Tujuan Pelabuhan Perikanan Keberadaan Fasilitas Kepelabuhanan dalam Menunjang Aktivitas Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungsari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

milyar pada tahun 2004, atau meningkat 16,27 untuk volume produksi dan 32,71 untuk nilai produksi pada tahun 2005. Produksi hasil tangkapan tahun 2005 mencapai 5.988 ton dengan nilai produksi sekitar Rp31 milyar. Selain itu, PPI Tanjungsari juga pernah memperoleh penghargaan atas prestasinya dalam pencapaian target produksi hasil tangkapan pada periode tahun 2000 - 2002 dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Propinsi Jawa Tengah. Peningkatan produksi hasil tangkapan terkadang tidak diikuti dengan keberadaan dan kondisi fasilitas yang memadai untuk memperlancar dan menunjang aktivitasnya. Hal inilah yang terjadi di PPI Tanjungsari, masih terba- tasnya keberadaan dan kondisi fasilitas yang diperlukan, seperti kebutuhan es untuk perbekalan melaut dan penanganan ikan yang amat terbatas. Dampak dari perhatian yang kurang terhadap keberadaan dan kondisi fasilitas di PPI tersebut, seperti yang diungkapkan Wakil Bupati Pemalang, Junaedi 2007, bahwa terjadi penurunan produksi hasil tangkapan -11,92 pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 yaitu menjadi sekitar 5.274 ton atau senilai Rp29 milyar. Oleh karenanya menjadi penting untuk meneliti keberadaan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari, Kabupaten Pemalang. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di PPI Tanjungsari, termasuk penelitian mengenai hal lain, misalnya alat tangkap, hasil tangkapan, atau pun kesejahteraan nelayannya.

1.3. Tujuan

Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1 Mendapatkan informasi terhadap keberadaan dan kondisi fasilitas yang terdapat di PPI Tanjungsari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. 2 Menentukan tingkat keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. 3 Menentukan rasio keberadaan dan kebutuhan fasilitas dalam menunjang aktivitas di PPI Tanjungsari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. 1.4. Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada pemerintah daerah atau pihak terkait, dan pengelola PPI dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan keberadaan, kebutuhan, dan kondisi fasilitas di PPI Tanjungsari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10MEN2004 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan sekitarnya sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Menurut Lubis 2006, ditinjau dari berbagai kegiatan khusus maka pelabuhan perikanan termasuk sebagai pelabuhan khusus. Pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan pendaratan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Oleh karena itu, pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi per- ikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, pemasaran, baik skala lokal, nasional maupun internasional. 1 Klasifikasi pangkalan pendaratan ikan PPI Pangkalan Pendaratan Ikan PPI merupakan pelabuhan perikanan PP tipe D. Secara umum, pangkalan pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan memiliki fungsi yang sama dengan pelabuhan perikanan tipe A samudera, tipe B nusantara, dan tipe C pantai. Perbedaan pengklasifikasian ini hanya terletak pada kapasitas fasilitasnya saja. Menurut Lubis 2006, pada umumnya pangkalan pendaratan ikan ditujukan untuk tempat berlabuh atau bertambatnya perahu- perahu penangkapan ikan tradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau untuk perahu-perahu layar tanpa motor. Adapun kriteria pangkalan pendaratan ikan berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10MEN2004 tentang pelabuhan perikanan pasal 10 adalah sebagai berikut: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pedalaman dan perairan kepulauan; 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 3 GT; 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; dan 5 Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 2 ha. 2 Fungsi pelabuhan perikanan Murdiyanto 2003 menjelaskan bahwa fungsi khusus pelabuhan perikanan adalah fungsi-fungsi yang berkaitan dengan masalah perikanan yang memerlukan pelayanan khusus pula yang belum terlayani oleh adanya berbagai fasilitas fungsi umum, seperti fasilitas tempat pelelangan ikan, fasilitas penanganan, fasilitas pengolahan ikan, dan sebagainya. Menurut penjelasan pasal 41 ayat 1 UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, dalam rangka pengembangan pelabuhan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi sebagai berikut: 1 Tempat tambat labuh kapal perikanan; 2 Tempat pendaratan ikan; 3 Tempat pemasaran dan distribusi ikan; 4 Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; 5 Tempat pengumpulan data perikanan; 6 Tempat penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; dan 7 Tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan. Dalam rangka pengembangan pelabuhan perikanan, sudah seharusnya pelabuhan perikanan menjalankan fungsinya secara optimal sehingga terwujud pelabuhan perikanan sebagai pusat ekonomi berbasis aktivitas kelautan dan perikanan. Selain itu juga, menurut Lubis 2006, terlaksana atau tidaknya fungsi- fungsi pelabuhan perikanan secara optimal akan dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan pengelolaan suatu pelabuhan perikanan. Namun pada kenyataannya, seperti yang dikemukakan DKP 2005, fungsi-fungsi pelabuhan perikanan tersebut saat ini belum berjalan optimal. Padahal pelabuhan perikanan sebagai pelaksana fungsi Depatemen Kelautan dan Perikanan di daerah diharapkan dapat menjadi barometer bagi perkembangan perikanan di suatu daerah DKP 2003. Lebih lanjut DKP 2004 memberi solusi perbaikan atau penambahan sarana kebutuhan di TPIPPI agar pemanfaatan atau fungsi dapat berjalan optimal. Hal ini dilakukan karena sarana dan prasarana, seperti dermaga pendaratan ikan, kolam pelabuhan, atau tempat pelelangan ikan sangat berperan pada pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan. 3 Peranan pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mendukung pembangunan sub sektor perikanan tangkap. Hal ini disebabkan pelabuhan perikanan dapat menggerakkan berbagai aktivitas dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Berdasarkan Direktorat Bina Prasarana Perikanan 1982 diacu dalam Simanjuntak 2005, peranan pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan adalah sebagai: 1 Pusat aktivitas produksi a. Tempat mendaratkan ikan hasil tangkapan; dan b. Tempat untuk mempersiapkan operasi penangkapan ikan mempersiap- kan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal, dan istirahat untuk anak buah kapal. 2 Pusat distribusi a. Tempat transaksi jual beli ikan; b. Terminal untuk mendistribusikan ikan; dan c. Pusat pengelolaan hasil laut. 3 Pusat kegiatan masyarakat nelayan a. Pusat kehidupan masyarakat nelayan; b. Pusat pembangunan ekonomi nelayan; dan c. Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antara nelayan maupun antara nelayan dan masyarakat luas. 4 Pemanfaatan pelabuhan perikanan Pemanfaatan pelabuhan perikanan adalah cara bagaimana memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan yang ada seefisien dan seefektif mungkin untuk menjalankan aktivitas kepelabuhanan secara optimal Lubis 2007a. Selanjutnya dikatakan efektif apabila pelabuhan perikanan berfungsi dengan baik yang berarti berfungsinya fasilitas sesuai fungsi dan tujuannya, adanya pelaksanaan kegiatan pengorganisasian aktivitas-aktivitas kepelabuhanan, dan pelaksanaan perlindung- an bagi lingkungan pelabuhan sesuai dengan seharusnya. Efisien diindikasikan dengan adanya nilai tambah misalnya pemanfaatan fasilitas sekurang-kurangnya telah mencapai kapasitasnya dan atau melebihi kapasitasnya, pengorganisasian aktivitas yang sekurang-kurangnya telah mencapai sasaran pengorganisasian dan atau melebihi sasarannya. Adapun menurut Lubis 2007a, pelabuhan perikanan di Indonesia belum berfungsi optimal antara lain: 1 Fasilitas yang ada belum berfungsi seluruhnya; 2 Fasilitas yang ada telah melampaui kapasitasnya; 3 Tidak terdapat fasilitas yang sebenarnya diperlukan; dan 4 Fasilitas yang ada sudah rusak. Fasilitas pelabuhan perikanan yang ada namun tidak dioperasionalkan antara lain karena keterbatasan dana dari pengelola. Seluruh keadaan ini akan sangat menghambat terhadap aktivitas kepelabuhanan secara umum. Jika keadaan demikian tidak mendapat tanggapan dari pihak pengelola pelabuhan perikanan maka akan berdampak bagi perkembangan PPPPI itu sendiri walaupun usaha perikanan di suatu daerah berkembang baik.

2.2. Fasilitas Pelabuhan Perikanan