T on -20 -15 -10 -5 5 10 15 20 P e rt um b uha n Produksi Ton Pertumbuhan 4.2. Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Tanjungsari 4.2.1. Lokasi PPI Tanjungsari Secara administratif, PPI Tanjungsari terletak di Desa Sugihwaras, Keca- matan Pemalang, Kabupaten Pemalang. Sekitar 500 m dari PPI Tanjungsari terdapat wisata Pantai Widuri. PPI Tanjungsari memiliki area seluas 10 ha. Hal ini telah memenuhi kriteria SK Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10- MEN2004 tentang pelabuhan perikanan yang menyebutkan luas lahan PPI sekurang-kurangnya 2 ha. Di dalam lingkungan PPI terdapat banyak perumahan nelayan yang permanen. Kondisi jalan yang luas, baik dan beraspal Gambar 17 memperlancar kendaraan untuk berlalu lalang menuju PPI sehingga memudahkan proses perbaikan atau penambahan fasilitas di PPI Tanjungsari. Selain itu juga, kemudahan aktivitas distribusi dan pemasaran produksi hasil tangkapan disebab- kan dekatnya lokasi PPI Tanjungsari dengan jalan raya utama yaitu sekitar 1 km yang menghubungkan langsung menuju jalur antar kota. Faktor-faktor inilah yang menjadikan lebih berkembangnya PPI Tanjungsari daripada PPI lainnya di Kabupaten Pemalang, disamping juga prestasi dan bersihnya kondisi PPI tersebut. Oleh sebab itu, PPI Tanjungsari berencana meningkatkan status menjadi pelabuh- Jumlah dan perkembangan produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pemalang, 2001 – 2006. Gambar 16 an perikanan tipe C PPP sesuai dengan ketetapan APBD Kabupaten Pemalang 2007 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007.

4.2.2. Musim dan daerah penangkapan

Musim penangkapan dibagi menjadi tiga, yakni musim puncak, musim sedang, dan musim paceklik. Musim puncak di daerah PPI Tanjungsari terjadi dari Mei sampai Agustus, musim sedang dari Januari sampai April, dan musim paceklik terjadi dari September sampai Desember. Nelayan PPI Tanjungsari biasa melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun, baik musim barat maupun musim timur. Namun jika cuaca buruk dengan gelombang tinggi datang, biasanya nelayan tidak melakukan operasi penangkapan. Nelayan melakukan penangkapan sekitar 6 km dari PPI Tanjungsari yaitu di sekitar perairan pantai Laut Jawa. Apabila musim paceklik tiba, operasi penangkapan bisa mencapai Pulau Sumatra, Sulawesi, atau pun Kalimantan. Hal ini disebabkan populasi ikan yang semakin menurun di perairan pantai Laut Jawa Dinas perikanan dan Kelautan Pemalang 2007. Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungsari yang terletak di Desa Sugihwaras, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang ini masih dipengaruhi oleh iklim tropis yang terdiri atas musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi sekitar November sampai April dengan curah hujan rata-rata per tahunnya Gambar 17 Kondisi jalan masuk ke PPI Tanjungsari. 1700 – 1800 mm, sedangkan musim kemarau terjadi dari Mei sampai dengan Oktober.

4.2.3. Unit penangkapan ikan di PPI Tanjungsari

Unit penangkapan ikan yang merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan akan sangat memengaruhi keberhasilan operasi penangkapan. Unit penangkapan ikan tidak akan dapat terlepas keterlibatannya dengan PPPPI karena awal dari aktivitas penangkapan bermula di PPPPI. Oleh sebab itu, unit penangkapan yang terdiri atas kapalperahu, alat tangkap, dan nelayan di PPI Tanjungsari akan diulas dan dibahas dalam enam tahun terakhir 2001 - 2006. 1 Kapal perahu penangkap ikan Klasifikasi kapalperahu penangkap ikan yang digunakan di PPI Tanjungsari terdiri atas kapal motor tempel dan kapal motor. Ketiadaan perahu tanpa motor mengindikasikan jika sub sektor perikanan tangkap sudah berkembang di PPI Tanjungsari karena kapal-kapal yang dipakai telah menggunakan motor dalam. Kayu meranti dan kayu jati mendominasi bahan baku dalam pembuatan kapal. Bahan bakar kapal-kapal ini umumnya menggunakan solar dan Tian Li menjadi merek mesin yang biasa digunakan pada kapal-kapal di PPI Tanjungsari. Jumlah dan perkembangan kapal-kapal penangkap ikan menurut jenisnya di PPI Tan- jungsari periode 2001 - 2006 disajikan pada Tabel 12 dan grafik perkembang- annya pada Gambar 18. Jumlah unit Tahun Kapal Motor Kapal Motor Tempel JumlahTotal unit Pertumbuhan 2001 10 500 510 2002 18 511 529 3,37 2003 18 511 529 0,00 2004 20 387 407 -23,06 2005 18 393 411 0,98 2006 13 393 406 -1,22 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Tabel 12 Jumlah dan perkembangan armada kapal di PPI Tanjungsari, 2001 - 2006 Kapal yang menggunakan mesin motor tempel outboard motor menjadi mayoritas kapal yang digunakan para nelayan di PPI Tanjungsari. Penyajian Tabel 12 dan Gambar 18 memperlihatkan bahwa kapal motor tempel jumlahnya tetap di tahun-tahun tertentu selama enam tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan jum- lah kapal pada 2002 dan 2003 yang memiliki jumlah kapal yang sama yakni 511 unit. Keadaan serupa terjadi pada 2005 dan 2006 dengan jumlah kapal yang sama pula yaitu 393 unit. Penurunan jumlah kapal motor tempel secara signifikan sem- pat terjadi dari 511 unit pada 2003 menjadi 387 unit di 2004. Meski kecil, diban- dingkan tahun 2004 jumlah kapal motor tempel sempat mengalami peningkatan pada 2005 menjadi 393 unit. Berbeda dengan kapal motor tempel yang perkembangan tidak stabil, perkembangan kapal motor memiliki kecenderungan tidak stabil. Peningkatan terjadi dari 10 unit pada 2001 menjadi 18 unit di 2002 dan 2003. Selanjutnya meningkat kembali menjadi 20 unit di 2004, kemudian terus mengalami penurun- an hingga 2006. Sedikitnya jumlah kapal motor atau hanya 4,76 disebabkan keterbatasan modal para nelayan pemilik. Selain itu, kecenderungan harga kapal motor lebih murah sehingga menjadikan kapal motor tempel lebih banyak dipakai nelayan-nelayan PPI Tanjungsari dalam melakukan operasi penangkapan. 100 200 300 400 500 600 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Ju m la h u n it -25 -20 -15 -10 -5 5 10 P e rt u m bu han Kapal Motor Kapal Motor Tempel Pertumbuhan ` Jumlah total kapal dalam keadaan stabil terjadi antara 2002 - 2003 dengan 529 unit sehingga laju pertumbuhannya nol. Penurunan laju pertumbuhan terjadi antara 2003 - 2004 dan 2005 – 2006 yakni masing-masing sebesar -23,06 dan Gambar 18 Jumlah dan perkembangan armada kapal di PPI Tanjungsari, 2001 – 2006. -1,22 . Kenaikan bahan bakar sebesar 22 berdasarkan Keppres No. 902002 tanggal 31 Desember 2002 ikut mempengaruhi perkembangan jumlah kapal di PPI Tanjungsari Anonymous 2003. Pendangkalan yang terus menerus terjadi di PPI Tanjungsari setiap tahunnya juga menjadi salah satu faktor penghambat keluar masuknya kapal ke wilayah PPI. Pendangkalan yang cukup tinggi yakni 2 m setiap tahunnya selama dua tahun terakhir ini membuktikan bahwa pengerukan tidak dilakukan secara kontinyu. Oleh sebab itu, dalam dua tahun terakhir 2005 - 2006, laju pertumbuhan kapal menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebe- lumnya. 2 Alat penangkap ikan Purse seine, payang, jaring gillnet, trammel net, dan pancing merupakan alat penangkap ikan yang biasa digunakan di PPI Tanjungsari. Perkembangan jumlah alat tangkap dari 2001 - 2006 cenderung mengalami penurunan Tabel 13. Pada periode 2001 - 2004, jumlah total seluruh alat tangkap terus menerus mengalami penurunan yang drastis. Peningkatan kembali terjadi dari 818 unit pada 2004 menjadi 851 unit di 2005 dengan pertumbuhan sebesar 4,03 . Pada 2006, peningkatan alat tangkap di PPI Tanjungsari menjadi 873 unit dengan pertum- buhan sebesar 2,59 . Berlawanan dengan laju pertumbuhan armada kapal penangkap ikan yang menurun antara 2005 - 2006, alat penangkap ikan memperlihatkan sebaliknya. Peningkatan laju pertumbuhan alat tangkap antara 2005 - 2006 menggambarkan bahwa PPI Tanjungsari mengembangkan sub sektor perikanan tangkap dengan memperbanyak jumlah alat tangkap daripada memperbanyak armada kapal pe- nangkap ikan. Hal ini disebabkan karena harga alat tangkap jauh lebih murah daripada harus membeli atau membuat kapal baru. Meski alat tangkap di PPI telah menunjukkan perkembangan dalam dua tahun terakhir Tabel 13 dan Gambar 19, namun hal itu belum dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan, seperti tertera pada Tabel 16 yang pada tahun 2005 memiliki laju pertumbuhan 16,27 me- nurun di tahun 2006 menjadi -11,92 . Jumlah alat tangkap unit Tahun Purse Seine Payang Trammel Net Pancing Gillnet Jumlah Pertumbuhan 2001 29 60 470 41 300 900 2002 58 40 375 - 400 873 -3,00 2003 18 40 375 - 400 833 -4,58 2004 36 38 379 - 365 818 -1,80 2005 59 40 373 - 379 851 4,03 2006 58 40 375 - 400 873 2,59 Jumlah 258 258 2.347 41 2.244 5.148 Komposisi 5,012 5,012 45,591 0,796 43,590 100 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Komposisi alat tangkap terbesar yang paling banyak digunakan nelayan PPI Tanjungsari selama 2001 - 2006 adalah trammel net sebesar 45,591 Gambar 20. Gillnet menjadi alat tangkap kedua terbesar yang banyak digunakan dengan komposisi sebesar 43,590 . Dominasi kedua alat tangkap ini disebabkan oleh keefektifan dan harga alat tangkap yang relatif murah, selain kebiasaan para nelayan PPI Tanjungsari menggunakan alat tangkap tersebut. 760 780 800 820 840 860 880 900 920 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Ju m la h u n it -6 -4 -2 2 4 6 P e rt umbu han Jumlah Total Alat Tangkap Pertumbuhan Kesesuaian alat tangkap dengan kondisi perairan pantai Kabupaten Pema- lang pun menjadi pemicu mengapa alat tangkap ini banyak digunakan. Komposisi terkecil diperoleh alat tangkap pancing sebesar 0,796 . Kekurangefektifan alat tangkap pancing ini meyebabkan produksi hasil tangkapan yang dihasilkan tidak Tabel 13 Jumlah, perkembangan dan komposisi alat tangkap di PPI Tanjung- sari, 2001 - 2006 Gambar 19 Jumlah dan perkembangan alat tangkap di PPI Tanjungsari, 2001 – 2006. sebanyak alat tangkap lainnya. Hal inilah yang menyebabkan selama lima tahun terakhir para nelayan PPI Tanjungsari meninggalkan alat tangkap ini dan beralih ke alat tangkap lainnya. 3 Nelayan Nelayan PPI Tanjungsari dibagi menjadi tiga jenis, yaitu nelayan pemilik, nelayan tetap, dan nelayan sambilan. Hampir seluruh nelayan PPI Tanjungsari merupakan nelayan yang berasal atau berdomisili tetap di Kabupaten Pemalang. Hal ini menjadikan nelayan akan kembali berlabuh di PPI Tanjungsari setelah melakukan operasi penangkapan ikan. Keberadaan nelayan sambilan yang baru muncul pada 2004 mengindikasikan bahwa sub sektor perikanan tangkap di PPI Tanjungsari memang berkembang pada periode 2001 - 2003. Pertama kali muncul pada 2004, nelayan sambilan di PPI Tanjungsari berjumlah 1007 nelayan yang kemudian semakin meningkat pada 2005 dan 2006 dengan jumlah nelayan sambilan masing-masing jumlahnya adalah 2383 dan 2416 nelayan Tabel 14 dan Gambar 22. Ketiadaan nelayan sambilan pada periode 2001 - 2003 memperlihatkan keseriusan nelayan-nelayan PPI Tanjungsari dalam mengembangkan sub sektor perikanan tangkap dengan menjadi nelayan tetap sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk DesaKelurahan Sugihwaras, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang Gambar 21. Berkembangnya sub sektor perikanan tangkap Pancing; 0,796 Trammel Net; 45,591 Payang; 5,012 Purse Seine ; 5,012 Gillnet; 43,590 Komposisi alat tangkap di PPI Tan- jungsari, 2001 – 2006. Gambar 20 periode 2001 - 2003 diperkuat pula oleh cukup tingginya jumlah alat tangkap dan armada kapal penangkap ikan yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Menurunnya jumlah nelayan pemilik dan terutama nelayan tetap pada dua tahun terakhir ini 2005 - 2006 menunjukkan bahwa besar kemungkinan terjadi peralihan status nelayan dari nelayan tetap menjadi nelayan sambilan. Perkem- bangan sub sektor perikanan tangkap yang terus merosot, antara lain karena kenaikan bahan bakar yang terus melambung, serta kondisi alam yang tidak me- nentu dalam tiga tahun terakhir sehingga terjadinya peralihan status nelayan dima- na nelayan dapat memperoleh penghasilan dari pekerjaan lain. Status Nelayan Tahun Pemilik Tetap Sambilan Jumlah Pertumbuhan 2001 445 4.002 - 4.447 2002 445 4.002 - 4.447 0,00 2003 450 1.470 - 1.920 -56,82 2004 442 4.290 1.007 5.739 198,81 2005 429 2.485 2.383 5.297 -7,70 2006 412 2.376 2.416 5.204 -1,76 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Nelayan-nelayan PPI Tanjungsari siap akan berangkat melakukan penangkapan ikan. Gambar 21 Tabel 14 Jumlah dan perkembangan nelayan PPI Tan- jungsari, 2001 - 2006 Secara umum jumlah total nelayan di PPI Tanjungari masih menunjukkan angka yang relatif besar jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir sebelumnya, yakni 2001 - 2003 meskipun laju pertumbuhan minus terjadi pada 2004 - 2005 sebesar -7,70 dan -1,76 pada tahun 2005 dan 2006. Hal ini menunjukkan bahwa profesi nelayan sebagai salah satu mata pencaharian di DesaKelurahan Sugihwaras, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang masih diminati pendu- duk setempat walaupun hanya sebagai nelayan sambilan. Nelayan PPI Tanjungsari Asemdoyong Mojo Ketapang Tasikrejo Tahun P T S P T S P T S P T S P T S 2001 445 4.002 - 523 3.077 1.000 84 263 13 129 387 - 16 48 - 2002 445 4.002 - 523 3.077 1.000 84 263 13 129 387 - 16 48 - 2003 450 1.470 - 523 3.077 1.000 84 263 13 129 513 - 16 48 - 2004 442 4.290 1.007 498 3.083 998 84 465 84 130 513 129 14 80 16 2005 429 2.485 2.383 509 3.245 336 139 256 154 138 387 117 16 32 48 2006 412 2.376 2.416 496 3.167 329 139 249 154 138 387 108 15 30 51 Jumlah 2.623 18.625 5.806 3.072 18.726 4.663 614 1.759 431 793 2.574 354 93 286 115 Total 27.054 26.461 2.804 3.721 494 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Ket : P = Pemilik; T = Tetap; S = Sambilan Pendidikan terakhir yang minim yakni rata-rata hanya lulusan SD yang disandang sebagian besar nelayan PPI Tanjungsari menjadikan profesi nelayan masih mendapatkan tempat bagi penduduk sekitar PPI Tanjungsari. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Ju m la h T o ta l N e la y a n -100 -50 50 100 150 200 250 P e rt um buha n Jumlah Total Nelayan Pertumbuhan Tabel 15 Jumlah dan perkembangan nelayan setiap PPI di Kabupaten Pemalang, 2001 - 2006 Jumlah dan perkembangan nelayan PPI Tanjungsari, 2001 – 2006. Gambar 22 Dominasi nelayan PPI Tanjungsari sebanyak 27.052 nelayan selama periode 2001 - 2006 menunjukkan bahwa sub sektor perikanan tangkap di PPI Tanjungsari lebih potensial untuk dikembangkan daripada PPI lainnya Tabel 15.

4.2.4. Produksi hasil tangkapan di PPI Tanjungsari

Produksi hasil tangkapan di PPI Tanjungsari Gambar 23 selama periode 2001 - 2006 memiliki kecenderungan yang fluktuatif Tabel 16 dan Gambar 24. Peningkatan secara signifikan terjadi dari tahun 2003 – 2004. Pada tahun 2003 dengan produksi hasil tangkapan sebanyak 3.076.022 kg menjadi 5.149.581 kg atau meningkat sebesar 67,41 pada tahun 2004. Walaupun peningkatan pro- duksi hasil tangkapan tidak diiringi dengan peningkatan armada kapal dan alat tangkap, namun hal ini dapat menjelaskan bahwa nelayan PPI Tanjungsari pada tahun tersebut melakukan operasi penangkapan dan memanfaatkan sumberdaya perikanan laut secara optimal. Tidak hanya mengalami peningkatan yang signifikan, penurunan signifikan pun sempat terjadi antara 2002 - 2003 sebesar -46,66 . Penurunan jumlah unit penangkapan ikan pada tahun yang sama disinyalir mempengaruhi produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Tanjungsari. Peningkatan produksi hasil tang- kapan terjadi pada tahun 2004 dan 2005, selanjutnya penurunan terjadi pada tahun Hasil tangkapan dalam keranjang dan di lantai PPI Tanjungsari. Gambar 23 berikutnya. Pertumbuhan pada 2004 sebesar 67,41 menurun menjadi 16,27 pada tahun 2005 dan -11,92 pada tahun 2006. Tahun Produksi Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan 2001 3.980.249 15.014.658.500 2002 5.766.670 44,88 22.659.863.000 50,92 2003 3.076.022 -46,66 12.805.194.000 -43,49 2004 5.149.581 67,41 23.514.350.000 83,63 2005 5.987.579 16,27 31.207.103.000 32,72 2006 5.273.812 -11,92 29.382.502.000 -5,85 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pemalang 2007 Pengerukan kolam pelabuhan yang tidak kontinyu menyebabkan terjadinya pendangkalan di PPI Tanjungsari. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat alur keluar masuk kapal ke wilayah PPI sehingga mengakibatkan beberapa kapal mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan lain, seperti pelabuhan di Cilacap dan Yogyakarta. Faktor eksternal yang menjadi penyebab menurunnya produksi hasil tangkapan di PPI Tanjungsari, antara lain harga bahan bakar yang semakin tinggi dan kondisi cuaca yang cepat berubah-ubah dalam beberapa tahun terakhir sehing- ga banyak nelayan PPI Tanjungsari yang tidak melaut. 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P roduk si K g -60 -40 -20 20 40 60 80 P e rt u m b uha n Produksi Kg Pertumbuhan Jumlah dan perkembangan produksi hasil tangkapan PPI Tanjungsari, 2001 – 2006. Tabel 16 Jumlah, nilai, dan perkembangan produksi hasil tangkapan di PPI Tanjungsari, 2001 - 2006 Gambar 24 Seperti yang dikemukakan Winarso 2006 bahwa sepanjang tahun 2006 kondisi laut udara global diwarnai oleh beberapa keganjilan yang umumnya cenderung meningkat. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada awal tahun 2006 lebih banyak diwarnai dengan turunnya curah hujan yang berfluktuasi.

4.3. Keberadaan dan Kondisi Fasilitas

Keberadaan fasilitas yang memadai dengan kondisi yang layak pakai akan sangat diperlukan agar aktivitas dan fungsi-fungsi kepelabuhanan dapat berjalan lancar dan optimal. Jika fungsi-fungsi pelabuhan perikanan berjalan baik maka dapat mengindikasikan keberhasilan pengelolaannya. Seperti yang dikemukakan Lubis 2006 bahwa terlaksana atau tidaknya fungsi-fungsi pelabuhan perikanan secara optimal, akan dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan pengelolaan pelabuhan perikanan. Peran penting pelabuhan perikanan PP ataupun pangkalan pendaratan ikan PPI dalam menjembatani aktivitas penangkapan menjadikan keberadaan dan kondisi fasilitas pelabuhan tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini terkait dengan pemanfaatan pelabuhan perikanan. Menurut Lubis 2007, pemanfaatan pelabuhan perikanan adalah cara bagaimana memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan yang ada seefisien dan seefektif mungkin untuk menjalankan aktivitas kepelabuhanan secara optimal. Banyaknya aktivitas kepelabuhanan yang terhambat atau terhenti karena minim- nya fasilitas di beberapa PP dan PPI. Hal ini dapat diartikan bahwa keberadaan dan kondisi fasilitas yang layak pakai menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan.

4.3.1. Keberadaan dan kondisi fasilitas PPI Tanjungsari

PPI Tanjungsari memiliki fasilitas-fasilitas yang umumnya terdapat pada pelabuhan perikanan lain meskipun ada beberapa fasilitas yang belum tersedia. Merujuk pada pengkategorian fasilitas menurut Lubis et. al. 2005 yang didasar- kan pada penelitian yang telah dilakukannya terdapat fasilitas mutlak diperlukan vital, fasilitas penting, dan fasilitas pelengkap Tabel 17. Fasilitas-fasilitas terse- but dikelola oleh pihak PPI, perorangan, maupun KUD. 1 Fasilitas mutlak diperlukan atau vital Fasilitas mutlak diperlukan atau vital adalah fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi kepelabuhanan. Fasilitas-fasilitas tersebut mutlak adanya pada awal pembangunan pelabuhan perikanan Lubis et. al. 2005. Fasilitas mut- lak diperlukan atau vital tersebut meliputi: dermaga pendaratan ikan, kolam pelabuhan, sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, tempat pelelangan ikan, pabrik es, tangki dan instalasi air, tempat penyediaan bahan bakar, bengkel reparasi kapal, dan kantor administrasi. Pabrik es dan bengkel reparasi kapal merupakan fasilitas yang belum dimiliki oleh PPI Tanjungsari. 1 Fasilitas dermaga pendaratan ikan dan muat a. Keberadaan dermaga pendaratan ikan dan muat Tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkapan, berlabuh atau tam- batnya kapal serta pengisian perbekalan melaut menjadikan fasilitas dermaga pendaratan ikan dan muat menjadi sangat vital. Pada tahun 2005, dermaga pendaratan ikan di PPI Tanjungsari Gambar 25 adalah sepanjang 130 m dileng- kapi dengan pir penangkis gelombang untuk menahan terjangan gelombang besar. Sebelum mengalami perpanjangan, dermaga ini adalah sepanjang 90 m. Perpan- jangan dermaga yang telah dilakukan untuk realisasi alokasi dana APBD Kabupa- ten Pemalang 2005 melakukan kegiatan rehabilitasi dan pengembangan PPI Tan- jungsari. Peningkatan status PPI Tanjungsari menjadi pelabuhan perikanan tipe C sesuai dengan APBD 2007 karena sebelumnya PPI Tanjungsari telah menambah dan memperbaiki fasilitas yang ada, salah satunya dengan memperpanjang der- maga sejauh 40 m. b. Kondisi dermaga pendaratan ikan Perbaikan dan perpanjangan dermaga pendaratan ikan di PPI Tanjungsari membuat kondisi fasilitas vital ini layak pakai dengan kapasitas yang mencukupi bagi kapal-kapal yang akan berlabuh atau bertambat di PPI Tanjungsari. Bangun- an beton dengan bahan baku semen mendominasi pembangunan dermaga penda- ratan ikan di PPI Tanjungari. Kondisi yang layak pakai serta kapasitas yang men- cukupi dari fasilitas ini memudahkan para nelayan untuk melakukan tambat atau labuhnya kapal-kapal di PPI Tanjungsari sehingga terdapat jarak antara kapal satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat membantu dan melancarkan nelayan-nelayan ini untuk melakukan bongkar muat hasil tangkapan. Selain itu, dampak dari kondisi dermaga yang layak dan mencukupi adalah keteraturan kapal-kapal yang bertam- bat dan tidak adanya antrian di dermaga pendaratan ikan. Lokasi dermaga yang berdekatan dengan TPI yang hanya sekitar 30 m menambah kemudahan dan kelancaran para nelayan di PPI Tanjungsari untuk melakukan aktivitas pengang- kutan dan pemasaran. Dengan demikian dengan adanya kenyamanan dari kondisi tersebut membuat nelayan-nelayan di PPI Tanjungsari jarang melakukan tambat labuh kapal di PPI lainnya. 2 Fasilitas kolam pelabuhan a. Keberadaan fasilitas kolam pelabuhan Lokasi perairan tempat masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga menjadikan kolam pelabuhan termasuk ke dalam fasilitas vital. Masuknya kapal- kapal yang akan bersandar di dermaga pelabuhan membuat fasilitas vital ini harus diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Hal ini disebabkan kolam pelabuhan yang baik akan memberikan kemudahan dan kelancaran para nelayan Dermaga pendaratan ikan di PPI Tanjungsari. Gambar 25 yang akan masuk dan menyandarkan kapal-kapalnya di dermga PPI tersebut. Dengan demikian, fasilitas vital ini dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau pendukung terhadap banyak sedikitnya kapal yang bersandar di suatu pela- buhan. Kolam pelabuhan yang terpasang di PPI Tanjungsari saat ini memiliki kedalaman 3 m dengan luas 2540 m 2 Gambar 26. Kawasan perairan PPI Tan- jungsari berhadapan langsung dengan perairan terbuka menghadap Laut Jawa. b. Kondisi kolam pelabuhan Pendangkalan di muara Sungai Banger merupakan kendala serius yang sering terjadi pada kolam pelabuhan di PPI Tanjungsari. Selama empat tahun terakhir ini pengerukan kolam pelabuhan dilakukan setiap dua tahun sekali. Pengerukan yang seharusnya dilakukan setiap tahun menjadi terhambat karena besarnya biaya pengerukan tersebut. Walaupun demikian, kondisi kolam pelabuhan masih layak untuk digunakan walaupun pendangkalan terus terjadi setiap tahunnya. Terham- batnya proses keluar masuk kapal akibat pendangkalan mengakibatkan penurunan armada kapal yang menambatkan atau melabuhkan kapalnya di PPI Tanjungsari. Data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Pemalang 2007 menye- butkan bahwa terjadi penurunan jumlah kapal di PPI Tanjungsari, yaitu dari 411 unit pada tahun 2005 menjadi 406 unit pada tahun 2006 atau menurun -1,22 Tabel 12. Keadaan ini ikut menurunkan jumlah produksi hasil tangkapan yang Kolam pelabuhan di PPI Tanjungsari. Gambar 26 didaratkan di PPI Tanjungsari pada tahun yang sama seperti yang terlihat pada Tabel 16. 3 Fasilitas sistem rambu-rambu navigasi a. Keberadaan rambu-rambu navigasi Sistem rambu-rambu navigasi terdapat mendekati pintu masuk sampai PPI. Lampu navigasi yang terdapat di sisi kanan dan kiri ini berfungsi sebagai lampu yang digunakan untuk menunjukkan posisi dan haluan di malam hari atau sejak terbenam hingga terbitnya matahari, dan dapat juga digunakan pada siang hari pada saat pandangan terbatas, seperti kabut Anonymous 2005. Rambu-rambu navigasi ini berguna bagi kapal-kapal yang akan menuju kolam pelabuhan sampai akhirnya menyandarkan kapalnya di dermaga. Rambu-rambu navigasi di PPI Tanjungsari memiliki panjang 9 m yang terpasang di sisi kanan dan kiri Gambar 27a. Jarak antara sisi kanan dan kiri sistem rambu-rambu ini adalah sekitar 200 m. Kapal-kapal dapat melihat rambu-rambu navigasi di PPI Tanjungsari ini pada jarak 4000 m dari pantai. Sistem rambu-rambu di PPI Tanjungsari ini dilengkapi dengan pos pengamat Gambar 27b yang jaraknya sekitar 13 m untuk memantau alur keluar masuknya kapal. Satpolair bertugas melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal yang sulit keluar masuk dari dan menuju PPI terutama di malam hari agar terjadi keteraturan dan mencegah kecelakaan. a Rambu-rambu dan b pos pengamat di PPI Tanjungsari. a b Gambar 27 b. Kondisi sistem rambu-rambu Sistem rambu-rambu yang dimiliki PPI Tanjungsari berada pada kondisi yang layak pakai. Fungsinya yang masih berjalan baik dan optimal ini membuat kapal-kapal yang masuk dan keluar PPI Tanjungsari tidak mendapatkan kesulitan bahkan di malam hari sekalipun. 4 Tempat pelelangan ikan TPI a. Keberadaan tempat pelelangan ikan TPI Gedung TPI Tanjungsari yang memiliki luas 794 m 2 menjadi tempat yang vital karena fungsinya sebagai tempat awal dari aktivitas pemasaran hasil tang- kapan Gambar 28. b. Kondisi tempat pelelangan ikan TPI Sampai saat ini gedung TPI Tanjungsari masih memenuhi kapasitas yang ada pada waktu tidak musim puncak dengan kondisi gedung yang layak pakai. Meskipun begitu, menurut Kepala TPI perluasan gedung harus dilakukan untuk mengantisipasi apabila produksi hasil tangkapan yang dilelang mencapai maksi- mal pada musim puncak. Namun, perluasan gedung TPI belum dapat direali- sasikan karena masih adanya pembangunan ruang pengepakan yang tepat berada di sebelah TPI. Lantai TPI Tanjungsari pun selalu berada dalam kondisi yang Gedung TPI di PPI Tanjungsari. Gambar 28 bersih ketika gedung ini akan digunakan untuk aktivitas pelelangan. Hal ini disebabkan pencucian lantai TPI langsung dilakukan setelah aktivitas pelelangan. Secara umum, TPI ini berada pada kondisi yang layak pakai. Kenyamanan kondisi TPI yang seperti ini menjadi salah satu faktor untuk menarik perhatian nelayan agar melelangkan produksi hasil tangkapannya. 5 Fasilitas pabrik es Es menjadi faktor penting untuk sebagian aktivitas kepelabuhanan, misalnya aktivitas pendaratan ikan, penanganan, pemasaran dan pendistribusian karena fungsinya yang dapat mempertahankan mutu hasil tangkapan. Ketiadaan pabrik atau depot es di PPI Tanjungsari menyebabkan aktivitas-aktivitas tersebut menjadi terhambat. Kebutuhan es yang diperlukan para nelayan dilakukan dengan sistem pemesanan es dari pabrik es di luar PPI Tanjungsari, kemudian es tersebut diantar- kan ke PPI Gambar 29. 6 Fasilitas tangki dan instalasi air a. Keberadaan tangki dan instalasi air Pelabuhan perikanan selalu memerlukan air bersih untuk mendukung aktivitasnya. Sama halnya dengan pelabuhan perikanan lain, air bersih di PPI Tanjungsari pun lebih banyak digunakan untuk mencuci lantai lelang, mencuci Es pesanan para nelayan PPI Tanjungsari. Gambar 29 ikan, kebutuhan perbekalan melaut, maupun aktivitas kantor. Tangki dan instalasi air yang terpasang di PPI Tanjungsari ada satu buah dengan sumber air artesis. b. Kondisi tangki dan instalasi air Tangki dan instalasi air yang terpasang hanya satu buah tidak menyebabkan PPI tersebut kekurangan air bersih. Skala aktivitas yang tidak terlalu besar inilah yang menyebabkan kebutuhan air bersih di PPI Tanjungsari tercukupi. Kondisi yang layak pakai atau baik dan mencukupi ini yang mengakibatkan PPI Tanjungsari dapat membersihkan lantai TPI setiap hari seusai pelelangan tanpa takut kekurangan air bersih. Pihak PPI sendiri belum berniat untuk menambah kapasitas tangki dan instalasi air karena dirasa belum perlu dan belum terdapatnya tambahan permintaan dari para pengguna jasa. 7 Fasilitas tempat penyediaan bahan bakar a. Keberadaan tempat penyediaan bahan bakar Ketersediaan bahan bakar untuk perbekalan melaut merupakan perbekalan pokok yang harus terpenuhi dan tercukupi sebelum aktivitas penangkapan dilakukan. Tempat penyediaan bahan bakar yang terdapat di PPI Tanjungsari terbagi menjadi dua yakni tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola oleh pihak PERTAMINA dan KUD Mina Misoyosari. Dua tempat penyediaan bahan bakar yang terpasang ini bertujuan agar pengguna jasa, yakni para nelayan dapat memenuhi dan mencukupi kebutuhannya. Keberadaan tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola pihak KUD ini berdiri lebih dulu daripada yang dikelola pihak PERTAMINA. Tempat penyedia- an bahan bakar yang dikelola pihak PERTAMINA ini baru berdiri pada 2004 silam yang lokasinya bersebelahan dengan tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola KUD. Penyediaan bahan bakar oleh PERTAMINA bertujuan untuk mem- bantu mencukupi kebutuhan bahan bakar yang dirasa kurang mencukupi di PPI Tanjungsari dan menggeliatnya aktivitas penangkapan yang berlangsung pada tahun tersebut. b. Kondisi tempat penyediaan bahan bakar Tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola pihak KUD memiliki kondisi yang layak pakai dengan kapasitas yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan melaut nelayan di PPI Tanjungsari Gambar 30b. Namun, berbeda dengan tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola pihak PERTAMINA yang kondisinya sudah tidak terpakai lagi mulai 2005 Gambar 30a. Hal ini disebabkan semakin minimnya nelayan yang membeli bahan bakar yang dikelola pihak PERTAMINA karena pembayarannya tidak dapat diangsur. Sebaliknya seperti tempat penye- diaan bahan bakar yang dikelola pihak KUD, pembayaran dapat ditunggak atau diangsur. Kenaikan bahan bakar yang terus melambung setiap tahunnya menyebabkan para nelayan mengalami hambatan untuk melakukan aktivitas melaut sehingga hanya satu tempat penyediaan bahan bakar saja sudah mencukupi kebutuhan nelayan untuk melaut. Hal-hal inilah yang membuat pihak PERTAMINA melaku- kan penutupan tempat penyediaan bahan bakar yang berada di PPI Tanjungsari dan tidak menutup kemungkinan akan dibuka kembali jika keadaannya telah membaik. b a Gambar 30 a Tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola pihak PERTA- MINA dan b KUD. 8 Fasilitas bengkel reparasi kapal Fasilitas mutlak diperlukan atau vital yakni bengkel reparasi kapal. Bengkel ini belum tersedia namun seharusnya dimiliki PPI Tanjungsari. Ketiadaan bengkel reparasi kapal ini sudah terlihat agak menghambat aktivitas lainnya. Hal ini disebabkan banyaknya para nelayan PPI Tanjungsari yang sedikit menggunakan badan jalan di sepanjang PPI untuk membuat kapal baru atau memperbaiki kapal- kapal yang rusak Gambar 31. Keadaan ini akan menghambat jalur distribusi karena semakin sempitnya badan jalan. Oleh sebab itu, pihak PPI Tanjungsari sudah semestinya memperhatikan keadaan ini dengan segera melakukan pem- bangunan bengkel reparasi kapal tersebut. Namun, ketersediaan modal yang cukup besar dalam membangun bengkel reparasi kapal menjadi kendala utama PPI Tanjungsari dalam merealisasikan fasilitas tersebut. Pengadaannya yang dapat dilakukan dengan cara kerjasama operasional dengan pihak ketiga pun belum mampu dilakukan pihak PPI Tanjungsari. 9 Fasilitas kantor administrasi a. Keberadaan kantor administrasi Terdapat dua kantor administrasi di PPI Tanjungsari. Kantor administrasi 1 berada menyatu dengan tempat pelelangan ikan dan kantor administrasi 2 tepat di Perbaikan kapal di PPI Tanjungsari. Gambar 31 lantai atas ruang pengepakan. Kantor administrasi 1 memiliki luas 121 m 2 , sedangkan kantor administrasi 2 memiliki luas 78 m 2 Gambar 32. Akan tetapi, keberadaan kantor administrasi 2 ini masih dalam proses pembangunan sehingga belum bisa digunakan. Kantor administrasi 1 ini terdiri atas dua lantai. Ruang Kepala PPI, ruang tata usaha dan data-data PPI berada di lantai dua, sedangkan ruang kepegawaian PPI berada di lantai satu. Kantor adminstrasi 2 hanya memi- liki 1 lantai yang berada di atas ruang pengepakan. b. Kondisi kantor administrasi Skala aktivitas kantor administrasi PPI Tanjungsari yang semakin banyak membuat kantor administrasi ini telah melampaui kapasitas yang ada. Oleh sebab itu, pihak TPI membuat kantor administrasi tambahan yang masih dalam proses pembangunan bersama ruang pengepakan. Kantor administrasi 1 ini juga selalu terlihat bersih. 2 Fasilitas penting Menurut Lubis et. al. 2005, fasilitas penting adalah fasilitas yang penting diperlukan agar pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan dapat ber- fungsi dengan baik, namun realisasinya dapat ditunda. PPI Tanjungsari memiliki b a Gambar 32 a Kantor administrasi 1 dan b kantor administrasi 2 lantai atas yang sedang dalam pembangunan di PPI Tanjungsari. seluruh fasilitas penting, antara lain generator listrik, kantor kepala pelabuhan, tempat parkir, pos penghubung radio SSB, dan ruang pengepakan. 1 Fasilitas generator listrik a. Keberadaan generator listrik Generator listrik menjadi bagian penting untuk mendukung aktivitas pela- buhan. Generator listrik yang terpasang di PPI Tanjungsari hanya satu unit dengan kekuatan 1300 KVA Gambar 33. Meski hanya satu unit generator listrik yang terpakai, namun keberadaannya mampu menunjang seluruh aktivitas PPI Tanjung- sari. b. Kondisi generator listrik Kondisi generator listrik di PPI Tanjungsari dalam keadaan layak pakai. Kondisi ini menjadikan generator listrik berfungsi optimal karena dapat meme- nuhi kebutuhan seluruh aktivitas yang ada meski keberadaannya hanya satu unit. 2 Fasilitas kantor kepala pelabuhan a. Keberadaan kantor kepala pelabuhan Ruang kepala pelabuhan yang terdapat di dalam kantor administrasi dibahas sub bab sebelumnya berukuran 32 m 2 untuk menunjang kerja Kepala PPI Tan- jungsari Gambar 34. Generator listrik di PPI Tanjungsari. Gambar 33 b. Keberadaan kantor kepala pelabuhan Meskipun tidak seluas ruang di pelabuhan perikanan besar lainnya, namun kondisi yang layak pakai sudah dapat memperlancar aktivitas yang dilakukan Kepala PPI Tanjungsari. Ketiadaan sarana pendukung aktivitas Kepala PPI Tan- jungsari, seperti komputer justru sedikit menghambat aktivitas kerja Kepala PPI Tanjungsari. 3 Fasilitas tempat parkir a. Keberadaan tempat parkir Tempat parkir yang tersedia di PPI Tanjungsari semantara hanya diper- untukkan bagi kendaraan motor atau sepeda Gambar 35b. Hal ini disebabkan mayoritas orang-orang yang beraktivitas di PPI Tanjungsari menggunakan kenda- raan motor atau sepeda. Terdapat dua tempat parkir di PPI Tanjungsari. Tempat parkir 1 memiliki luas 25 m 2 dengan kemampuan menampung kendaraan motor atau sepeda maksimal 18 kendaraan. Tempat parkir 2 yang letaknya bersebelahan dengan tempat parkir pertama memiliki luas 20 m 2 yang mampu menampung maksimal 22 kendaraan. Sementara untuk kendaraan mobil atau truk umumnya menggunakan lahan kosong atau di pingir jalan di sekitar PPI Tanjungsari yang dijadikan tempat parkir sementara. Keadaan ini mengakibatkan alur manusia, barang, dan aktivitas menjadi sedikit terhambat karena semakin sempitnya badan Ruang Kepala PPI Tanjungsari. Gambar 34 jalan. Hal demikian menyebabkan keberadaan tempat parkir mobil atau truk menjadi penting. Namun, kendala utama yang dihadapi untuk merealisasikan hal tersebut adalah pembebasan lahan dan keterbatasan lahan yang ada di sekitar PPI Tanjungsari. b. Kondisi tempat parkir Kondisi tempat parkir 1 di PPI Tanjungsari sudah tidak layak pakai atau rusak Gambar 35a. Bangunan tempat parkir yang didominasi bahan baku kayu ini terlihat sudah rapuh. Kondisi demikian membuat pihak PPI Tanjungsari mem- bangun tempat parkir baru yang didominasi bahan baku semen. Meskipun telah ada tempat parkir baru, namun tempat parkir 1 tetap dipakai untuk meletakkan gerobak-gerobak pembawa ikan sehingga tempat parkir satu masih dipertahankan. 4 Fasilitas pos penghubung radio SSB a. Keberadaan pos penghubung radio SSB Di PPI Tanjungsari hanya terdapat satu unit pos penghubung radio SSB Gambar 36. Pos penghubung radio SSB ini dipegang oleh pihak syahbandar di PPI Tanjungsari. Menurut pihak syahbandar, minimal 3 unit SSB dibutuhkan untuk melancarkan aktivitas pelayaran di PPI Tanjungsari. Pengajuan pihak syah- a Tempat parkir 1 dan b 2 di PPI Tanjungsari. b a Gambar 35 bandar kepada Departemen Perhubungan Laut untuk menambah unit SSB belum juga dikabulkan hingga saat ini. b. Kondisi pos penghubung radio SSB Pos penghubung radio SSB di PPI Tanjungsari sudah tidak layak pakai lagi atau rusak selama dua terakhir ini. Pengajuan pihak syahbandar PPI Tanjungsari terkait keberadaan SSB kepada Departemen Perhubungan Laut yang belum juga dikabulkan menyebabkan aktivitas penangkapan tidak menggunakan SSB untuk saat ini. Ketiadaan bantuan SSB sedikit mempengaruhi aktivitas penangkapan nelayan PPI Tanjungsari karena sulit terpantau. 5 Fasilitas ruang pengepakan a. Keberadaan ruang pengepakan Menurut DKP 2007, ruang pengepakan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengepakan dan sortir bagi pedagang, agen pabrik, dan pengolah ikan. Ruang pengepakan di PPI Tanjungsari merupakan bagian dari tempat pelelangan ikan. Keberadaannya yang masih dalam pembangunan ini memiliki luas 425 m 2 yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk ruang pengepakan dan lantai kedua digunakan untuk menambah kantor administrasi. Pos penghubung radio SSB di PPI Tanjung- sari. Gambar 36 Ruang pengepakan yang berada di PPI Tanjungsari ini nantinya akan dipergu- nakan sebagai ruang pengolahan ikan yang telah dilelang sebelum ikan-ikan tersebut di distribusikan ke pasar lokal maupun luar kota. Pembangunan ruang pengepakan ini direalisasikan berdasarkan APBD Kabupaten Pemalang 2007 pada saat pengembangan PPI Tanjungsari. Selain itu, rencana peningkatan status PPI Tanjungsari pun ikut melatarbelakangi pembangunan ruang pengepakan tersebut. b. Kondisi ruang pengepakan Ruang pengepakan yang masih dalam pembangunan ini sebenarnya belum diperlukan PPI Tanjungsari saat ini Gambar 37. Kondisi ini disebabkan produksi hasil tangkapan yang kian menurun dalam dua tahun terakhir di PPI Tanjungsari sehingga mengakibatkan ikan segar selalu habis terjual. Namun pertimbangan pihak PPI Tanjungsari untuk membangun ruang pengepakan tersebut adalah untuk mengantisipasi jika rencana peningkatan status tersebut dapat diwujudkan. Hal ini agar tidak terlalu banyak pengembangan fasilitas yang harus dilakukan nantinya ketika PPI Tanjungsari sudah meningkat statusnya. 3 Fasilitas pelengkap Fasilitas pelengkap adalah fasilitas yang diperlukan agar pelabuhan perikan- an dapat berfungsi dengan baik, tetapi pengadaannya baru pada pengembangan Ruang pengepakan lantai dasar di PPI Tanjungsari. Gambar 37 pelabuhan tahap ketiga Lubis et. al. 2005. Terdapat 10 jenis fasilitas yang terma- suk ke dalam fasilitas pelengkap, yakni dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, kamar kecil, pos penjagaan, balai pertemuan nelayan, rumah dinas, musala, mobil dinas, dan motor dinas. Meskipun fasilitas-fasilitas tersebut hanya sebagai pelengkap, namun keberadaannya akan dapat mendukung aktivitas kepe- labuhanan. 1 Fasilitas dermaga muat terpisah Dermaga muat terpisah yang termasuk ke dalam fasilitas pelengkap ini tidak terdapat di PPI Tanjungsari. Secara umum ketiadaan fasilitas ini tidak meng- hambat aktivitas pelabuhan, terutama aktivitas pendaratan ikan atau penyaluran perbekalan. Hal ini disebabkan keberadaan dermaga yang telah ada di PPI Tan- jungsari sudah dapat memenuhi kebutuhan aktivitas-aktivitas tersebut, tidak ter- jadi kesemrawutan, dan tidak terjadi antrian antar kapal yang akan bongkar dan yang memuat perbekalan. Selain itu, berbeda dengan pelabuhan-pelabuhan per- ikanan besar lainnya, skala kompleksitas aktivitas PPI juga menyebabkan der- maga muat terpisah belum terlalu dibutuhkan. 2 Fasilitas slipway Sama halnya dengan dermaga muat terpisah yang belum terlalu dibutuhkan di PPI Tanjungsari, fasilitas slipway pun demikian. Aktivitas PPI yang tidak ter- lalu kompleks dan keterbatasan lahan menjadi penyebab ketiadaan slipway untuk saat ini. Pengadaan slipway yang membutuhkan biaya operasional besar pun menjadi faktor penting mengapa pihak PPI Tanjungsari belum ingin merealisa- sikannya. Selain itu, pengembangan PPI Tanjungsari diutamakan untuk fasilitas- fasilitas yang dianggap lebih diperlukan oleh para pengguna jasa. 3 Fasilitas ruang pertemuan Secara khusus, PPI Tanjungsari tidak memiliki ruang pertemuan. Namun, balai pertemuan nelayan yang terdapat di PPI Tanjungsari biasanya dapat dipakai juga menjadi ruang pertemuan jika terdapat acara-acara yang diadakan pihak PPI. Meskipun hanya sebagai pelengkap, pembangunan ruang pertemuan menjadi penting karena kondisi balai pertemuan nelayan Gambar 41 yang menjadi ruang pertemuan juga saat ini kurang sesuai untuk pertemuan-pertemuan penting yang melibatkan pihak luar. 4 Fasilitas kamar kecil a. Keberadaan kamar kecil Delapan buah kamar kecil sudah terdapat di PPI Tanjungsari. Empat diantara kamar kecil tersebut berada tepat di sebelah tempat parkir Gambar 38b, sedang- kan empat yang baru sudah selesai pembangunannya berada di belakang TPI Gambar 38a. Penambahan fasilitas kamar kecil dilakukan karena jumlah empat kamar kecil sebelumnya dirasakan masih kurang mencukupi para pengguna jasa PPI Tanjungsari. Hal inilah yang menyebabkan pihak PPI melakukan penambahan fasilitas kamar kecil tersebut. Kabupaten Pemalang melalui APBD 2005 men- dukung pembangunan-pembangunan yang dilakukan pihak PPI Tanjungsari, ter- masuk penambahan fasilitas kamar kecil. b. Kondisi kamar kecil Satu kamar kecil di PPI Tanjungsari yang terletak di sebelah tempat parkir berada dalam kondisi rusak. Tujuh kamar kecil lainnya masih dalam kondisi yang a Kamar kecil yang terletak di belakang TPI dan b kamar kecil di sebelah tempat parkir. Gambar 38 a b layak pakai. Belum terlihat adanya perbaikan yang akan dilakukan untuk kamar kecil yang rusak tersebut. 5 Fasilitas pos penjagaan Secara khusus belum terdapat pos penjagaan di PPI Tanjungsari. Hal ini menjadikan pos pengamat merangkap pula menjadi pos penjagaan Gambar 27b. Hal ini dilakukan agar keamanan dan ketertiban lingkungan di PPI Tanjungsari pun tetap terpantau meskipun pos penjagaan belum berdiri. Oleh sebab itu, Satpolair yang bertugas di pos pengamat pun mendapatkan tugas rangkap pula. Tugasnya yang semula hanya memantau lalu lintas atau alur keluar masuk kapal bertambah ikut memantau keadaan lingkungan sekitar PPI Tanjungsari. Pos pengamat yang secara fisik masih terlihat baik dan kokoh tersebut berada dalam kondisi yang layak pakai. 6 Fasilitas balai pertemuan nelayan BPN a. Keberadaan balai pertemuan nelayan BPN Balai pertemuan nelayan BPN dengan luas 150 m 2 memiliki fungsi sebagai tempat pertemuan nelayan atau kegiatan-kegiatan lain yang diadakan oleh pihak PPI Tanjungsari. Ruang BPN berada di dalam gedung KUD Mina Misoyosari. Ruang BPN mampu menampung maksimal 60 orang ini pun sering digunakan sebagai ruang pertemuan, seperti pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan pihak PPI Tanjungsari dengan pihak PPI lainnya. Apresiasi terhadap pertemuan atau acara-acara yang diadakan oleh pihak PPI Tanjungsari, seperti pertemuan rutin minimal satu bulan sekali, membuat balai ini selalu dipenuhi oleh para nelayan yang ikut terkait di dalam aktivitas PPI tersebut. b. Kondisi balai pertemuan nelayan BPN Meski apresiasi yang besar ditunjukkan oleh para nelayan dengan menghadiri pertemuan atau acara-acara yang diadakan pihak PPI Tanjungsari, namun keber- adaan balai pertemuan nelayan yang masih dalam kondisi layak pakai tersebut Gambar 39 hingga saat ini masih dapat memenuhi kapasitas yang ada. Akan tetapi, ketidakteraturan sarana yang berada di dalam balai tersebut sangat tampak terlihat sehingga diperlukan pengaturan yang baik. 7 Fasilitas rumah dinas Meskipun APBD Kabupaten Pemalang 2005 mengagendakan pengembangan PPI Tanjungsari, namun tidak demikian dengan kesejahteraan para pegawai bah- kan Kepala PPI tidak termasuk di dalam agenda tersebut. Kesejahteraan berupa tersedianya rumah dinas masih sulit terealisasikan karena keterbatasan dana Pem- da setempat. Namun seperti yang dikemukan oleh Kepala PPI Tanjungsari, sulit- nya merealisasikan rumah dinas tersebut bukan sesuatu hal yang harus diperma- salahkan. Walaupun demikian, kesejahteraan para pegawai PPI, khususnya Kepala PPI setidaknya layak mendapat perhatian Pemda setempat agar kinerja para pega- wai dapat ditingkatkan. 8 Fasilitas musala a. Keberadaan musala Musala Baitur Rohman yang berdiri tahun 1988 ini mempunyai luas 180 m 2 . Meski tidak terkait secara langsung dengan seluruh aktivitas pelabuhan, namun keberadaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Mayoritas muslim dan kultur ma- syarakat nelayan yang religi membuat keberadaan fasilitas ini menjadi penting di PPI Tanjungsari. Hal ini akan terkait nantinya dengan keefektifan dan keefisienan aktivitas para pengguna jasa PPI Tanjungsari jika musala tersebut letaknya dalam satu komplek dengan PPI. Balai pertemuan nelayan di PPI Tanjungsari. Gambar 39 b. Kondisi musala Musala yang masih sering digunakan masyarakat nelayan setempat untuk acara-acara keagamaan tersebut hingga saat ini masih dalam kondisi layak pakai Gambar 40. Meskipun sudah lama berdiri, namun kondisi musala yang baru saja direnovasi tersebut masih terlihat kokoh dan bersih. 9 Fasilitas mobil dinas a. Keberadaan mobil dinas Pengembangan terus di lakukan oleh pihak PPI Tanjungsari terus dilakukan hingga saat ini. Salah satu pengembangan yang dilakukannya adalah dengan merealisasikan mobil dinas yang dikelola oleh KUD Mina Misoyo Sari, antara lain colt pick up Zebra dan truk Hyundai. Meskipun membantu aktivitas administrasi atau penyuluhan jika sedang tidak digunakan, namun mobil dinas ini lebih banyak berfungsi untuk pendistribusian hasil tangkapan ke daerah lokal maupun luar kota. b. Kondisi mobil dinas Dua mobil dinas yang dimiliki PPI Tanjungsari berada pada kondisi yang layak pakai Gambar 41. Musala Baitur Rohman di PPI Tanjungsari. Gambar 40 10 Fasilitas motor dinas a. Keberadaan motor dinas Fasilitas yang diberikan kepada Kepala PPI Tanjungsari saat ini baru berupa motor dinas saja. Satu unit motor dinas bermerek Honda Gambar 42 yang telah digunakan sejak 2004 silam dikemukan Kepala PPI Tanjungsari sangat membantu aktivitasnya yang padat sehingga aktivitasnya dapat efektif dan efisien. Namun sampai saat ini baru Kepala PPI saja yang mendapatkan fasilitas motor dinas tersebut. Motor dinas Kepala PPI Tanjungsari. Mobil dinas yang akan mendistribusikan hasil tangkapan dari PPI Tanjungsari. Gambar 41 Gambar 42 b. Kondisi motor dinas Motor dinas yang diberikan pihak Pemda setempat untuk mendukung kinerja Kepala PPI ini masih dalam kondisi yang layak pakai. Motor dinas tersebut dibe- rikan dalam kondisi yang baru. Perawatan dan pemeliharaan motor tersebut selalu dilakukan oleh Kepala PPI.

4.3.2. Tingkat keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari

Fasilitas vital yang ada di PPI Tanjungsari hanya 7 dari 9 fasilitas vital yang seharusnya ada, yang tidak tersedia adalah pabrik es dan bengkel reparasi kapal. Seluruh fasilitas penting 5 fasilitas dimiliki oleh PPI Tanjungsari, sedangkan 5 fasilitas pelengkap yang tidak ada dari 10 fasilitas yang seharusnya ada, adalah dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, pos penjagaan, dan rumah dinas. Keberadaan fasilitas yang telah diuraikan dapat disimpulkan seperti tertera pada Tabel 17. Diantara kelompok fasilitas yang ada di PPI Tanjungsari, persentase terbesar 100 diperoleh fasilitas penting. Keberadaan 100 fasilitas penting meng- indikasikan bahwa PPI Tanjungsari dapat berfungsi dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lubis et. al. 1998 bahwa fasilitas penting adalah fasilitas yang penting diperlukan agar pelabuhan perikanan dan pangkalan penda- ratan ikan dapat berfungsi baik, namun realisasinya dapat ditunda. Persentase kedua terbesar diperoleh fasilitas vital atau 77,78 . Persentase ini menunjukkan bahwa fasilitas vital yang mutlak ada pada awal pembangunan PPI Tanjungsari hampir dipenuhi. Namun demikian, realisasi dua fasilitas vital yang belum ada selayaknya diwujudkan agar PPI Tanjungsari dapat melaksanakan fungsinya se- cara optimal. PPI Tanjungsari seharusnya memperhatikan keberadaan fasilitas yang belum tersedia, terutama pabrik es karena beberapa aktivitas menggunakan es, seperti aktivitas penanganan, pendistribusian dan penyaluran perbekalan. Tabel 17 Keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari Keberadaan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Ada Tidak Ada 1 Dermaga pendaratan ikan dan muat 2 Kolam pelabuhan 3 Sistem rambu-rambu 4 Tempat pelelangan ikan TPI 5 Pabrik es 6 Tangki dan instalasi air 7 Tempat penyediaan bahan bakar 8 Bengkel reparasi kapal 9 Vital Kantor administrasi Jumlah 7 2 Persentase 77,78 22,22 1 Generator listrik 2 Kantor kepala pelabuhan 3 Tempat parkir 4 Pos penghubung radio SSB 5 Penting Ruang pengepakan Jumlah 5 Persentase 100 1 Dermaga muat terpisah 2 Slipway 3 Ruang pertemuan 4 Kamar kecil 5 Pos penjagaan 6 Balai pertemuan nelayan 7 Rumah dinas 8 Musala 9 Mobil dinas 10 Pelengkap Motor Dinas Jumlah 5 5 Persentase 50 50 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Sistem pemesanan es ke luar lokasi PPI Tanjungsari terlebih dahulu dirasa- kan kurang efektif serta lebih berisiko ketika pesanan es datang terlambat karena dapat menunda aktivitas-aktivitas yang menggunakan es. Ketiadaan pabrik es atau lokasi pabrik es yang berada di luar PPPPI sudah sering ditemui di suatu PP, terlebih PPI. Seperti yang dikemukakan Lubis et. al. 1998 bahwa dari 30 PP dan 204 PPI di Pulau Jawa yang diteliti hanya 33 yang memiliki pabrik es. Hasil pengawasan DKP 2004 juga menginformasikan bahwa PPI minim fasilitas, ter- utama pabrik es seperti di PPI Soro Adu Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Provinsi NTB yang belum memiliki pabrik es atau di PPI Soro Kempo Dompu Provinsi NTB yang bangunan pabrik es berada di luar lokasi PPI. Meskipun belum terlalu menghambat aktivitas PPI Tanjungsari, namun ketiadaan bengkel reparasi kapal pun harus tetap diperhatikan oleh pihak PPI Tanjungsari. Hal ini disebabkan sudah banyak terlihat perbaikan atau pembuatan kapal di sisi-sisi badan jalan di sekitar PPI Tanjungsari Gambar 31 yang akan mengakibatkan semakin sempitnya badan jalan. Selanjutnya yang memiliki persentase terendah diperoleh fasilitas pelengkap atau 50 . Belum diwujud- kannya 50 fasilitas pelengkap ini lebih disebabkan karena keterbatasan lahan dan modal yang ada. Walaupun PPI Tanjungsari sedang melakukan pengem- bangan, namun pengembangan yang dilakukan oleh pihak PPI saat ini lebih menitikberatkan pada fasilitas yang diperlukan sehingga keberadaannya nanti akan berguna. Fasilitas pelengkap yang pengadaannya baru pada pengembangan pelabuhan tahap ketiga Lubis et. al. 2005 juga menjadi penyebab mengapa fasilitas pelengkap belum terealisasikan di PPI Tanjungsari. Secara skematis persentase keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari seperti tertera pada Gambar 43. Gambar 43 Skema keberadaan fasilitas di PPI Tanjungsari. Secara umum jumlah fasilitas yang ada pada masing-masing kelompok dapat dikategorikan untuk menunjukkan bahwa tingkat keberadaan kelompok fasilitas tersebut termasuk baik sekali, baik, cukup, buruk, buruk sekali Tabel 18. Keber- adaan yang diperoleh nantinya akan mengindikasikan kategori fasilitas suatu PPPPI tersebut. Keberadaan fasilitas vital yang ada di PPI Tanjungsari berada pada kategori baik dengan jumlah 7 dari 9 fasilitas yang seharusnya ada. Kategori baik sekali diperoleh fasilitas penting karena keberadaan 5 dari 5 fasilitas yang seharusnya ada, sedangkan kategori mendekati cukup diperoleh fasilitas peleng- kap karena hanya memiliki 5 dari 10 fasilitas yang seharusnya ada Gambar 44. Meskipun kelompok fasilitas pelengkap berada pada kategori mendekati cukup, namun kategori baik yang diperoleh fasilitas vital dan kategori baik sekali yang diperoleh fasilitas penting mengindikasikan bahwa PPI Tanjungsari termasuk PPI yang baik ditinjau dari tingkat keberadaan fasilitas. Jumlah Per Kelompok Fasilitas Kategori Vital Penting Pelengkap Baik Sekali 9 5 10 Baik 7 4 8 Cukup 5 3 6 5 Buruk 3 2 4 Buruk Sekali 1 1 2 Sumber: Hasil pengolahan data 2008 Ket: : Jumlah fasilitas ada di PPI Tanjungsari Kategori mendekati cukup yang diperoleh fasilitas pelengkap tidak terlalu mempengaruhi penilaian baik terhadap PPI Tanjungsari. Hal ini disebabkan fasilitas pelengkap belum terlalu diperlukan keberadaannya dibandingkan dengan dua kelompok fasilitas lainnya. Selain itu, pengadaanya dapat dilakukan pada pengembangan tahap ketiga serta ketiadaannya yang tidak terlalu menghambat aktivitas kepelabuhanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa PPI Tan- jungsari berkembang dengan baik karena perolehan kategori fasilitas vital dan pentingnya. Tabel 18 Kategori yang telah ditetapkan berdasar- kan jumlah fasilitas yang ada di PPI Tanjungsari 5 6 8 10 3 4 5 5 5 7 7 9 2 4 6 8 10 12 Cukup Baik Baik Sekali Ka te g o ri Jumlah Fasilitas Fasilitas Pelengkap Fasilitas Penting Fasilitas Vital

4.3.3. Kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari

Selain keberadaan fasilitas, kondisi fasilitas-fasilitas PPPPI Tabel 19 pun sangat penting untuk menunjukkan seberapa besar peran fasilitas-fasilitas tersebut dalam menjalankan fungsinya. Kondisi fasilitas yang baik atau layak pakai sangat dibutuhkan agar fungsi PPPPI dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien sehingga fungsi PPPPI dapat berjalan optimal. Kelompok fasilitas vital memiliki persentase kondisi layak pakai, yakni 66,67 , melampaui kapasitas 11,11 dan tidak dapat digunakan 22,22 . Pada kelompok fasilitas vital terdapat kondisi yang belum selesai pembangunannya, salah satunya kantor administrasi. Kondisi kantor administrasi 2 yang keber- adaannya masih dalam pembangunan Gambar 32b, mengakibatkan fasilitas ini belum bisa digunakan. Pembangunannya bertujuan untuk mengatasi kantor admi- nistrasi sebelumnya Gambar 32a yang telah melampaui kapasitas sehingga mengakibatkan aktivitas administrasi kurang berjalan lancar. Pada kelompok fasilitas vital juga terdapat kondisi yang tidak dapat digunakan disebabkan fasi- litasnya sudah ditutup yaitu tempat penyediaan bahan bakar yang dikelola PER- TAMINA Gambar 30a. Adapun kelompok fasilitas vital yang kondisinya tidak ditabulasikan karena ketiadaan fasilitasnya, yaitu pabrik es dan bengkel reparasi kapal. Kategori yang telah ditetapkan berdasar- kan jumlah fasilitas yang ada di PPI Tanjungsari. Gambar 44 Tabel 19 Kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas LP MK TDG 1 Dermaga pendaratan ikan dan muat 2 Kolam pelabuhan 3 Sistem rambu-rambu 4 Tempat pelelangan ikan TPI 5 Pabrik es 6 Tangki dan instalasi air 7 Tempat penyediaan bahan bakar 8 Bengkel reparasi kapal 9 Vital Kantor administrasi Jumlah 6 1 2 Persentase 66,67 11,11 22,22 1 Generator listrik 2 Kantor kepala pelabuhan 3 Tempat parkir 4 Pos penghubung radio SSB 5 Penting Ruang pengepakan Jumlah 3 - 3 Persentase 50 - 50 1 Dermaga muat terpisah 2 Slipway 3 Ruang pertemuan 4 Kamar kecil 5 Pos penjagaan 6 Balai pertemuan nelayan 7 Rumah dinas 8 Musala 9 Mobil dinas 10 Pelengkap Motor Dinas Jumlah 12 - 1 Persentase 92,31 - 7,69 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket: LP = Layak pakai; MK = Melampaui kapasitas; TDG = Tidak dapat digunakan : Fasilitas ada; : Fasilitas tidak ada Sebanyak 50 kondisi yang tidak dapat digunakan rusak dan atau belum selesai pembangunannya yang diperoleh kelompok fasilitas penting akan sangat mempengaruhi aktivitas kepelabuhanan. Hal ini disebabkan kelompok fasilitas penting memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mendukung aktivitas PP Tanjungsari. Ruang pengepakan pun keberadaannya masih dalam pembangunan. Walaupun terdapat pengembangan kelompok fasilitas penting, yaitu pembangun- an ruang pengepakan, namun pihak PPI Tanjungsari harus tetap memperhatikan 1 7 1 1 1 1 2 1 1 kondisi fasilitas penting karena persentase kondisi rusak dan tahap pembangunan yang cukup besar. Kelompok fasilitas pelengkap memiliki persentase layak pakai yang paling besar, yakni 92,31 dan 7,69 untuk kondisi yang tidak dapat digunakan. Meskipun memiliki persentase layak pakai yang besar, namun kelompok fasilitas penting pun memiliki ketiadaan fasilitas yang paling banyak pula dibandingkan dua kelompok fasilitas lainnya, antara lain dermaga muat terpisah, slipway, ruang pertemuan, pos penjagaan, dan rumah dinas. Pengadaannya yang baru pada tahap ketiga membuat kelompok fasilitas pelengkap di PPI Tanjungsari masih banyak yang belum terealisasikan. Selain itu, pembangunan kelompok fasilitas lain yang lebih penting juga menyebabkan beberapa fasilitas pelengkap belum segera di- wujudkan. Dengan demikian, beragamnya kondisi kelompok fasilitas menjadikan PPI Tanjungsari harus melakukan perluasan kapasitas dan perbaikan fasilitas. K O N D I S I F A S I L I T A S Vital; Penting; Pelengkap Kategori Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat digunakan 81 - 100 0 - 19 Baik Sekali 92,31 7,69 61 - 80 20 - 39 Baik 66,67 33,33 41 - 60 40 - 59 Cukup 50 50 Buruk 21 - 40 60 - 79 Buruk Sekali 0 - 20 80 - 100 Sumber: Hasil pengolahan data 2008 Ket: : Persentase kondisi kelompok fasilitas yang diperoleh di PPI Tanjungsari Persentase kondisi pada kelompok fasilitas vital yang diperoleh PPI Tan- jungsari, yaitu 66,67 dalam kondisi layak pakai dan 33,33 11,11 kondisi melampaui kapasitas dan 22,22 kondisi tidak dapat digunakan, berada pada interval kategori baik Tabel 20 dan Gambar 45. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi kelompok fasilitas vital yang ada telah menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari dengan baik, meskipun belum optimal karena masih terdapatnya PELENGKAP VITAL PENTING Tabel 20 Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh di PPI Tanjungsari fasilitas dalam kondisi melampaui kapasitas dan tidak dapat digunakan. Kondisi yang layak pakai dari suatu fasilitas sangat diperlukan agar aktivitas yang dila- kukan dapat berjalan efektif dan efisien. Kategori baik yang diperoleh fasilitas vital akan sangat mempengaruhi perolehan kategori secara umum bagi PPI Tanjungsari. Hal ini disebabkan kondisi kelompok fasilitas vital memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi dalam mendukung aktivitas-aktivitas PPI Tan- jungsari, seperti pendaratan dan pelelangan ikan. Kelompok fasilitas penting memperoleh kategori cukup karena persentase yang diperoleh PPI Tanjungsari, 50 pada kondisi layak pakai dan 50 pada kondisi tidak dapat digunakan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peran kelompok fasilitas penting yang ada masih kurang optimal karena cukup besarnya persentase kondisi yang tidak dapat digunakan pada kelompok fasilitas tersebut. Tingkat kepentingan dari kelompok fasilitas penting yang cukup tinggi pengaruh- nya terhadap aktivitas menjadikan besarnya persentase kondisi tidak dapat digu- nakan akan menghambat aktivitas di PPI Tanjungsari. Hal ini mengakibatkan PPI Tanjungsari harus lebih memperhatikan kondisi kelompok fasilitas ini agar kelak aktivitas dapat berjalan lancar tanpa kendala dari kondisi fasilitas. 50 59 33,33 39 7,69 19 50 60 66,67 80 92,31 100 20 40 60 80 100 120 Persentase Kondisi Fasilitas MK dan TDG LP Baik Sekali Baik Cukup Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh di PPI Tanjungsari. Gambar 45 Perolehan kategori baik sekali pada kelompok fasilitas pelengkap disebabkan persentase 92,31 pada kondisi layak pakai dan 7,69 pada kondisi tidak dapat digunakan. Meskipun peran kelompok fasilitas ini hanya sebagai pelengkap, namun kondisi kelompok fasilitas ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini disebabkan peran kelompok fasilitas pelengkap pun ikut membantu melancarkan aktivitas di PPI Tanjungsari, meskipun tidak sebesar dua kelompok fasilitas lainnya. Kategori yang diperoleh kelompok fasilitas pelengkap tetap mempe- ngaruhi kategori penilaian kondisi fasilitas secara umum yang akan diperoleh PPI Tanjungsari, meskipun tidak sebesar kelompok fasilitas vital dan penting penga- ruhnya. Berdasarkan kategori yang diperoleh per kelompok fasilitas dapat disim- pulkan bahwa kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari secara umum berada pada kategori baik. Hal ini didasarkan pada perolehan kategori baik pada kondisi kelompok fasilitas vital yang menjadi acuan utama dalam mempengaruhi per- olehan kategori tersebut. Meskipun kondisi kelompok fasilitas penting berada pada kategori cukup, namun penegasan baik tersebut didukung oleh kategori baik sekali dari kondisi kelompok fasilitas pelengkap dan kategori baik dari kelompok fasilitas vital. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fasilitas secara umum telah menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa aktivitas di PPI Tanjungsari sudah berjalan mendekati optimal karena keberadaan dibahas sub bab sebelumnya dan kondisi fasilitas secara umum berada pada kategori baik.

4.4. Keberadaan, Kebutuhan dan Kondisi Fasilitas dalam Menunjang Aktivitas di PPI Tanjungsari

Aktivitas yang ditinjau di PPI Tanjungsari meliputi aktivitas operasional yang umumnya terjadi di suatu PPPPI, yakni aktivitas pendaratan, penanganan, pengolahan, dan pemasaran ikan, serta penyaluran perbekalan. Aktivitas-aktivitas tersebut ditinjau untuk mengetahui fasilitas yang seharusnya ada dan yang ada serta kebutuhan dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas-aktivitas tersebut. Hal ini untuk menunjukkan bahwa aktivitas di suatu pelabuhan terkait erat dengan keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas.

4.4.1. Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan

1 Proses aktivitas pendaratan ikan Kapal-kapal yang masuk di PPI Tanjungsari untuk melakukan pendaratan ikan umumnya terjadi antara pukul 03.00 - 07.00 WIB. Kapal-kapal yang akan melakukan proses pendaratan tidak sampai mengalami antrian kapal meskipun banyak kapal, yakni minimal 15 kapal per hari yang akan melakukan pendaratan di PPI Tanjungsari sehingga proses pendaratan berlangsung lancar. Hal ini disebabkan luas kolam pelabuhan yang cukup besar sehingga dapat melancarkan kapal-kapal yang akan mendarat. Di PPI Tanjungsari, proses pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran, penyortiran, dan pengangkutan ke TPI. Ketika kapal selesai merapat ke dermaga, proses pembongkaran hasil tangkapan pun mulai dilakukan Gambar 46. Hasil tangkapan yang disimpan di palkah segera dikeluarkan. Tidak semua hasil tangkapan disimpan di dalam palkah. Sebagian hasil tangkapan ada yang disimpan di dalam keranjang, blong atau ember, dan kotak styrofoam. Sebagian nelayan yang melakukan pembongkaran dan sebagian yang lain melakukan penyortiran. Disamping pembongkaran, penyortiran pun masih dilakukan di atas Hasil tangkapan yang siap didaratkan di PPI Tanjungsari. Gambar 46 kapal. Proses penyortiran tidak membutuhkan waktu lama karena sebagian besar hasil tangkapan telah disortir sesaat setelah proses penangkapan. Hasil tangkapan disortir berdasarkan mutu dan jenis ikan tanpa melalui pencucian terlebih dahulu. Hasil tangkapan yang telah disortir dimasukkan ke dalam keranjang dengan daya tampung 20 - 30 kg untuk kemudian dilelang. Keranjang-keranjang ini merupakan hasil sewaan juragan nelayan kepada pihak KUD dengan harga sewa Rp1.000,00 keranjang. Setelah proses pembongkaran dan penyortiran dilakukan, pengangkutan hasil tangkapan ke TPI pun dimulai. Pengangkutan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan gerobak. Secara umum kendala dalam proses pendaratan ikan adalah pendangkalan yang terjadi pada kolam PPI sehingga menyulitkan proses keluar masuknya kapal, oleh sebab itu pengerukan secara rutin harus dilakukan. Kendala lain yang agak mengganggu aktivitas pendaratan ikan adalah kehadiran banyaknya para pengecer atau anak-anak yang sudah menunggu kapal mendarat untuk meminta-minta ikan kepada para nelayan. Adapun alur pendaratan ikan di PPI Tanjungsari seperti tertera pada Gambar 47 berikut. 2 Tingkat keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan Keberadaan fasilitas yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhannya akan sangat menunjang aktivitas pendaratan ikan. Adapun fasilitas-fasilitas yang ada dan seharusnya ada yang digunakan untuk menunjang aktivitas pendaratan ikan di PPI Tanjungsari serta kebutuhan fasilitas tersebut, seperti tertera pada Tabel 21. Dalam pengamatan yang dilakukan terdapat beberapa fasilitas yang tidak termasuk kedalam tiga kelompok fasilitas tersebut, keranjangkotak styrofoam blong, dan alat pengangkut seperti gerobak. Meskipun fungsinya tidak terlalu Gambar 47 Alur pendaratan ikan di PPI Tanjungsari. vital, namun keberadaannya sangat membantu untuk melancarkan aktivitas penda- ratan ikan. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Dermaga pendaratan ikan muat 2 Kolam pelabuhan 3 Vital Sistem rambu-rambu navigasi Jumlah 3 3 3 Persentase 100 100 100 1 Penting Pos penghubung radio SSB Jumlah 1 1 1 Persentase 100 100 100 1 Pelengkap Dermaga muat terpisah Jumlah 1 1 Persentase 100 100 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kelompok fasilitas vital yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan telah dipenuhi seluruhnya oleh PPI Tanjungsari dengan keber- adaan ke-3 fasilitas tersebut. Tingkat kebutuhan ke-3 fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan adalah ada dan diperlukan ADP. Kelompok fasilitas penting yang seharusnya ada untuk menunjang aktivitas pendaratan ikan hanyalah pos penghubung radio SSB saja. Fasilitas yang kebutuhannya ADP ini pun telah dimiliki PPI Tanjungsari. Fasilitas dermaga muat terpisah yang termasuk kelom- pok fasilitas pelengkap ini belum tersedia di PPI Tanjungsari. Fasilitas dengan tingkat keberadaan yang belum ada namun dari segi kebutuhan juga belum diperlukan maka hal ini dapat diartikan fasilitas tersebut belum terlalu dibutuhkan karena sudah dapat diatasi dengan keberadaan dermaga pendaratan ikan dan muat. Selain itu, aktivitas bongkar dan muat di PPI Tanjungsari juga belum mengalami kendala berarti meskipun dermaga muat terpisah belum tersedia. Kategori yang diperoleh kelompok fasilitas vital untuk keberadaaan fasilitas, yakni baik sekali. Hal ini disebabkan ke-3 fasilitas yang seharusnya ada pada Tabel 21 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pen- daratan ikan kelompok fasilitas vital seluruh sudah tersedia. Kelompok fasilitas penting mem- peroleh kategori baik karena 1 fasilitas yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan di PPI Tanjungsari sudah dipenuhi. Namun, kategori buruk diperoleh kelompok fasilitas pelengkap karena 1 fasilitas yang seharusnya ada tidak dimiliki PPI Tanjungsari, yakni dermaga muat terpisah untuk mendu- kung aktivitas pendaratan ikan. Keadaan demikian dapat disimpulkan bahwa ting- kat keberadaan fasilitas secara umum dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan di PPI Tanjungsari adalah dalam kategori baik dengan mengacu pada perolehan kategori per kelompok fasilitas Gambar 48. Kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan di PPI Tanjungsari untuk kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik sekali atau 100 kebutuhan fasilitas yang ada dan diperlukan ADP. Kelompok fasilitas penting memperoleh kategori baik atau 100 untuk kebutuhan fasilitas ADP, dan kelompok fasilitas pelengkap juga memperoleh kategori baik atau 100 untuk kebutuhan fasilitas yang belum ada namun belum diperlukan BANBP Gambar 49. Dengan demikian dari perolehan kategori per kelompok fasilitas dapat Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan. Gambar 48 disimpulkan bahwa kebutuhan fasilitas di PPI Tanjungsari adalah dalam kategori baik. 3 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan Keberadaan fasilitas yang baik dan ditunjang dengan kondisi fasilitas yang baik pula akan membuat aktivitas di PPI Tanjungsari berjalan dengan lancar. Adapun kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan di PPI Tan- jungsari seperti tertera pada Tabel 22. Kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik sekali 100 kondisi layak pakai dan kategori buruk 100 kondisi tidak dapat digunakan Gambar 50 disebabkan kondisi SSB yang rusak pada kelompok fasilitas penting. Kelom- pok fasilitas pelengkap yang menunjang pendaratan ikan tidak dapat diketahui kondisinya karena ketiadaan fasilitasnya Tabel 22. Meskipun kelompok fasilitas penting memperoleh kategori buruk 100, namun keberadaan fasilitasnya yang hanya satu masih menjadikan aktivitas pendaratan ikan masih berjalan lancar. Selain itu, masih banyaknya kondisi fasilitas yang layak pakai, terutama kelom- pok fasilitas vital. Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan. Gambar 49 Tabel 22 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Dermaga pendaratan ikan dan Muat 2 Kolam pelabuhan 3 Vital Sistem rambu-rambu navigasi Jumlah 3 Persentase 100 1 Penting Pos penghubung radio SSB Jumlah 1 Persentase 100 1 Pelengkap Dermaga muat terpisah Jumlah Persentase Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : : Fasilitas ada; : Fasilitas tidak ada Keadaan ini mengindikasikan bahwa PPI Tanjungsari secara umum memper- oleh kategori baik untuk kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan. Namun demikian, kondisi fasilitas yang tidak dapat digunakan karena rusak harus tetap mendapatkan perhatian dari pihak PPI Tanjungsari untuk segera diperbaiki agar aktivitas pendaratan ikan dapat berjalan optimal. Kondisi per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pendaratan ikan. Gambar 50 Dengan demikian, keberadaan dan kebutuhan dibahas sub bab sebelumnya dan kondisi fasilitas secara umum yang seluruhnya berada kategori baik menunjukkan bahwa aktivitas pendaratan ikan berjalan dengan baik.

4.4.2. Keberadaan, kebutuhan dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan

1 Proses aktivitas penanganan ikan Penanganan sudah mulai dilakukan ketika ikan tertangkap Gambar 53. Nelayan PPI Tanjungsari biasanya melakukan penanganan dengan menggunakan es atau dengan air tawar yang dibawa dari PPI. Proses penyortiran yang termasuk dalam penanganan dilakukan langsung ketika selesai proses penangkapan. Tidak semua hasil tangkapan disortir setelah proses penangkapan karena sebagian lainnya disortir ketika kapal mendarat di PPI. Setelah penyortiran dilakukan, ikan dimasukkan ke dalam blongkotak styrofoam yang telah diisi campuran air bersih dan es Gambar 51. Penanganan yang dilakukan oleh nelayan PPI Tanjungsari umumnya mengunakan campuran es dan air tawar karena keterbatasan es yang ada. Tidak Penanganan saat ikan akan dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang berisi campuran es dan air. Gambar 51 jarang penanganan hanya menggunakan air tawar tanpa menggunakan es. Meski- pun ketersediaan es di PPI Tanjungsari terbatas, namun masih mencukupi untuk penanganan bagi sebagian hasil tangkapan yang masuk ke TPI agar kesegaran ikan dapat dipertahankan sebelum pelelangan dimulai. 2 Tingkat keberadaan dan kebutuahan fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 fasilitas, hanya 2 fasilitas yang digunakan dalam menunjang aktivitas penanganan, yaitu pabrik es serta tangki dan instalasi air yang keduanya termasuk dalam kelompok fasilitas vital Tabel 23. Namun dari 2 fasilitas tersebut hanya ada 1 fasilitas yang terdapat di PPI Tanjungsari, yakni tangki dan instalasi air. Fasilitas yang sering digunakan untuk mencuci ikan atau menjadi campuran dengan es ini sangat membantu nelayan PPI Tanjungsari karena ketersediaan es yang terbatas, terlebih fasilitas ini dapat digunakan tanpa harus membeli. Nelayan PPI Tanjungsari dapat mengambil air bersih sesuai dengan kebutuhannya melalui saluran air yang berada di TPI. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Pabrik es 2 Vital Tangki instalasi air Jumlah 2 1 1 1 Persentase 100 50 50 50 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Namun ketiadaan pabrik es atau depot es sebenarnya menjadi kendala utama bagi para nelayan PPI Tanjungsari. Kebutuhan es yang harus dipesan sehari sebelumnya pada pabrik es di luar PPI Tanjungsari membuat nelayan kesulitan mendapatkan es ketika dibutuhkan. Kedatangan pesanan es yang terlambat juga dapat menghambat aktivitas penanganan ikan. Ketersediaan es yang terbatas tersebut mengakibatkan aktivitas penanganan kurang berjalan optimal. Sampai Tabel 23 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pena- nganan ikan saat ini pemesanan es ke luar PPI masih terus dilakukan karena belum terdapat penyelesaian dari pihak PPI terhadap ketiadaan fasilitas ini. Secara umum kategori cukup Gambar 52 diperoleh PPI Tanjungsari dalam hal keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan. Kelompok fasilitas vital sudah dapat menggambarkan kategori yang diperoleh PPI Tanjung- sari secara umum karena hanya kelompok fasilitas vital sajalah yang terlibat dalam aktivitas penanganan ikan. Kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan di PPI Tanjungsari secara umum dapat disimpulkan berada dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan aktivitas penanganan hanya melibatkan kelompok fasilitas vital saja dan memperoleh nilai 50 dari kebutuhan fasilitas yang ada dan diperlukan ADP dan 50 dari kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan BANP Gambar 53. Adanya fasilitas BANP ini sudah selayaknya mendapat perhatian dari pihak PPI Tanjungsari karena keberadaannya yang diperlukan. Keadaan ini juga mengindikasikan bahwa aktivitas penanganan belum berjalan lancar karena belum terdapatnya fasilitas yang diperlukan. Modal yang besar untuk mewujudkan fasilitas yang BANP pabrik es ini menjadi kendala utama. Kategori yang telah ditetapkan berdasar- kan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas penanganan ikan. Gambar 52 3 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan Kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari dalam menunjang aktivitas penanganan ikan dapat dilihat pada Tabel 24 berikut. Secara umum kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari dalam menunjang aktivitas penanganan ikan berada dalam kategori baik Gambar 54. Hal ini disebabkan satu dari fasilitas yang ada dan diperlukan ADP PPI Tanjungsari untuk mendukung aktivitas penanganan dalam kondisi layak pakai. Kategori ini diperoleh hanya dengan melihat gambaran dari kategori yang diperoleh kelompok fasilitas vital saja karena dua kelompok fasilitas lainnya tidak dibutuhkan di dalam aktivitas penanganan ikan. Tabel 24 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penanganan ikan Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Pabrik es 2 Vital Tangki dan instalasi air Jumlah 1 Persentase 100 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : : Fasilitas ada; : Fasilitas tidak ada Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam me- nunjang aktivitas penanganan ikan. Gambar 53 Perolehan kategori cukup pada keberadaan dan kebutuhan fasilitas dibahas sub bab sebelumnya serta kategori baik pada kondisi fasilitas mengindikasikan bahwa aktivitas penanganan ikan di PPI Tanjungsari belum berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan keberadaan fasilitas pabrik es yang belum tersedia, padahal kebutuhannya diperlukan di dalam aktivitas penanganan ikan.

4.4.3 Keberadaan, kebutuhan dan kondisi fasilitas dalam menunjang

aktivitas pengolahan ikan 1 Proses aktivitas pengolahan Tidak semua ikan-ikan dari PPI Tanjungsari dijual dalam keadaan segar. Sebagian ikan lainnya diolah menjadi ikan asin dan ikan pindang. Pengolahan ikan dimaksudkan selain untuk menambah jangka waktu konsumsi ikan, juga untuk memberi nilai tambah bagi produk ikan dan menjaga mutunya tetap baik walau disimpan lama, sehingga nilai jualnya tetap tinggi Indrianto 2006. 1 Pengasinan Pengasinan merupakan proses pengolahan ikan melalui pencucian ikan, penggaraman dan penjemuran Gambar 55. Usaha pengolahan ikan asin di PPI Kondisi per kelompok fasilitas dengan kate- gori yang telah ditetapkan berdasarkan per- sentase yang diperoleh dalam menun- jang aktivitas penanganan ikan. Gambar 54 Tanjungsari ini merupakan usaha skala menengah dengan tenaga kerja sebanyak 4 - 6 orang. Rata-rata produksi ikan per hari mencapai 50 kg. Jenis ikan yang umumnya dijadikan ikan asin adalah ikan pepetek, bawal, selar, layang, dan teri. Ikan yang diolah ini terbagi menjadi dua bentuk, yakni ikan asin yang dibelah dua membujur dan ikan yang tetap dalam keadaan utuh. Bentuk ikan asin ini sangat mempengaruhi jumlah garam yang akan diberikan. Bentuk ikan asin dalam keadaan utuh membutuhkan garam yang lebih sedikit, yaitu sekitar 10 kg garam untuk 1,5 kwintal ikan segar, sedangkan untuk ikan yang dibelah membutuhkan 20 kg garam. 2 Pemindangan Ikan tongkol dan kembung merupakan ikan yang mayoritas dijadikan ikan pindang. Pemindangan merupakan proses pengolahan ikan dengan cara merebus dengan air bergaram. Pembuatan ikan pindang di PPI Tanjungsari dilakukan secara perorangan yang dipasarkan 90 untuk konsumsi Kabupaten Pemalang dan 10 untuk konsumsi daerah Tegal, Pekalongan, Purbalingga. Ikan pindang dijual dengan harga sekitar Rp2000 - 4000ekor untuk ikan tongkol dan Rp2000 - 3000ekor untuk ikan kembung. Pengolahan ikan, yakni a pencucian dan b penjemuran. Gambar 55 b a 2 Tingkat keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan Fasilitas yang mendukung aktivitas pengolahan ikan di PPI Tanjungsari saat ini adalah adanya ruang pengepakan. Meskipun masih dalam pembangunan, namun ruang pengepakan ini nantinya akan digunakan untuk proses pengolahan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Tanjungsari. Fasilitas pendukung lainnya adalah keberadaan tangki dan instalasi air untuk pencucian ikan serta generator listrik untuk penerangan ruang pengepakan Tabel 25. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Vital Tangki instalasi air Jumlah 1 1 1 Persentase 100 100 100 1 Generator listrik 2 Penting Ruang pengepakan Jumlah 2 2 1 1 Persentase 100 100 50 50 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kelompok fasilitas vital yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan, yakni tangki dan instalasi air telah tersedia di PPI Tanjungsari. Oleh sebab itu kategori baik diperoleh kelompok fasilitas vital. Kelompok fasilitas penting pun memiliki kategori baik karena 2 fasilitas yang seharusnya ada telah tersedia, sedangkan kelompok fasilitas pelengkap tidak ada yang digunakan untuk mendukung aktivitas pengolahan ikan. Perolehan kategori baik untuk kelompok fasilitas vital dan penting Gambar 56 dapat memberikan kesimpulan bahwa keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan termasuk kate- gori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan fasilitas yang ada dapat mendukung aktivitas pengolahan dengan baik. Tabel 25 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas peng- olahan ikan ik Kelompok fasilitas vital memiliki kategori baik 100 karena satu fasilitas yang seharusnya ada, memang diperlukan, dalam menunjang aktivitas peng- olahan ikan. Kategori cukup diperoleh kelompok fasilitas penting karena 50 kebutuhan fasilitasnya ada dan diperlukan ADP dan 50 ada namun belum diperlukan ANBP Gambar 57. Kebutuhan fasilitas yang ANBP ini sebenarnya dapat menurunkan fungsi dan tujuan dari fasilitas tersebut. Keadaan ini disebab- kan fasilitas tersebut belum digunakan pada saat ini sehingga terdapat kemung- kinan fasilitas tersebut akan rusak jika terus menerus tidak digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan fasilitas pengolahan ikan secara umum di PPI Tanjungsari memperoleh kategori baik karena 2 fasilitas dari 2 kelompok fasilitas tersebut memang diperlukan, sedangkan fasilitas ruang pengepakan belum diperlukan saat ini sehingga keberadaannya tidak terlalu membantu aktivitas pengolahan ikan. Hal ini disebabkan luas ruang pengepakan belum mampu menampung seluruh aktivitas pengolahan ikan yang ada di PPI Tanjungsari. Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan. Gambar 56 3 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan Fasilitas tangki dan instalasi air serta generator listrik memiliki kondisi yang layak pakai, sedangkan ruang pengepakan berada dalam kondisi tidak dapat digunakan Tabel 26 karena pembangunannya yang belum selesai. Tabel 26 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Vital Tangki dan instalasi air Jumlah 1 Persentase 100 1 Generator listrik 2 Penting Ruang pengepakan Jumlah 1 1 Persentase 50 50 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Kondisi kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik 100 karena tangki dan instalasi air dalam keadaan layak pakai. Kategori cukup diperoleh kelompok fasilitas penting karena 50 layak pakai dan 50 tidak dapat digunakan masih Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas peng- olahan ikan. Gambar 57 dalam pembangunan Gambar 58. Meskipun kondisi ruang pengepakan nantinya sudah dapat digunakan, namun keberadaannya belum mampu mendukung seluruh aktivitas pengolahan ikan di PPI Tanjungsari karena kurang luasnya ruang pengepakan. Kategori kelompok fasilitas vital dan penting yang masing-masing mem- peroleh kategori baik dan cukup dapat memberikan gambaran bahwa secara umum kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari untuk menunjang aktivitas pengolahan ikan memperoleh kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa aktivitas pengolahan ikan telah berjalan baik dan lancar karena keberadaan dan kebutuhan dibahas sub bab sebelumnya serta kondisi fasilitas secara umum berada pada kategori baik. 4.4.4. Keberadaan, kebutuhan dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran di PPI Tanjungsari Pelelangan ikan di TPI merupakan awal dari rantai pemasaran hasil tang- kapan sebelum akhirnya sampai pada ke konsumen. Menurut Lubis 2000, pelelangan ikan bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak, baik bagi penjual Kondisi fasilitas dengan interval persentase perkira- an yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pengolahan ikan. Gambar 58 maupun pembeli. Kegiatan pelelangan di Tanjungsari ini dilakukan oleh unit usaha KUD Mina Misoyo Sari. Hal ini telah sesuai dengan Direktorat Jenderal Perikanan 1995 vide Marsiah 1998 bahwa kegiatan pelelangan dilaksanakan oleh unit usaha KUD yang dinilai mampu oleh pemerintah daerah. Apabila di dae- rah tersebut belum ada KUD yang dinilai mampu maka penyelenggaraan lelang dilakukan langsung oleh Pemda cabang Dinas Perikanan Daerah. Di PPI Tanjung- sari, semua hasil tangkapan yang didaratkan masuk pelelangan sesuai dengan Perda No.1 tahun 1984 Propinsi Jawa Tengah tentang tempat pelelangan ikan. Selain itu, aktivitas lelang yang merupakan kesadaran nelayan PPI Tanjungsari bahwa retribusi yang dikeluarkan nantinya akan bermanfaat bagi kesejahtera- annya. 1 Proses pemasaran 1 Pelelangan Urutan kegiatan sebelum pelelangan ikan dilaksanakan adalah pertama kapal ikan merapat di dermaga TPI Tanjungsari umumnya jam 03.00 WIB. Kapal tersebut segera melapor di pos keamanan terpadu untuk mendapatkan nomor urut lelang. Setelah mendapatkan nomor urut, ikan mulai dibongkar oleh ABK, disortir sesuai jenis dan mutunya, kemudian ditempatkan ke dalam basket ikan yang telah disediakan oleh KUD Mina Misoyo Sari. Namun tidak semua hasil tangkapan yang dilelang ditempatkan dalam basketkeranjang karena ada pula hasil tangkap- an yang diletakkan di lantai. Sekitar pukul 05.00 WIB ikan diturunkan dari kapal menuju TPI untuk ditimbang lalu ditata di lantai lelang oleh petugas angkut ikan yang dikoordinir oleh petugas KUD Mina Misoyo Sari. Penataan hasil tangkapan dilakukan secara mengelompok yaitu antara 4 - 5 kelompok dengan jenis ikan yang sama. Proses pelelangan Gambar 59 dimulai pada pukul 07.00 WIB yang mengikuti nomor urut lelang. Proses pelelangan ikan dilaksanakan secara terbuka yang dipimpin oleh seorang juru tawar. Juru tawar tersebut akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk tiap jenis ikan per satu kelompok dengan pengeras suara. Harga ikan di pasaran saat itu menjadi pembuka harga awal penawaran sampai akhirnya mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pembeli akan mengacungkan tangan tanda setuju terhadap penawaran tersebut. Ikan pun lang- sung diangkut oleh pemenang lelang setelah kesepakatan terjadi. Nelayan pemilik akan mencatat jenis, harga, jumlah kelompok, dan nama pemenang lelang ikan untuk kemudian diberikan kepada pihak TPI agar mendapatkan karcis lelang dari juru catat setelah dipungut 3 dari nilai lelang. Bakul ikan pun membayar sesuai dengan harga kesepakatan lelang dengan ditambah 2 . Total retribusi lelang di PPI Tanjungsari adalah 5 yang disetorkan ke kas daerah. Semua hasil transaksi dan kegiatan pelelangan setiap harinya akan dibukukan melalui kantor admini- strasi TPI. \ Secara umum, kendala yang dihadapi untuk aktivitas lelang di TPI Tanjung- sari tidak terlalu berarti. Menurut Kepala TPI Tanjungsari, aktivitas lelang yang dilakukan selalu berjalan lancar. Hambatan akan terjadi apabila hasil tangkapan yang didaratkan sangat sedikit sekali sehingga proses lelang pun tidak dapat Proses pemasaran di PPI Tanjungsari yang terdiri atas a penim- bangan; b proses lelang; c pembersihan lantai lelang; dan distri- busi yang diangkut dengan d gerobak, e becak, atau f mobil. a c b f e d Gambar 59 berlangsung karena hasil tangkapan langsung dijual kepada pengecerbakul. Keadaan demikian pernah terjadi pada bulan Februari 2007 lalu yang disebabkan oleh kondisi cuaca saat itu yang tidak menentu sehingga banyak nelayan PPI Tanjungsari tidak melaut. Adapun penggunaan retribusi yang masuk ke TPI Tanjungsari sesuai dengan Perda Jawa Tengah No.1 Tahun 1984 tentang pele- langan ikan adalah sebagai berikut. Sumber: Selayang pandang KUD Mina Misoyo Sari 2007 Hasil tangkapan yang telah dilelang dan dimiliki pedagang besar akan dijual kembali ke pedagang lokal, kemudian ke pengecer dan akhirnya dijual ke konsumen. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Tanjungsari umumnya dipasarkan ke wilayah Pemalang dan daerah lain sekitarnya, seperti Batang, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Jakarta, Karawang, Bekasi, dan daerah luar Jawa lainnya. Secara umum rantai pemasaran di TPI Tanjungsari sama seperti yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia seperti dalam rantai pemasaran Misran 1991 diacu dalam Anastasia 2005. 2 Distribusi Setelah proses lelang berlangsung, hasil tangkapan segera didistribusikan ke pasar-pasar lokal, luar kota dalam propinsi, ataupun antar propinsi. Transportasi yang biasa digunakan dalam proses distribusi di PPI Tanjungsari adalah gerobak, becak, dan mobil colt pick up. Penggunaan gerobak atau becak dilakukan hanya untuk jalur distribusi yang dekat, sedangkan mobil colt pick up digunakan untuk luar kota dalam propinsi atau antar propinsi. Hasil tangkapan biasa didistribusikan ke Kota Batang, Tegal, Semarang, Jakarta, dan Bekasi. Selain didistribusikan, hasil tangkapan juga ada yang langsung dijual oleh para bakul di PPI Tanjungsari. 2 Tingkat keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran Secara umum fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam aktivitas pelelangan ikan di TPI Tanjungsari, yaitu tempat pelelangan ikan, kantor administrasi, gene- rator listrik, tangki dan instalasi air, pabrik es, serta mobil dinas Tabel 27. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Tempat pelelangan ikan 2 Tangki dan instalasi air 3 Pabrik es 4 Vital Kantor administrasi Jumlah 4 3 3 1 Persentase 100 75 75 25 1 Penting Generator listrik Jumlah 1 1 1 Persentase 100 100 100 1 Pelengkap Mobil dinas Jumlah 1 1 1 Persentase 100 100 100 Sumber: Hasil Pengamatan dan wawancara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Tabel 27 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pema- saran Adapun fasilitas yang fungsinya kecil, namun keberadaannya sangat membantu aktivitas pelelangan ikan di TPI Tanjungsari, yakni keranjangblong, timbangan, gerobak, dan pengeras suara. Akan tetapi, fasilitas-fasilitas ini tidak termasuk ke dalam 24 fasilitas yang paling diperlukan suatu PPPPI. Keberadaan kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik karena 3 dari 4 fasilitas yang seharusnya ada dalam menunjang aktivitas pemasaran telah tersedia di PPI Tanjungsari. Kelompok fasilitas penting yang hanya memerlukan satu fasilitas yang seharusnya ada pun telah dimiliki PPI Tanjungsari dalam mendukung aktivitas pemasaran adalah generator listrik. Generator listrik pada aktivitas pelelangan digunakan sebagai sumber alat penerangan dan alat pengeras suara. Hal ini menjadikan kelompok fasilitas penting memperoleh kategori baik. Kategori baik juga diperoleh kelompok fasilitas pelengkap karena satu fasilitas yang seharusnya ada telah tersedia. Keberadaan mobil dinas dalam menunjang aktivitas pemasaran adalah dalam proses distribusi ikan ke daerah-daerah lain Gambar 41. Kelompok fasilitas vital, penting, pelengkap yang semuanya memperoleh kategori baik mengindikasikan bahwa keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran di PPI Tanjungsari secara umum memiliki kate- gori baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran berjalan dengan baik jika dilihat dari sisi keberadaan fasilitas. Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pemasaran. 1 2 3 4 2 1 3 4 Jumlah Fasillitas 1 1 Baik Baik Buruk Buruk Cukup 1 3 Baik Sekali Buruk Sekali Baik 1 Buruk 1 1 Gambar 60 Kebutuhan kelompok fasilitas vital memiliki kategori baik 75 ADP dan 25 BANP Gambar 61. Pabrik es merupakan kelompok fasilitas vital yang keberadaanya belum tersedia namun dari segi kebutuhan diperlukan di PPI Tanjungsari. Hal ini menjadikan pabrik es yang sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas pemasaran, terutama penggunaan es dalam distribusi hasil tangkapan perlu mendapat perhatian pihak PPI agar kesegaran ikan selama proses distribusi dapat tercapai. Kategori baik juga diperoleh kelompok fasilitas penting dan pelengkap yang masing-masing memperoleh 100 karena kebutuhannya yang ada dan diperlukan ADP. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran di PPI Tanjungsari secara umum memperoleh kategori baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kelompok fasilitas yang ada dalam menunjang aktivitas pemasaran memang banyak yang diperlukan sehingga meninggikan fungsi fasilitas tersebut. 3 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran Dua fasilitas dari kelompok fasilitas vital 50 berada pada kondisi layak pakai dan 2 fasilitas, yakni kantor administrasi 1 dan 2 masing-masing berada pada kondisi melampaui kapasitas dan tidak dapat digunakan karena masih dalam Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pemasaran. Gambar 61 pembangunan. Kantor administrasi yang keberadaannya yang masih dalam pem- bangunan sehingga belum bisa digunakan Gambar 32b ini dibangun untuk mengatasi kantor administrasi yang telah melampaui kapasitas. Generator listrik dan mobil dinas yang termasuk dalam kelompok fasilitas penting dan pelengkap juga memiliki kondisi layak pakai. Tabel 28 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Tempat pelelangan ikan TPI 2 Tangki dan instalasi air 3 Pabrik es 4 Vital Kantor administrasi Jumlah 2 1 1 Persentase 50 25 25 1 Penting Generator listrik Jumlah 1 Persentase 100 1 Pelengkap Mobil dinas Jumlah 2 Persentase 100 Sumber: Hasil Pengamatan dan wawancara 2007 Ket : : Fasilitasnya ada; : Fasilitas tidak ada Kondisi kelompok fasilitas penting, dan pelengkap berdasarkan grafik berada pada kondisi baik, sedangkan kelompok fasilitas vital memperoleh kategori cukup Gambar 62. Walaupun masih terdapat kondisi yang melampaui kapasitas dan tidak dapat digunakan, namun dapat disimpulkan bahwa kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemasaran masih berada pada kategori baik. Hal ini juga mengindikasikan bahwa aktivitas pemasaran di PPI Tanjungsari telah berjalan dengan lancar. Keberadaan dan kebutuhan dibahas sub bab sebelumnya serta kondisi fasilitas yang berada pada kategori baik mengindikasikan bahwa aktivitas pemasaran di PPI Tanjungsari secara umum berlangsung dengan baik. 1 1 2 4.4.5. Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan 1 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan Seluruh fasilitas yang seharusnya ada, baik dari kelompok fasilitas vital maupun pelengkap untuk menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan belum tersedia di PPI Tanjungsari Tabel 29. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Vital Bengkel reparasi kapal Jumlah 1 1 Persentase 100 100 1 Pelengkap Slipway Jumlah 1 1 Persentase 100 100 100 Sumber : Hasil pengamatan dan wawanacara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kondisi fasilitas dengan interval persentase perkiraan yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pemasaran. Gambar 62 Tabel 29 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas peme- liharaan dan perbaikan Hal ini mengakibatkan kategori buruk diperoleh PPI Tanjungsari secara umum dalam hal keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan Gambar 63. Belum tersedianya bengkel reparasi kapal dan slipway sering ditemukan di suatu PPPPI. Pengawasan pemanfaatan dan fungsi bangunan PPI September 2004 yang dilakukan DKP 2004 menginformasikan bahwa terda- pat daerah-daerah, seperti PPI di Alok Kabupaten Sikka Provinsi NTT yang tidak memiliki bengkel pemeliharaan dan perbaikan kapal. Ketiadaan fasilitas slipway di PPI Tanjungsari dapat menjadi salah satu bukti bahwa banyak PPPPI yang belum memiliki fasilitas ini. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Lubis et. al. 2005 yang menyatakan bahwa dari 30 PP dan 204 PPI di Pulau Jawa hanya 30 yang memiliki slipway. Padahal menurut Mur- diyanto 2003, perawatan dan pemeliharaan fasilitas pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan juga mutlak dilakukan secara teratur agar operasiona- lisasi aktivitas pelabuhan dapat dilakukan tanpa terhalang oleh kemungkinan timbulnya hambatan akibat fasilitas yang bersangkutan tidak dapat berfungsi dengan baik atau rusak karena kurangnya tindakan perawatan yang seharusnya dilakukan. Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jum- lah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diper- oleh dalam menunjang aktivitas pemeliha- raan dan perbaikan. Gambar 63 Kebutuhan fasilitas bengkel reparasi kapal yang termasuk kelompok fasilitas vital adalah belum ada namun diperlukan BANP Gambar 64. Meskipun bengkel reparasi kapal belum tersedia, namun aktivitas pemeliharaan dan perbaikan tetap dilakukan nelayan, seperti perawatan atau perbaikan kapal rusak yang dilakukan di sekitar wilayah PPI Gambar 31. Walaupun ketiadaan fasilitas bengkel reparasi kapal belum menghambat aktivitas lainnya, namun fasilitas ini seharusnya perlu mendapat perhatian dari pihak PPI karena akibatnya secara tidak langsung dapat mempersempit badan jalan sehingga jalur transportasi menjadi terhambat dan menimbulkan pencemaran lingkungan karena tumpahan atau ceceran cat yang digunakan selama pemeliharaan atau perbaikan. Adanya pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan di sepanjang sisi-sisi badan jalan PPI Tanjungsari juga menunjukkan bahwa aktivitas pemeliharaan dan perbaikan tetap perlu dilakukan meskipun tanpa adanya fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, diperlukan fasilitas pendukung yang menjembatani aktivitas tersebut sehingga aktivitas dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi, penyediaan dana yang besar menjadi hambatan utama dalam merealisasikan fasilitas tersebut. Fasilitas slipway yang termasuk kelompok fasilitas pelengkap keberadaannya Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan per- baikan. Gambar 64 belum ada dan kebutuhannya pun belum diperlukan saat ini di PPI Tanjungsari dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan. 2 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan Tidak adanya kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan disebabkan ketiadaan fasilitas yang menunjang aktivitas pemeliharaan dan perbaikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas pemeliharaan dan perbaikan tidak berjalan karena ketiadaan seluruh fasilitas pendukungnya. 4.4.6. Keberadaan, kebutuhan dan kondisi fasilitas dalam menunjang akti- vitas administrasi dan penyuluhan 1 Tingkat keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan Diantara 24 fasilitas seharusnya ada di suatu PPPPI yang dikaji terdapat fasilitas yang telah ada dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan seperti tertera pada Tabel 30. Aktivitas administrasi dan penyuluhan di suatu PPPPI merupakan aktivitas yang tidak kalah penting dengan aktivitas lain yang ada di suatu pelabuhan. Keterlibatan aktivitas administrasi menjadi penting, seperti pencatatan data hasil tangkapan didaratkan dan pencatatan proses kegiatan lelang Gambar 65. Pencatatan hasil lelang yang sedang ber- langsung di PPI Tanjungsari Gambar 65 Lain halnya dengan aktivitas administrasi, aktivitas penyuluhan adalah aktivitas nelayan dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai aktivitas pe- nangkapan atau aktivitas terkait lainnya. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Tangki dan instalasi air 2 Vital Kantor administrasi Jumlah 2 2 2 Persentase 100 100 100 1 Kantor kepala pelabuhan 2 Generator listrik 3 Penting Tempat parkir Jumlah 3 3 3 Persentase 100 100 100 1 Ruang pertemuan 2 Kamar kecil 3 Balai pertemuan nelayan 4 Pos penjagaan 5 Rumah dinas 6 Musala 7 Mobil dinas 8 Pelengkap Motor dinas Jumlah 8 5 5 2 1 Persentase 100 62,5 62,5 25 12,5 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Seluruh fasilitas yang seharusnya ada pada kelompok fasilitas vital telah dimiliki PPI Tanjungsari sehingga kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik. Kategori baik sekali diperoleh kelompok fasilitas penting karena ke-3 fasilitasnya telah tersedia. Kelompok fasilitas pelengkap memperoleh kategori baik karena hanya terdapat 5 dari 7 fasilitas yang seharusnya ada Gambar 66. Perolehan kategori dari masing-masing kelompok fasilitas tersebut dapat disim- Tabel 30 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas admi- nistrasi dan penyuluhan pulkan bahwa keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan secara umum dapat dikategorikan baik. Fasilitas yang belum tersedia untuk mendukung aktivitas administrasi dan penyuluhan tersebut belum dapat terealisasikan karena keterbatasan modal yang dimiliki PPI Tanjungsari. Selain itu, semua fasilitas yang belum tersedia termasuk kedalam kelompok fasilitas pelengkap, dimana menurut Lubis et. al. 2005 kelompok fasilitas pelengkap pengadaannya baru pada pengembangan pelabuhan tahap ketiga. Kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan di PPI Tanjungsari secara umum memperoleh kategori baik. Hal ini disebabkan kelompok fasilitas vital memperoleh kategori baik, kelompok fasilitas penting pada kategori baik sekali, dan kelompok fasilitas pelengkap dalam kategori baik Gambar 67. Meskipun fungsinya yang belum terlalu dibutuhkan dan peng- adaannya yang pada pengembangan tahap ketiga, namun kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan BANP, seperti ruang pertemuan dan pos penja- gaan, keberadaannya menjadi diperlukan agar fasilitas-fasilitas yang berfungsi Kategori yang telah ditetapkan berdasarkan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan. Gambar 66 rangkap tersebut, yakni balai pertemuan nelayan BPN dan pos pengamat, dapat melakukan fungsi dan tujuannya. 2 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan Kelompok fasilitas vital memiliki kondisi fasilitas yang beragam. Tangki dan instalasi air berada dalam kondisi layak pakai, sedangkan 2 kantor administrasi masing-masing berada pada kondisi melampaui kapasitas dan tidak dapat diguna- kan karena masih dalam pembangunan. Tiga fasilitas pada kelompok fasilitas penting, yakni kantor kepala pelabuhan, generator listrik, dan satu tempat parkir berada pada kondisi layak pakai dan 1 tempat parkir lainnya pada kondisi tidak dapat digunakan karena rusak. Pada kelompok fasilitas pelengkap memiliki 12 fasilitas pada kondisi layak pakai dan 1 fasilitas pada kondisi tidak dapat digunakan karena rusak. Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan. Gambar 67 Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Tangki dan instalasi air 2 Vital Kantor administrasi Jumlah 1 1 1 Persentase 33,33 33,33 33,33 1 Kantor kepala pelabuhan 2 Generator listrik 3 Penting Tempat parkir Jumlah 3 1 Persentase 75 25 1 Ruang pertemuan 2 Kamar kecil 3 Balai pertemuan nelayan 4 Pos penjagaan 5 Rumah dinas 6 Musala 7 Mobil dinas 8 Pelengkap Motor dinas Jumlah 12 1 Persentase 92,31 7,69 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : : Fasilitas ada; : Fasilitas tidak ada Kategori baik yang diperoleh keberadaan dan kebutuhan dibahas sub bab sebelumnya, dan kondisi fasilitas menunjukkan bahwa aktivitas administrasi dan penyuluhan berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti meskipun masih terdapatnya fasilitas yang belum tersedia dan kondisi fasilitas yang tidak dapat digunakan. Secara umum kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan berada pada kategori baik. Meskipun kategori buruk diperoleh fasilitas vital 33 layak pakai dan 66,67 melampaui kapasitas dan tidak dapat digunakan Gambar 68, namun perolehan kategori baik dan baik sekali pada kelompok fasilitas penting dan pelengkap menegaskan kategori baik secara umum tersebut. 1 1 1 7 1 1 2 Tabel 31 Kondisi fasilitas dalam menunjang akktivitas administrasi dan penyu- luhan

4.4.7. Keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan

1 Tingkat keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan Direktorat Jenderal Perikanan 1994 diacu dalam Anastasia 2005 me- ngemukakan bahwa penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah es, penjualan air bersih, penyaluran BBM, dan suku cadang. Di PPI Tanjungsari, fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas penyaluran perbekalan seperti tertera pada Tabel 24 berikut. Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Pabrik es 2 Tempat penyediaan bahan bakar 3 Vital Tangki dan instalasi air Jumlah 3 2 2 1 Persentase 100 66,67 66,67 33,33 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kondisi fasilitas dengan interval persentase perkiraan yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas administrasi dan penyuluhan. Gambar 68 Tabel 32 Keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas penya- luran perbekalan Diantara 24 fasilitas yang dikaji dalam penelitian, seluruh fasilitas yang terkait dengan aktivitas penyaluran perbekalan Gambar 69 termasuk dalam kelompok fasilitas mutlakvital. Namun tidak terdapat fasilitas suku cadang yang termasuk dalam penyaluran perbekalan seperti yang dikemukan Direktorat Jen- deral Perikanan karena fasilitas tersebut tidak termasuk ke dalam 24 fasilitas yang dikaji. Kategori baik diperoleh kelompok fasilitas vital karena PPI Tanjugsari hanya memiliki 2 dari 3 fasilitas yang seharusnya ada untuk menunjang aktivitas penyaluran perbekalan Tabel 32 dan Gambar 70. Keadaan ini menunjukkan bahwa kategori baik pun diperoleh PPI Tanjungsari secara umum untuk keber- adaan fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan. Sama halnya dengan kategori keberadaan fasilitas yang diperoleh PPI Tanjungsari secara umum untuk menunjang aktivitas penyaluran perbekalan, kebutuhan fasilitas pun memi- liki kategori baik. Hal ini disebabkan 66,67 berada pada kebutuhan fasilitas yang ada dan diperlukan ADP dan 33,33 berada pada kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan BANP Gambar 71. Persiapan perbekalan es sebelum melakukan aktivitas penangkapan. Gambar 69 Ketiadaan pabrik es yang kebutuhannya belum ada namun diperlukan BANP ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pihak PPI Tanjungsari karena keterkaitan yang besar terhadap aktivitas PPI lainnya, selain aktivitas penyaluran perbekalan. Bentuk kerjasama operasional dengan pihak ketiga dapat menjadi pertimbangan bagi PPI Tanjungsari untuk menyediakan fasilitas pabrik atau depot es. Kategori yang telah ditetapkan berdasar- kan jumlah fasilitas yang seharusnya ada dan yang diperoleh dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan. Kebutuhan per kelompok fasilitas dengan kategori yang telah ditetapkan berdasarkan persentase yang diperoleh dalam me- nunjang aktivitas penyaluran perbekalan. Gambar 70 Gambar 71 2 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan Persentase kondisi fasilitas yang hanya terdapat kelompok fasilitas vital saja memiliki persentase layak pakai sebesar 66,67 dan tidak dapat digunakan 33,33 Tabel 33 dan Gambar 72 karena 1 tempat penyediaan bahan bakar yang sudah ditutup. Kondisi Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Layak Pakai Melampaui Kapasitas Tidak dapat Digunakan 1 Pabrik es 2 Tempat penyediaan bahan bakar 3 Vital Tangki dan instalasi air Jumlah 2 1 Persentase 66,67 33,33 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket : : Fasilitasnya ada; : Fasilitas tidak ada Secara umum kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan di PPI Tanjungsari adalah dalam kategori baik. Kategori ini didasarkan pada perolehan kategori kelompok fasilitas vital saja karena dua kelompok fasilitas lainnya tidak ikut terkait dengan aktivitas ini Gambar 72. 1 1 Kondisi fasilitas dengan interval persentase perkiraan yang telah ditetapkan berdasar- kan persentase yang diperoleh dalam menunjang aktivitas penyaluran perbekalan. Tabel 33 Kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas administrasi penyaluran perbekalan Gambar 72 Perolehan kategori keberadaan dan kebutuhan dibahas sub bab sebelumnya, serta kondisi fasilitas yang baik mengindikasikan bahwa aktivitas penyaluran perbekalan di PPI Tanjungsari telah berjalan dengan lancar.

4.5. Rasio antara Keberadaan dan Kebutuhan Fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari

Salah satu yang menjadi indikator perkembangan di suatu PPPPI adalah keberadaan fasilitas. Perkembangan fasilitas yang dilakukan secara bertahap dapat dilakukan dengan menambah jenis fasilitas atau kapasitas yang telah ada. Fasilitas yang terkait langsung pemanfaatan pelabuhan perikanan menjadikan keberadaan fasilitas yang seharusnya ada perlu mendapat perhatian pihak PPI agar pelabuhan perikanan dapat menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lubis 2007a bahwa pemanfaatan pelabuhan perikanan adalah bagaimana memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan yang ada seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan aktivitas kepelabuhanan secara optimal. Meskipun belum sepenuhnya ada, namun fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPI Tanjungsari sudah dapat mendukung aktivitas PPI. Namun demikian masih terdapatnya fasilitas yang belum ada di PPI Tanjungsari menjadikan aktivitas sedikit menghambat aktivitas kepelabuhanan. Adapun keberadaan dan kebutuhan fasilitas dari seluruh aktivitas di PPI Tanjungsari seperti tertera pada Tabel 34. Berdasarkan Tabel 35 dan Gambar 73 terlihat bahwa fasilitas yang seharusnya ada menjadi pembanding mutlak terhadap komponen-komponen pembanding lainnya. Keadaan ini disebabkan fasilitas yang seharusnya ada sebenarnya diperlukan agar suatu PPPPI dapat berjalan optimal begitupun PPI Tanjungsari. Namun pada kenyataannya di PPI Tanjungsari, tidak semua fasilitas yang ada mampu menunjang suatu aktivitas, seperti ruang pengepakan untuk menunjang aktivitas pengolahan yang kebutuhannya ada namun belum diper- lukan. Hal ini disebabkan hasil tangkapan yang didaratkan biasanya langsung habis terjual. Tabel 34 Keberadaan dan kebutuhan seluruh fasilitas di PPI Tanjungsari Keberadaan Fasilitas Kebutuhan Fasilitas No. Kelompok Fasilitas Fasilitas Seharusnya Ada Ada ADP ANBP BANP BANBP 1 Dermaga pendaratan ikan dan muat 2 Kolam pelabuhan 3 Sistem rambu-rambu 4 Tempat pelelangan ikan TPI 5 Pabrik es 6 Tangki dan instalasi air 7 Tempat penyediaan bahan bakar 8 Bengkel reparasi kapal 9 Vital Kantor administrasi Jumlah 9 7 7 2 Persentase 100 77,78 77,78 22,22 1 Generator listrik 2 Kantor kepala pelabuhan 3 Tempat parkir 4 Pos penghubung radio SSB 5 Penting Ruang pengepakan Jumlah 5 5 4 1 Persentase 100 100 80 20 1 Dermaga muat terpisah 2 Slipway 3 Ruang pertemuan 4 Kamar kecil 5 Pos penjagaan 6 Balai pertemuan nelayan 7 Rumah dinas 8 Musala 9 Mobil dinas 10 Pelengkap Motor Dinas Jumlah 10 5 5 2 3 Persentase 100 50 50 20 30 Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kondisi ini sesuai dengan yang dikemukakan Lubis 2006 bahwa fasilitas- fasilitas tersebut tidak harus ada di suatu pelabuhan, namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Sebagai contoh, ada kalanya suatu pelabuhan tidak memerlukan cold storage karena ikan- ikan yang didaratkan semuanya habis terjual dalam bentuk segar. Selain itu, pengembangan PPPPI secara bertahap pun menjadikan fasilitas-fasilitas tersebut tersedia secara bertahap pula yang disesuaikan dengan kebutuhan. Meskipun demikian terdapat PPI di Madura yang sedang dalam masa pembangunan, tepatnya di Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang yang akan membangun PPI termegah di Madura dengan dengan prasarana dan sarana yang lengkap Surabaya Post 2008. Adapun untuk kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan BANP, tetapi fasilitasnya belum diwujudkan lebih disebabkan keterbatasan dana pihak PPI Tanjungsari. Dermaga muat terpisah, slipway, dan rumah dinas yang kebutuhan fasilitasnya belum ada namun belum diperlukan BANBP realisasinya dapat lebih ditunda karena memang belum dibutuhkan di PPI Tanjungsari. Walaupun secara teoritis kelengkapan dan kondisi baik fasilitas dapat mengop- timalkan suatu PPPPI, namun kenyataannya dapat disimpulkan bahwa kebutuhan suatu fasilitas menjadi salah satu faktor yang layak mendapat perhatian sebelum membangun atau menambah jenis fasilitas. Hal ini dilakukan agar fasilitas ter- sebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Keadaan ini berkaitan erat dengan pemanfaatan PPPPI, seperti yang telah dikemukakan Lubis 2007a bahwa Skema pembagian interval persentase fasilitas per kategori untuk masing-masing kelompok fasilitas yang telah ditetapkan untuk seluruh aktivitas. Gambar 73 pemanfaatan pelabuhan perikanan adalah cara bagaimana memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan yang ada seefektif menjalankan fungsi dan tujuannya dan seefisien mungkin adanya nilai tambah. Tabel 35 Rasio antara keberadaan fasilitas dan kebutuhan fasilitas Perbandingan Kelompok Fasilitas Rasio KF: KbF Kategori Vital : 77,78 77,78 : 100 = 1:1,28 Baik Penting : 100 100 : 100 = 1:1 Baik Sekali Ada Seharusnya Ada 100 Pelengkap : 50 50 : 100 = 1:2 Cukup Vital : 77,78 77,78 : 100 = 1:1,28 Baik Penting : 80 80 : 100 = 1:1,25 Baik ADP Seharusnya Ada 100 Pelengkap : 50 50 : 100 = 1:2 Cukup Vital Penting : 20 20 : 100 = 1:5 Baik Sekali ANBP Seharusnya Ada 100 Pelengkap Vital : 22,22 22,22 : 100 = 1:4,5 Baik Penting BANP Seharusnya Ada 100 Pelengkap : 20 20 : 100 = 1:5 Baik Sekali Sumber: Hasil pengolahan data 2008 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan Kategori yang diperoleh PPI Tanjungsari dalam hal keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas berdasarkan rasio adalah berada pada kategori baik. Rasio keberadaan fasilitas antara fasilitas yang ada terhadap fasilitas yang seharusnya ada untuk kelompok fasilitas vital adalah 1:1,28 baik, penting 1:1 baik, dan pelengkap 1:2 cukup. Keadaan ini menunjukkan bahwa PPI Tanjungsari telah menunjang seluruh aktivitasnya dengan baik berdasarkan keberadaan fasilitas. Kategori baik juga diperoleh PPI Tanjungsari dalam hal kebutuhan fasilitas yang ada dan diperlukan ADP terhadap fasilitas yang seharusnya ada. Rasio kelompok fasilitas vital adalah 1:1,28 baik, penting 1:1,25 baik, dan pelengkap 1:2 baik. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa diantara fasilitas yang seharusnya ada telah terdapat kebutuhan fasilitas yang ada dan diperlukan ADP dengan baik. Perolehan rasio tersebut menun- jukkan bahwa terdapat fasilitas yang telah ada dan diperlukan atau digunakan di dalam aktivitas berada dalam kategori baik. Hal ini juga dapat memberi nilai tambah jika fasilitas yang diperlukan tersebut menjalankan fungsi dan tujuannya. Secara umum berdasarkan kategori rasio antara kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlukan ANBP terhadap keberadaan fasilitas yang seharusnya ada PPI Tanjungsari berada dalam kategori baik sekali. Hal ini disebabkan rasio yang diperoleh kelompok fasilitas penting adalah 1:5 baik sekali. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas yang sudah ada, tetapi tidak menjalankan fungsinya ini berada pada kategori baik karena kebutuhan ANBP ini hanya 20 . Semakin besar persentase yang diperoleh kebutuhan fasilitas ANBP, maka semakin buruk kategori yang diperoleh. Hal ini disebabkan tidak terdapat nilai guna dari fasilitas tersebut karena fungsinya yang tidak berjalan. Bahkan jika terus tidak digunakan, terdapat peluang fasilitas tersebut menjadi rusak. Rasio kelompok fasilitas vital antara kebutuhan fasilitas yang belum ada namun diperlukan BANP terhadap keberadaan fasilitas yang seharusnya ada adalah 1:4,5 yang termasuk kategori baik, sedangkan kelompok fasilitas peleng- kap memperoleh rasio 1:5 yang termasuk kategori baik sekali. Secara umum dapat disimpulkan bahwa PPI Tanjungsari berada pada kategori baik untuk rasio kebutuhan fasilitas BANP terhadap fasilitas seharusnya ada karena kebutuhan BANP yang belum banyak. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa diantara fasilitas yang seharusnya ada masih terdapat fasilitas yang sebenarnya diperlukan namun belum tersedia. Sama halnya dengan kebutuhan fasilitas ANBP yang semakin besar persentase semakin buruk kategori yang diperoleh, begitupun de- ngan kebutuhan fasilitas BANP. Dengan demikian dari segi keberadaan dan kebutuhan fasilitas berdasarkan rasio yang diperoleh Tabel 35 sudah dapat disimpulkan bahwa seluruh aktivitas di PPI Tanjungsari secara umum sudah berjalan baik. Bahkan peluang aktivitas berjalan optimal sangat besar jika pihak PPI Tanjungsari segera memperhatikan fasilitas-fasilitas yang belum tersedia dan diperlukan dan atau memperbaiki fasilitas yang rusak. Secara keseluruhan fasilitas yang terdapat di PPI Tanjungsari beserta kebutuhannya tanpa mengacu pada masing-masing kelompok fasilitas mutlak vital, penting, pelengkap dalam menunjang seluruh aktivitas di PPI Tanjungsari dapat digambarkan dalam matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas seperti tertera pada Tabel 36. Berdasarkan matrik keberadaan dan kebutuhan fasilitas diatas menunjukkan bahwa keberadaan fasilitas yang ada berdasarkan kebutuhan yang ada dan diperlukan ADP masih menjadi mayoritas diban- dingkan yang lainnya. Selanjutnya mayoritas kedua adalah fasilitas yang tidak ada dengan kebutuhan yang belum ada namun diperlukan BANP, fasilitas yang tidak ada dengan kebutuhan yang belum ada namun belum diperlukan BANBP, dan fasilitas yang ada dengan kebutuhan fasilitas yang ada namun belum diperlu- kan ANBP. Gambaran matrik ini dapat memberikan acuan bagi PPI Tanjungsari didalam mengembangkan fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tabel 36 Matriks keberadaan dan kebutuhan fasilitas di PPI Tanjungsari dalam menunjang aktivitas Kebutuhan Fasilitas Keberadaan Fasilitas ADP ANBP BANP BANBP - Dermaga pendaratan ikan dan muat - Kolam pelabuhan - Sistem rambu-rambu navigasi - Tempat pelelangan ikan TPI - Tangki dan instalasi air - Tempat penyediaan bahan bakar - Kantor administrasi - Generator listrik - Kantor kepala pelabuhan - Tempat parkir - Pos penghubung radio SSB - Kamar kecil - Balai pertemuan nelayan - Musala - Mobil dinas Ada - Motor dinas - Ruang pengepakan - Pabrik es - Bengkel reparsi kapal - Ruang pertemuan Tidak Ada - Pos penjagaan - Rumah dinas - Dermaga muat terpisah - Slipway Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara 2007 Ket: ADP: Ada dan diperlukan; ANBP: Ada namun belum diperlukan; BANP: Belum ada namun diperlukan; BANBP: Belum ada namun belum diperlukan 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan