Kondisi pelayanan dan kebutuhan fasilitas kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

(1)

TANGKAPAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN

MUARA ANGKE

FAJRINA AULIA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kondisi Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Kepelabuhanan terkait Penanganan Hasil Tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan di dalam proses penyusunannya sejak dimulai dari proposal sampai penulisan skripsi, saya diarahkan dan dibimbing oleh komisi pembimbing karya ini. Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Januari 2011 Fajrina Aulia


(3)

FAJRINA AULIA, C44061011. Kondisi Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Kepelabuhanan terkait Penanganan Hasil Tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE dan THOMAS NUGROHO.

Kondisi fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan di pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan berperan penting dalam menentukan mutu hasil tangkapan yang didaratkan. Mutu hasil tangkapan yang didaratkan akan menentukan nilai jual hasil tangkapan tersebut saat pelelangan ataupun pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi aktual dari fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan dan (2) mendapatkan besaran kebutuhan atas fasilitas terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Aspek yang diteliti, yaitu aspek penanganan hasil tangkapan dan aspek fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan. Kebutuhan fasilitas terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke hingga tahun 2020 adalah ruang lelang TPI seluas 543,3 m2, 685 unit basket per hari, 3.344,83 m3 air bersih per hari, es balok sebanyak 1.503 balok per hari dan cold storage

sebanyak 2 unit. Kondisi aktual fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke yang meliputi ruang lelang TPI, basket, air bersih, es balok dan cold storage, adalah sudah terpenuhi keberadaannya baik secara fisik maupun aktivitas. Fasilitas kepelabuhanan yang belum mampu dipenuhi kebutuhannya hingga tahun 2020 adalah air bersih. Pihak PPI Muara Angke hendaknya segera melengkapi fasilitas tersebut dengan membangun pipa saluran air bersih yang menghubungkan secara langsung antara PPI Muara Angke dan PAM sebagai penyedia air bersih.

Kata kunci: fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan, hasil tangkapan, penanganan, PPI Muara Angke


(4)

© Hak cipta IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.


(5)

TANGKAPAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN

MUARA ANGKE

FAJRINA AULIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(6)

Nama : Fajrina Aulia

NRP : C44061011

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA Thomas Nugroho, S.Pi., M.Si NIP 19541014 198003 1 003 NIP 19700414 200604 1 020

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP 19621223 198703 1 001


(7)

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Judul dari skripsi ini adalah ”Kondisi Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Kepelabuhanan terkait Penanganan Hasil Tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2011 Fajrina Aulia


(8)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1) Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA dan Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si, atas bimbingan, pengarahan serta perhatiannya selama proses pra penelitian, penelitian, penyusunan skripsi, seminar, sidang hingga perbaikan;

2) Ir. Dinarwan, MS atas kesediaannya menjadi penguji tamu serta masukan yang diberikan dalam rangka memperbaiki skripsi penulis menjadi lebih baik; 3) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas petunjuk serta masukan yang diberikan dalam rangka memperbaiki skripsi penulis menjadi lebih baik; 4) Pihak PPI Muara Angke, khususnya Bapak Iwan sebagai Kepala Bagian

Fasilitas PPI Muara Angke beserta staf, Bapak Yanto (pihak TPI), Bapak Anwar Sadat (pihak PT. AGB ICE), Bapak Antonius (pihak PT. AGB TUNA) serta nelayan PPI Muara Angke atas segala bantuannya selama penelitian dan pasca penelitian;

5) Pihak Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, khususnya Ibu Ida atas segala bantuannya selama penelitian;

6) Ayah, Mama, Adikku (Rifqi dan Ria), dan R.Rizky Adi B atas segala kasih sayang, motivasi, bantuan serta doanya hingga saat ini;

7) Keluarga besar KH. Mansyur Hamzah atas kasih sayang, bantuan dan doa yang diberikan kepada penulis;

8) Sahabat-sahabatku (Alvi Rahmah, Mertha, Refi, Elwidya, Yasa, Rachmad Caesario, Ariema Rizky A, Rachman Rosadi, Bayu Wiratama, Dedy PW), teman-teman PSP 43, PSP 42 (Ka Asep dan Ka Septa), PSP 44 dan PSP 45; 9) Sahabat-sahabat di SM (Shofura-Mobster): Nissa Fawwaz Adilah, Zumi

Nurhasanah, Ita S, Elis N, Lara H, Seffa, Yuni, Dwica, Fitria dan Anita atas segala motivasi dan persahabatannya hingga saat ini;

10) Semua pihak lainnya yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.


(9)

Penulis lahir di Jakarta, pada tanggal 07 Juli 1988 dari pasangan M. Nur Mansyur dan Tutie Hasunah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 07 Pagi Jakarta tahun 1994-2000, SLTP Negeri 15 Jakarta tahun 2000-2003 dan SMU Negeri 26 Jakarta tahun 2003-2006. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Tahun pertama di IPB, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun kedua, penulis terseleksi masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan pada tahun ajaran 2008/2009 dan asisten praktikum mata kuliah Alat Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Selain itu penulis juga aktif pada organisasi kemahasiswaan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) pada periode 2007-2008 sebagai Staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Keprofesian dan pada periode 2008-2009 sebagai Staf Departemen Kesekretariatan.

Dalam rangka menyelesaikan studinya di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Kondisi Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Kepelabuhanan terkait Penanganan Hasil Tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke” di bawah bimbingan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA dan Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si.


(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan ... 5

2.1.1 Mutu hasil tangkapan ... 5

2.1.2 Proses penanganan hasil tangkapan ... 7

2.2 Fasilitas dan Pelayanan Kepelabuhanan di Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan ... 9

2.2.1 Fasilitas PP dan PPI ... 9

2.2.2 Pelayanan kepelabuhanan di PP dan PPI ... 10

2.2.3 Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan... 11

2.3 Kebutuhan Fasilitas terkait Penanganan Hasil Tangkapan... 15

2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke... 20

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 25

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 25

3.3 Metode Penelitian... 25

3.4 Analisis Data ... 28

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara ... 30

4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Jakarta Utara ... 30

4.1.2 Kondisi demografi dan pendidikan ... 31

4.1.3 Prasarana umum ... 36

4.2 Keadaan Perikanan Tangkap Kota Jakarta Utara ... 41


(11)

ii

4.2.2 Unit penangkapan ikan ... 43

4.2.3 Prasarana perikanan tangkap (Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke) ... 49

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 5.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 63

5.2 Air Bersih ... 69

5.3 Pabrik Es ... 71

5.4 Cold storage ... 73

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Proyeksi Produksi Ikan yang Didaratkan ... 77

6.2 Proyeksi Frekuensi Kapal Bongkar ... 80

6.3 Kebutuhan Fasilitas terkait Penanganan Hasil Tangkapan... 82

6.3.1 Gedung TPI ... 82

6.3.2 Kebutuhan air bersih ... 85

6.3.3 Kebutuhan es balok ... 87

6.3.4 Kebutuhan cold storage ... 89

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 92

7.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(12)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang di PPI Muara Angke ... 21 2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan di Jakarta Utara tahun 2008 ... 33 3 Jumlah penduduk 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama yang

dilakukan di Jakarta Utara pada tahun 2008... 34 4 Jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang

ditamatkan di Jakarta Utara, 2008 ... 35 5 Jumlah pelanggan listrik di Jakarta Utara menurut area pelayanan

tahun 2004-2008 ... 39 6 Jenis-jenis ikan hasil tangkapan di Jakarta Utara tahun 2008 ... 41 7 Jumlah produksi ikan yang didaratkan di Jakarta Utara menurut

pelabuhan perikanan tahun 2004-2008 ... 42 8 Jumlah armada penangkapan ikan di Jakarta Utara menurut jenis

armada tahun 2004–2008 ... 44 9 Jumlah alat tangkap menurut jenis alat tangkap yang dioperasikan di

Jakarta Utara tahun 2004-2008 ... 46 10 Jumlah nelayan menurut jenis dan status nelayan di Jakarta Utara

tahun 2004–2008... 48 11 Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPI Muara Angke tahun 2004–

2008 ... 53 12 Produksi, nilai produksi dan indikator harga ikan dominan yang

didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2008 ... 54 13 Jumlah armada perikanan di PPI Muara Angke menurut ukuran GT

dan jenis kapal tahun 2004–2008... 56 14 Jumlah alat tangkap yang dioperasikan nelayan PPI Muara Angke

menurut jenis alat tangkap tahun 2004-2008... 58 15 Jumlah dan pertumbuhan nelayan yang beraktivitas di PPI Muara


(13)

iv 16 Proyeksi tahunan produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke

tahun 2011-2020 ... 78

17 Proyeksi frekuensi kapal bongkar di PPI Muara Angke tahun 2011-2020 ... 81

18 Dugaan kebutuhan luas ruang lelang TPI di PPI Muara Angke tahun 2011-2020 ... 82

19 Dugaan kebutuhan basket (trays) pada proses penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke tahun 2011-2020 ... 84

20 Dugaan kebutuhan air bersih di PPI Muara Angke tahun 2011-2020 ... 86

21 Dugaan kebutuhan es balok di PPI Muara Angke tahun 2011-2020 ... 88

22 Dugaan kebutuhan cold storage di PPI Muara Angke tahun 2011-2020... 89

23 Dugaan kebutuhan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke tahun 2015 dan 2020 ... 91


(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Grafik perkembangan jumlah penduduk di Jakarta Utara tahun

2004-2008 ...32 2 Diagram pie persentase jumlah penduduk menurut kecamatan di

Jakarta Utara tahun 2008 ... 32 3 Diagram pie persentase jumlah penduduk 10 tahun ke atas menurut

pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Jakarta Utara tahun 2008 ... 35 4 Grafik jumlah pelanggan air bersih di Jakarta Utara tahun 2004- 2008 ... 39 5 Grafik jumlah pelanggan listrik di Jakarta Utara dengan area

pelayanan Marunda dan Sunter tahun 2008 ... 40 6 Grafik perkembangan jumlah industri besar atau sedang di Jakarta

Utara tahun 2004-2008 ... 40 7 Grafik jumlah produksi ikan yang didaratkan di Jakarta Utara tahun

2004-2008 ... 43 8 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan menurut jenis

armada di Jakarta Utara tahun 2004-2008 ... 45 9 Diagram pie persentase jenis alat tangkap yang beroperasi di Jakarta

Utara tahun 2008 ... 46 10 Grafik perkembangan jumlah alat tangkap yang beroperasi di Jakarta

Utara tahun 2004-2008 ... 47 11 Grafik perkembangan jumlah nelayan di Jakarta Utara 2004-2008 ... 49 12 Struktur organisasi UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2007 ... 52 13 Histogram jumlah jenis ikan dominan yang didaratkan di PPI Muara

Angke tahun 2008 ... 54 14 Grafik perkembangan jumlah produksi perikanan di PPI Muara Angke

tahun 2004-2008 ... 55 15 Grafik perkembangan jumlah kapal perikanan yang beraktivitas di PPI

Muara Angke selama tahun 2004-2008 ... 57 16 Diagram pie persentase jumlah dan jenis alat tangkap yang


(15)

vi 17 Grafik perkembangan jumlah alat tangkap yang dioperasikan nelayan

PPI Muara Angke tahun 2004-2008 ... 59 18 Grafik perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di PPI Muara

Angke tahun 2004-2008 ... 61 19 (a) Ruang lelang; (b) bagian luar ruang lelang: (1) lubang pembuangan

air dan (2) selokan (saluran pembuangan air) di TPI PPI Muara

Angke, 2010... 64 20 (a) Basket yang disewakan dan (b) pembersihan basket setelah

pelelangan di TPI PPI Muara Angke, 2010 ... 66 21 Pembersihan TPI oleh pihak TPI setelah pelelangan di PPI Muara

Angke, 2010... 67 22 Tangki air bersih milik PPI Muara Angke, 2010 ... 69 23 (a) Mobil tangki agen air bersih dan (b) depot pengisian air bersih di

PPI Muara Angke, 2010 ... 70 24 Pabrik es milik PT. AGB ICE bekerja sama dengan PUSKOPAL

Jakarta di PPI Muara Angke, 2010 ... 72 25 Pendistribusian es balok kepada nelayan di PPI Muara Angke, 2010 ... 73 26 Cold storage milik PT. AGB TUNA di PPI Muara Angke, 2010 ... 74 27 Grafik perkembangan volume hasil tangkapan bulanan yang

didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 (setelah dilakukan

moving average) ... 77 28 Grafik perkembangan frekuensi kapal bongkar bulanan di PPI Muara


(16)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke

tahun 2005-2009 ...97

2 Perhitungan proyeksi produksi ikan bulanan yang didaratkan di PPI Muara Angke mulai Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 ...98

3 Hasil perhitungan proyeksi produksi ikan bulanan yang didaratkan di PPI Muara Angke mulai Januari 2011 sampai dengan Desember 2020 ... 100

4 Perhitungan proyeksi frekuensi kapal yang beraktivitas di PPI Muara Angke (Januari 2005-Desember 2009) ... 104

5 Hasil perhitungan proyeksi frekuensi kapal bulanan yang akan beraktivitas di PPI Muara Angke mulai Januari 2011 sampai dengan Desember 2020 ... 106

6 Perhitungan kebutuhan luas ruang lelang di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020 ... 110

7 Perhitungan kebutuhan basket (trays) di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020 ... 111

8 Perhitungan kebutuhan air bersih di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020 ... 112

9 Perhitungan kebutuhan es balok di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020 ... 115

10 Perhitungan kebutuhan cold storage di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020 ... 117

11 Perhitungan kebutuhan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke tahun 2009 ... 118

12 Fasilitas pokok, fungsional dan penunjang di PPI Muara Angke, 2010 ... 119

13 Peta lokasi penelitian di PPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 120

14 Lay out PPI Muara Angke ... 121


(17)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan merupakan suatu wilayah yang terdiri dari daratan dan lautan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perikanan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat mendukung kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2006 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu tipe A (Pelabuhan Perikanan Samudera/PPS), tipe B (Pelabuhan Perikanan Nusantara/PPN), tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai/PPP) dan tipe D (Pangkalan Pendaratan Ikan/PPI). Pengklasifikasian ini didasarkan pada potensi wilayah, potensi sumberdaya ikan hingga fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan yang tersedia. Pada keempat tipe pelabuhan perikanan ini, ikan sebagai hasil tangkapan yang didaratkan dari berbagai daerah berpotensi selanjutnya akan menjalani proses penanganan hingga pendistribusian ke tangan konsumen, baik konsumen lokal maupun luar daerah.

Sumberdaya ikan menjadi salah satu sumber protein hewani terbesar yang dibutuhkan oleh manusia. Semakin meningkatnya permintaan terhadap jumlah ikan sebagai konsumsi manusia maka dapat berdampak semakin banyak pula kegiatan perikanan tangkap yang menghasilkan ikan sebagai hasil tangkapannya. Namun demikian, komoditas ikan memiliki sifat yang mudah mengalami pembusukan. Diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga mutu dari hasil tangkapan tersebut. Mutu yang dimiliki oleh komoditas ikan turut berperan menentukan besar kecilnya nilai jual ikan yang akan ditetapkan. Untuk mempertahankan mutu dan harga jual ikan hasil tangkapan diperlukan perlakuan khusus berupa penanganan hasil tangkapan.

Penanganan hasil tangkapan yang diterapkan terhadap suatu hasil tangkapan ikan bertujuan menjaga mutu ikan sejak hasil tangkapan tersebut ditangkap sampai dijual. Penanganan hasil tangkapan dilakukan sejak di atas kapal untuk tujuan menjaga mutu hasil tangkapan selama di kapal, sedangkan penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan bertujuan untuk mempertahankan mutu ikan selama proses pendaratan dan pemasaran di pelabuhan perikanan serta


(18)

selama proses pendistribusian ke daerah distribusi atau konsumen. Guna memperlancar proses penanganan hasil tangkapan, pihak pelabuhan perikanan menyediakan beragam fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan perikanan yang terkait dengan kegiatan penanganan hasil tangkapan tersebut.

Secara umum, fasilitas pelabuhan perikanan adalah prasarana dan sarana yang disediakan oleh pihak pelabuhan perikanan guna mendukung aktivitas perikanan yang terjadi di suatu pelabuhan perikanan, sedangkan pelayanan kepelabuhanan merupakan pelayanan atau jasa yang berhubungan dengan pengoperasian fasilitas tersebut di atas yang telah disediakan oleh pihak pelabuhan perikanan (pengadaan fasilitas dapat pula melalui pihak swasta) guna memenuhi kebutuhan para pengguna fasilitas pelabuhan perikanan. Dengan demikian pengertian pelayanan pada penelitian ini semata-mata karena berkaitan dengan keberadaan fasilitas fisik yang sedang dioperasikan. Keberadaan fasilitas fisik yang tidak dioperasikan menunjukkan tidak/belum adanya pelayanan dari fasilitas fisik tersebut. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang dimiliki oleh pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan dapat menunjang kegiatan yang terjadi di pelabuhan perikanan seperti kegiatan pendaratan, penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan.

Terkait dengan kegiatan yang bertujuan menjaga mutu hasil tangkapan, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pihak pelabuhan perikanan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan tersebut pada umumnya meliputi tempat pelelangan ikan (TPI), basket atau trays, instalasi air bersih, pabrik es dan cold storage. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan tersebut diduga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tujuan penjagaan mutu hasil tangkapan yang sedang ditangani. Kondisi yang optimal dari fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan secara langsung dapat mengoptimalkan upaya mempertahankan mutu dari hasil tangkapan.

Kebutuhan para pengguna (nelayan penjual hasil tangkapan dan pedagang pembeli hasil tangkapan) atas fasilitas terkait penanganan hasil tangkapan di atas, menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui oleh pengelola pelabuhan perikanan. Besaran kebutuhan terhadap fasilitas kepelabuhanan tersebut dapat


(19)

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola pelabuhan perikanan untuk memprediksi dan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan pengembangan atas fasilitas kepelabuhanan, khususnya fasilitas kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan.

Setiap pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan haruslah memiliki fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan di atas. Salah satu pelabuhan perikanan yang memiliki fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang cukup lengkap adalah PPI Muara Angke.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti, fasilitas yang dimiliki oleh PPI Muara Angke dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Fasilitas pokok yang diantaranya dermaga, breakwater, kolam pelabuhan, fender, bolder, dan saluran pembuangan air. Fasilitas fungsional yang meliputi TPI, pasar pengecer, pabrik es, tangki air bersih, cold storage, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/SPBU, docking, kantor UPT, kantor instalasi terkait dan kios ikan bakar. Fasilitas penunjang yang diantaranya pos jaga, MCK dan masjid. Kelengkapan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan inilah yang membuat PPI Muara Angke menjadi PPI yang terlengkap fasilitasnya dibandingkan pelabuhan perikanan tipe D lainnya yang terdapat di Indonesia.

Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pangkalan Pendaratan Ikan ini memiliki peran penting di DKI Jakarta setelah PPS Nizam Zachman Jakarta karena memiliki besaran produksi hasil tangkapan yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan tahunan yang dimiliki oleh PPI Muara Angke, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke pada tahun 2009 mencapai 897 ton per bulannya. Besarnya jumlah hasil tangkapan yang didaratkan menuntut penanganan yang tepat agar mutu hasil tangkapan tetap terjamin hingga ke daerah pendistribusian dan pemasaran.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti, kondisi penanganan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke sebagian besar sudah menerapkan pembekuan hasil tangkapan dengan udara dingin sejak di atas kapal. Oleh karena itu, saat didaratkan hasil tangkapan tersebut dapat langsung dilelang tanpa mengalami penanganan lanjutan seperti pemberian es saat di pelabuhan perikanan.


(20)

Penanganan dengan cara ini cukup efektif dalam upaya mempertahankan mutu hasil tangkapan, karena dengan dibekukannya hasil tangkapan dapat menghambat aktivitas bakteri yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan.

Berdasarkan gambaran-gambaran di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai kondisi pelayanan dan kebutuhan fasilitas kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. Hal ini diharapkan dapat berguna untuk memperlancar aktivitas– aktivitas yang ada serta lebih terjaminnya mutu hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke.

1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya besaran kebutuhan atas fasilitas kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke untuk sepuluh tahun mendatang.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk:

(1) Mengetahui kondisi aktual dari fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan yang terdapat di PPI Muara Angke; (2) Mendapatkan besaran kebutuhan fasilitas kepelabuhanan terkait

penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke (meliputi lantai pelelangan gedung TPI, basket, air bersih, es balok dan cold storage) untuk sepuluh tahun mendatang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi sebagai masukan bagi pengelola pelabuhan perikanan dan instansi terkait lainnya di dalam proses pengembangan PPI Muara Angke, khususnya dalam pengembangan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke yang meliputi gedung TPI, air bersih, pabrik es dan cold storage.


(21)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan hasil tangkapan yang baik, membutuhkan penanganan dan fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan perikanan yang tepat dalam upaya menjaga mutu hasil tangkapan. Berikut ini diutarakan tentang cara penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan dan fasilitas serta pelayanan terkaitnya.

2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan

Penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan memiliki peranan yang sangat penting. Penanganan hasil tangkapan yang baik dapat mempertahankan mutu hasil tangkapan didaratkan untuk proses pengolahan selanjutnya. Penanganan hasil tangkapan selama di pelabuhan perikanan terjadi mulai ikan didaratkan di pelabuhan perikanan hingga ikan tersebut didistribusikan atau dipasarkan.

2.1.1 Mutu hasil tangkapan

Mutu hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan harus dipertahankan guna meningkatkan harga jual. Harga jual terhadap hasil tangkapan (ikan) akan tetap tinggi selama mutu hasil tangkapan tersebut masih dalam keadaan segar.

Berdasarkan tingkat kesegarannya, mutu hasil tangkapan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (Ilyas, 1983):

1) Segar

Mempunyai parameter mata cerah, bola mata menonjol, kornea jernih, insang berwarna merah tanpa lendir serta konsistensi tubuhnya padat dan elastis; 2) Kurang segar

Mempunyai parameter mata agak cerah, bola mata rata, kornea agak keruh, insang berwarna merah agak kusam sedikit berlendir dan konsistensi tubuhnya agak lunak dan kurang elastis;

3) Tidak segar

Mempunyai ciri bola mata cekung, kornea keruh, insang berwarna coklat, lendir tebal dan konsistensi tubuhnya lunak serta tidak elastis.


(22)

Mempertahankan kesegaran dan mutu hasil tangkapan selama mungkin atau paling tidak hasil tangkapan berada dalam keadaan masih cukup segar hingga ke tangan konsumen merupakan tujuan dilakukannya penanganan terhadap hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan seharusnya dilakukan sejak ikan baru tertangkap, sejak ikan berada di atas kapal. Penanganan hasil tangkapan bukan berarti membuat hasil tangkapan memiliki kondisi yang sama ketika ikan tersebut masih hidup, melainkan memperlambat pembusukan yang terjadi pada ikan akibat adanya aktivitas bakteri dan beberapa faktor yang mempengaruhi pembusukan tersebut. Dengan perkataan lain adalah mempertahankan mutu hasil tangkapan seoptimal mungkin.

Menurut Departemen Pertanian (1984) vide Rahayu (2000), berbagai penyebab turunnya atau rusaknya mutu ikan segar sejak di atas kapal sampai ikan didaratkan adalah:

1) Tidak memperhatikan kebersihan baik alat-alat, wadah ikan (palka, peti kotak ikan) maupun kebersihan dek kapal serta air untuk mencuci ikan; 2) Bekerja tidak hati-hati, ceroboh dan kasar sehingga menyebabkan tubuh

ikan menjadi luka, sobek, patah atau remuk;

3) Bekerja sangat lambat, terutama saat memisahkan atau memilih ikan di atas dek kapal;

4) Membiarkan ikan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung;

5) Menggunakan alat-alat yang keras dan tajam misalnya ganco, garpu, sekop dan lain-lain sehingga dapat merusak tubuh ikan;

6) Membiarkan ikan di dalam palka terlalu lama, apalagi bila tidak diberi es; 7) Menggunakan es atau garam untuk pengawet dalam jumlah yang kurang

atau tidak mencukupi;

8) Menggunakan pecahan es yang ukurannya terlalu besar dan es yang dicampurkan dengan ikan tidak merata;

9) Penyusunan ikan di dalam palka terlalu tinggi sehingga lapisan ikan di bawah tertindih oleh lapisan ikan di atasnya;


(23)

11) Pembongkaran ikan dari palka dan pengangkutan ikan ke tempat pelelangan dilakukan dengan kasar;

12) Setelah di tempat pelelangan, ikan yang disimpan di dalam keranjang atau peti tidak diberi es tambahan.

2.1.2 Proses penanganan hasil tangkapan

Penanganan hasil tangkapan merupakan proses yang dilakukan terhadap ikan hasil tangkapan yang bertujuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan. Penerapan penanganan yang tepat terhadap suatu hasil tangkapan maka dapat menghasilkan hasil tangkapan yang memiliki mutu terjamin.

Penanganan hasil tangkapan harus berpedoman pada prinsip penanganan hasil tangkapan agar hasil tangkapan yang akan didistribusikan tetap terjamin mutunya. Prinsip dalam penanganan hasil tangkapan adalah ikan yang akan ditangani harus segera diawetkan atau didinginkan (menjalani rantai dingin) dan ikan harus ditangani secara cermat, cepat dan menerapkan aspek sanitasi higienis (bersih). Pada prinsipnya adalah mempertahankan suhu rendah ikan selama proses penanganan hingga ikan diserahkan ke konsumen.

Menurut Dassow (1963) vide Soetopo (1979), kesegaran ikan yang didaratkan tergantung pada perlakuan pertama, kecepatan dalam penanganan dan cara penyimpanan di kapal. Ikan dapat menjadi lebih segar jika disimpan dalam pecahan es atau pendingin lainnya. Tahap-tahap penanganan hasil tangkapan yang baik antara lain:

1) Mengangkat ikan secepatnya dari dalam air;

2) Mencuci hasil tangkapan ikan dari lumpur dan kotoran lainnya; 3) Memisahkan ikan menurut jenis, ukuran dan kebutuhan;

4) Membuang insang dan isi perut untuk ikan-ikan besar dan mencuci dengan air bersih;

5) Menyimpan ikan dalam pecahan es secukupnya atau pendingin lainnya sampai temperatur 0oC, mengalirkan es yang meleleh dan menghindari tekanan dari atas.

Untuk memenuhi hal tersebut ada beberapa cara penanganan ikan segar yang dapat dilakukan, yaitu: penggaraman, pendinginan dan pembekuan (Wistati,


(24)

1997). Menurut Ilyas (1983), metode pendinginan ikan yang sudah umum diterapkan secara komersial dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Pendinginan dengan es (icing);

2) Pendinginan dengan udara dingin (chilling in cold air); 3) Pendinginan dengan air dingin (chilling in cold water).

Penanganan hasil tangkapan yang bertujuan mempertahankan mutu hasil tangkapan dilakukan sejak ikan ditangkap, selama di pelabuhan perikanan hingga ikan tersebut didistribusikan. Setelah ikan tertangkap, sebaiknya ikan langsung ditangani dengan baik agar tidak terjadi kerusakan pada tubuh ikan sehingga menurunkan mutu ikan tersebut. Sesampainya di pelabuhan perikanan, ikan juga harus mengalami penanganan yang tepat hingga proses pendistribusian dilakukan. Oleh karena itu, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, penanganan terhadap hasil tangkapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penanganan selama di atas kapal dan penanganan selama di darat (pelabuhan perikanan).

Menurut Wistasti (1997), dalam penanganan ikan segar di atas kapal haruslah dilakukan langkah-langkah berikut ini agar didapatkan hasil tangkapan yang bermutu tinggi :

1) Wadah palka harus memenuhi persyaratan biologi, teknik, sanitasi, dan higienisserta mematuhi peraturan yang berlaku;

2) Penanganan hasil tangkapan harus segera sesaat setelah ikan dinaikkan ke dek;

3) Ikan yang tertangkap dengan alat tangkap trawl, cantrang, lampara dasar dan dogol harus dicuci dari kotoran-kotoran yang melekat;

4) Ikan yang tertangkap dengan alat tangkap pancing dan bubu harus segera dimatikan untuk memperpanjang masa rigor mortis;

5) Ikan harus ditangani secara hati-hati dan cermat; 6) Ikan harus disortir menurut jenis, ukuran dan mutunya;

7) Ikan yang berukuran besar harus disiangi, kemudian dicuci dengan air bersih;

8) Baik ikan yang utuh maupun yang telah disiangi harus segera didinginkan sampai sekitar 0oC dengan mempertahankan suhu tersebut selama penyimpanan hingga didaratkan;


(25)

9) Pendinginan dapat dilakukan dengan cara pengesan, dalam udara dingin ataupun air laut yang didinginkan;

10) Apabila pendinginan dilakukan dengan pengesan maka es yang digunakan harus menutupi seluruh tubuh ikan, perbandingan es dengan ikan dipertahankan paling tidak 1:1.

Hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan harus segera pula ditangani secara tepat berdasarkan prinsip penanganan hasil tangkapan. Hasil tangkapan harus mengalami penanganan yang cepat, cermat dan menerapkan aspek sanitasi dan higienis serta mempertahankan kondisi ikan tetap dingin. Penanganan hasil tangkapan di darat merupakan proses lanjutan dari penanganan hasil tangkapan di atas kapal, serta bertujuan untuk mempertahankan mutu ikan sejak didaratkan hingga didistribusikan kepada konsumen akhir. Penanganan ikan hasil tangkapan yang dilakukan selama di darat biasanya dengan penggaraman untuk ikan yang akan dijadikan ikan asin dan pengesan untuk ikan yang masih dalam keadaan segar.

Penanganan hasil tangkapan selama di darat pada prinsipnya meliputi (Ilyas, 1983):

1) Penanganan ikan pada pendaratan dan pengumpulan; 2) Penanganan ikan di pusat pengolahan;

3) Penanganan ikan selama pengangkutan; 4) Penanganan ikan selama pengeceran.

2.2 Fasilitas dan Pelayanan Kepelabuhanan di Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan

2.2.1 Fasilitas PP dan PPI

Fasilitas pelabuhan perikanan adalah sarana dan prasarana yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan (Lubis, 2006). Sedangkan pelayanan kepelabuhanan merupakan aplikasi dari fasilitas pelabuhan perikanan berupa layanan jasa yang diberikan dan dikelola oleh pihak pelabuhan perikanan ataupun pihak swasta yang bertujuan untuk mendukung dan menunjang kegiatan operasional di pelabuhan perikanan.

Fasilitas pelabuhan perikanan terdiri atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan. Fasilitas pokok merupakan fasilitas yang berfungsi untuk


(26)

melindungi kegiatan umum di pelabuhan perikanan dari adanya gangguan alam. Fasilitas pokok tersebut diantaranya fasilitas tambat labuh (dermaga dan jetty), fasilitas pelindung (breakwater), fasilitas perairan (kolam pelabuhan dan alur pelayaran), fasilitas lahan (lahan pelabuhan perikanan) dan fasilitas penghubung (jalan).

Fasilitas fungsional merupakan pelengkap fasilitas pokok guna memperlancar pekerjaan atau pemberian pelayanan jasa di pelabuhan perikanan dan meninggikan nilai guna fasilitas pokok yang ada (Lubis, 2006). Fasilitas fungsional terdiri atas gedung pelelangan ikan (TPI), cold storage, air bersih, pabrik es, tangki bahan bakar minyak (BBM), instalasi listrik, slipway, dock

kapal, bengkel, tempat pengolahan hasil tangkapan, tempat perbaikan alat tangkap dan perkantoran (syahbandar dan kantor UPT).

Fasilitas tambahan atau penunjang memiliki fungsi secara langsung dalam menunjang fungsi pelabuhan perikanan. Fasilitas tambahan terdiri atas telepon umum, balai pertemuan nelayan, mess nelayan, pemadam kebakaran, masjid, puskesmas, gedung sekolah, pemadam kebakaran, MCK (Mandi Cuci Kakus), bank serta fasilitas kios.

Menurut Lubis (2006), fasilitas pokok memberi dukungan pada aktivitas bongkar muat dan distribusi hasil tangkapan. Fasilitas fungsional memberikan dukungan pada aktivitas pelelangan, pemasaran serta kegiatan nelayan yang dilakukan di sekitar pelabuhan perikanan. Fasilitas tambahan memberi dukungan pada kelancaran aktivitas pengguna jasa pelabuhan perikanan.

2.2.2 Pelayanan kepelabuhanan di PP dan PPI

Pelayanan kepelabuhanan merupakan pelayanan atau jasa yang berhubungan dengan pengoperasian fasilitas yang disediakan oleh pihak pelabuhan perikanan guna memenuhi kebutuhan para pengguna fasilitas kepelabuhanan. Menurut Tasmas (2008), pelayanan untuk memenuhi keperluan pengguna jasa pelabuhan adalah bersifat langsung. Pelayanan yang diperlukan meliputi berbagai kegiatan mulai dari sarana produksi, pemasaran hasil sampai dengan distribusinya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan BBM seperti bensin dan solar, perbekalan melaut atau apabila membutuhkan perawatan serta


(27)

perbaikan sarana produksi supaya tetap berfungsi secara optimal. Tenaga yang melakukan pelayanan hendaknya memiliki keahlian tertentu yang diperkuat melalui suatu bentuk surat keterangan atau sertifikat.

Pelayanan kepelabuhanan yang diberikan kepada para pengguna jasa dapat dilakukan oleh manajemen pelabuhan perikanan sendiri ataupun melalui pihak swasta apabila biaya pelayanan dirasakan masih mahal, tetapi kemungkinan juga oleh keduanya (pihak pelabuhan bekerja sama dengan swasta) apabila masih ada keahlian atau keterampilan-keterampilan tertentu yang belum sepenuhnya dapat dicukupi oleh pihak swasta. Prinsip efisiensi antara lain ditempuh melalui meniadakan kemungkinan monopoli, supaya selalu tercipta iklim persaingan yang sehat sehingga prinsip pelayanan prima dapat terwujud. Berbagai ketentuan pelayanan kepelabuhanan harus jelas terbaca pada setiap tempat dimana masyarakat pengguna jasa selalu berkumpul.

Pelayanan kepelabuhanan yang disediakan oleh pihak pelabuhan perikanan ataupun pihak swasta umumnya mendukung kegiatan operasional dari berbagai fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Pelayanan kepelabuhanan tersebut meliputi pelayanan pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan, pelayanan perbekalan melaut, pelayanan penanganan hasil tangkapan dan pelayanan pendistribusian atau pemasaran.

2.2.3 Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan

Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan merupakan fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan yang dimiliki oleh pelabuhan perikanan yang berperan penting dalam proses penanganan hasil tangkapan selama berada di pelabuhan perikanan. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan tersebut diduga dapat secara langsung memberikan pengaruh terhadap mutu serta kesegaran ikan hasil tangkapan yang sedang ditangani.

Jika fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan dapat berfungsi secara optimal, dapat dikatakan bahwa semakin optimal pula proses penanganan hasil tangkapan. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan antara lain meliputi penyediaan ruang pelelangan (TPI) dan sarana hasil tangkapan (wadah/basket, alat


(28)

angkut hasil tangkapan dan lain-lain), penyediaan air bersih, penyediaan pabrik es, penyediaan penjagaan kebersihan, penyediaan pengawasan mutu hasil tangkapan yang dijual di TPI, penyediaan ruang pendingin (cool room), penyediaan ruang pembeku dan penyimpanan (cold storage), dan lain-lain.

Beberapa fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait dengan penanganan hasil tangkapan berupa tempat pelelangan ikan (TPI), air bersih, pabrik es dan cold storage akan dikemukakan lebih rinci sebagai berikut:

1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Fungsi gedung TPI adalah sebagai tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan) (Lubis, 2006). Selain itu, TPI juga berfungsi untuk melindungi hasil tangkapan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Gedung TPI melindungi hasil tangkapan sejak sebelum dilakukan pelelangan, saat pelelangan dan saat setelah pelelangan.

Gedung TPI yang baik harus memiliki persediaan air bersih, wadah dan alat angkut hasil tangkapan serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya proses pelelangan. Tempat pelelangan ikan juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun kotoran yang dihasilkan dari proses pelelangan. Kebersihan TPI harus dijaga setiap saat karena jika TPI tidak terawat kebersihannya maka akan memberikan pengaruh terhadap penurunan mutu ikan hasil tangkapan yang dilelang di gedung TPI tersebut.

Letak dan pembagian ruang di gedung TPI juga harus direncanakan supaya aliran produk perikanan dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan cepat mengalami penurunan mutu (Lubis, 2006). Karena dengan lancarnya aliran produk perikanan, maka dapat menghambat aktivitas bakteri yang berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan.

Ruangan yang terdapat pada gedung TPI dibagi menjadi (Lubis, 2006): (1) Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan


(29)

(2) Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang hasil tangkapan;

(3) Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk dikirim;

(4) Ruang administrasi pelelangan terdiri atas loket-loket untuk pembayaran transaksi hasil tangkapan, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum.

2) Air Bersih

Air bersih diperlukan sebagai salah satu bahan perbekalan melaut dan penanganan hasil tangkapan selama di pelabuhan perikanan. Selama melaut, air bersih dipergunakan untuk air minum, memasak atau konsumsi bagi nelayan. Selama di pelabuhan perikanan, air bersih digunakan untuk mencuci ikan hasil tangkapan, membersihkan lantai TPI, bahan baku pembuat es dan kegiatan lain yang terdapat di pelabuhan perikanan seperti perkantoran, perumahan dan industri pengolahan. Fasilitas dan pelayanan air bersih yang terdapat di suatu pelabuhan perikanan harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan akan air bersih demi tetap lancarnya kegiatan operasional yang terdapat di pelabuhan perikanan.

Sebagai contoh pelabuhan perikanan yang telah memiliki fasilitas kepelabuhanan perikanan terkait air bersih, PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan perikanan yang telah mampu memenuhi kebutuhan terhadap air bersih. Menurut Hadianti (2010), PPS ini memiliki fasilitas pelayanan air tawar dengan kapasitas yang mencapai 2.400 ton per harinya dengan jumlah pemasok air tawar sebanyak 3 perusahaan. Perusahaan tersebut adalah PT. Palyja, PT. Tirta Sejahtera Abadi (TSA) dan PT. Centra Niaga Eropindo (CNE).

3) Pabrik es

Es merupakan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan operasi melaut maupun dalam penanganan hasil tangkapan yang berfungsi untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan. Kebutuhan es selama melaut disesuaikan dengan lamanya waktu operasi dan perkiraan jumlah ikan yang akan ditangkap. Sehingga diharapkan es yang dibawa selama melaut cukup untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan hingga hasil tangkapan didaratkan di


(30)

pelabuhan perikanan. Namun, untuk penanganan hasil tangkapan, jumlah kebutuhan es harus disesuaikan dengan ikan hasil tangkapan yang didaratkan sehingga ikan dapat dipertahankan mutunya hingga ke tangan konsumen. Oleh karena itu, pabrik es atau unit pelayanan es harus mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan nelayan terhadap es sebagai perbekalan selama melaut dan penanganan hasil tangkapan selama di pelabuhan perikanan.

Salah satu pelabuhan perikanan yang telah memiliki pabrik es yang pembangunannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri adalah PPS Nizam Zachman. Menurut Hadianti (2010), pelabuhan perikanan tipe A ini memiliki pabrik es yang menyuplai kebutuhan es di dalam pelabuhan perikanan tersebut dengan kapasitas 4.488 balok yang dapat memproduksi dua jenis es balok, yaitu es balok berbobot 50 kg dan 60 kg. Namun, hingga saat ini pemenuhan terhadap kebutuhan es di PPS ini belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Hal ini ditandai dengan masuknya es balok ke kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta dari berbagai wilayah seperti Sentul, Cengkareng dan Tangerang.

4) Cold Storage

Cold storage merupakan ruang atau tempat yang digunakan untuk membekukan dan menyimpan hasil tangkapan yang belum habis dilelang ataupun dijual. Untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan yang disimpan, maka dalam proses pembekuan dan penyimpanan digunakan suhu yang rendah hingga -20oC. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat aktivitas pembusukan oleh bakteri di dalam tubuh ikan hasil tangkapan.

Salah satu pelabuhan perikanan di Jakarta Utara yang memiliki cold storage

adalah PPS Nizam Zachman Jakarta. Menurut Hadianti (2010), PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki gedung penyedia cold storage yang berdiri di atas lahan seluas 1.554 m2 dan terdapat empat ruangan utama di dalamnya. Ruangan pertama hingga ketiga merupakan cold storage yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan hasil tangkapan yang telah dibekukan, sedangkan ruangan keempat adalah Air Blast Freezer (ABF) yang berfungsi sebagai ruang pembekuan hasil tangkapan yang akan disimpan di cold storage. Proses pembekuan hasil tangkapan di ABF inilah yang menjadi langkah awal dalam upaya


(31)

mempertahankan mutu hasil tangkapan yang selanjutnya akan disimpan di dalam

cold storage.

Menurut Junianto (2003) vide Setiawan (2006), udara dingin dalam ruang penyimpanan dihasilkan dari penyerapan panas dalam ruangan oleh refrigerant

(Freon 12 atau amoniak) pada bagian evaporator. Evaporator tersebut berupa gulungan-gulungan pipa yang disimpan dalam salah satu dinding ruang penyimpanan, kemudian udara dingin dekat evaporator disirkulasikan ke seluruh ruangan dengan suhu yang sudah diatur.

2.3 Kebutuhan Fasilitas terkait Penanganan Hasil Tangkapan

Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas kepelabuhanan di PPI Muara Angke, maka dilakukan perhitungan kebutuhan terhadap beberapa variabel, yaitu kebutuhan TPI, kebutuhan air bersih, kebutuhan es dan kebutuhan ruang cold storage.

1) Kebutuhan tempat pelelangan ikan (TPI)

Dalam menghitung kebutuhan terhadap TPI dapat digunakan rumus berikut: (1) Luas ruang lelang TPI (Anonim, 1981)

S =

pxRxa N

Keterangan:

S : luas ruang pelelangan ikan (m2)

N : jumlah produksi per hari (kg/hari)

p : daya tampung produksi (kg/m2)

R : intensitas lelang per hari (kali/hari)

α : perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,217 – 0,394)

(2) Kebutuhan basket (trays) di PPI Muara Angke (Setiawan, 2006)

JKB =

KB JHT

Keterangan :


(32)

JHT : jumlah hasil tangkapan per hari (kg/hari)

KB : kapasitas basket (kg/unit)

2) Kebutuhan air bersih

Kebutuhan air bersih di pelabuhan perikanan terkait penanganan hasil tangkapan dapat diketahui menggunakan rumus Pane (2005) vide Setiawan (2006), yaitu sebagai berikut:

(1) Kebutuhan air untuk perbekalan kapal a. Per kapal per trip (JA)

JA = N (1 + α) x T x A; (liter/trip)

Keterangan:

N : banyak awak kapal (orang)

α : koefisien besarnya cadangan air bersih di kapal (0,5)

T : lama hari trip penangkapan (hari/trip)

A : kebutuhan air per awak kapal per hari untuk kapal motor (50 liter/orang/hari)

b. Seluruh kapal per tahun di PP (SJA)

SJA = KM x TTx ζ x (1 + α) x T x A; (liter/tahun)

Keterangan:

KM : banyaknya kapal yang direncanakan yang melakukan pembelian

kebutuhan melaut di pelabuhan perikanan (unit).

TT : rata-rata banyak trip penangkapan per kapal per tahun yang

direncanakan untuk semua kapal di PP (trip/tahun)

N : rata-rata jumlah awak kapal per kapal yang direncanakan di PP (orang/unit)

T : rata-rata lama trip penangkapan per kapal yang direncanakan untuk semua kapal di PP (hari/trip)

α : koefisien besarnya cadangan air bersih di kapal (0,5)

A : kebutuhan air per awak kapal per hari untuk kapal motor (50 liter/orang/hari)

c. Seluruh kapal direncanakan di PP per hari kerja (KAM)


(33)

(2) Kebutuhan air untuk membersihkan hasil tangkapan di kapal pada saat pembongkaran di pelabuhan perikanan (KAI)

KAI = x (KP x P); (liter/hari)

Keterangan:

KP : banyak kapal yang direncanakan melakukan pendaratan hasil

tangkapan per hari (unit/hari)

P : produksi hasil tangkapan yang direncanakan didaratkan per kapal (kg/unit/hari)

: rasio kebutuhan air bagi pencucian hasil tangkapan pada waktu pembongkaran (0,2 liter/kg)

(3) Kebutuhan air untuk membersihkan palka dan bagian lainnya setelah pembongkaran hasil tangkapan di pelabuhan perikanan (KAP)

KAP = x KP x VP; (liter/hari)

Keterangan:

 : rasio kebutuhan air untuk membersihkan palka yang direncanakan (20 liter/m3/unit)

KP : rata-rata banyak kapal yang direncanakan melakukan pendaratan

hasil tangkapan per hari (unit/hari)

VP : rata-rata volume palka yang direncanakan (m3)

(4) Kebutuhan air untuk membersihkan lantai lelang (KAL)

KAL = P x FKL x L; (liter/hari)

Keterangan:

P : banyak pencucian per hari (kali/hari)

FKL : faktor konversi kebutuhan air pencucian lantai lelang (6 liter/m2/kali)

L : luas lantai lelang (m2)

(5) Kebutuhan air bersih untuk pabrik es di PP/PPI

a. Kapasitas pabrik es per hari (Anonim, 1981 vide Setiawan, 2006)


(34)

Keterangan:

 : koefisien kapasitas pabrik es (1,5 – 2)

PH : rata-rata produksi hasil tangkapan per hari yang direncanakan

(ton/hari)

b. Kebutuhan air bersih untuk pabrik es (liter/hari)

KAE = x 1έ000 K ; (liter/hari)

Keterangan:

 : koefisien kebutuhan air bersih pabrik es (1,1 – 1,2)

(6) Dengan demikian kebutuhan air bersih terkait penanganan hasil tangkapan di PP/PPI (KAPP)

KAPP = (KAM + KAI + KAP + KAL + KAE); (liter/hari)

Keterangan:

KAPP : kebutuhan air di pelabuhan perikanan terkait penanganan hasil

tangkapan (liter/hari)

KAM : kebutuhan air bersih nelayan untuk melaut (liter/hari)

KAI : kebutuhan air bersih untuk pencucian ikan saat pembongkaran

(liter/hari)

KAP : kebutuhan air bersih untuk membersihkan palka (liter/hari)

KAE : Kebutuhan air bersih untuk pabrik es (liter/hari)

KAL : Kebutuhan air bersih untuk lantai lelang TPI (liter/hari)

3) Kebutuhan es

Kebutuhan es di pelabuhan perikanan dapat dikelompokkan menjadi kebutuhan es untuk melaut kapal, kebutuhan es untuk penanganan di gedung TPI dan kebutuhan es untuk penanganan saat pendistribusian. Menurut Pane (2006)

vide Setiawan (2006), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan es di pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:

(1) Kebutuhan es untuk melaut kapal (KEK)


(35)

Keterangan:

PHT : Proyeksi produksi hasil tangkapan yang akan didaratkan per hari

(kg/hari)

 : Koefisien kebutuhan es (1 kg hasil tangkapan = 3 kg es)

(2) Kebutuhan es untuk penanganan di gedung TPI (KEP)

KEP = PHTx ; (kg/hari)

Keterangan:

: Koefisien kebutuhan es untuk penanganan (1 kg hasil tangkapan = 0,5 kg es)

(3) Kebutuhan es untuk penanganan saat pendistribusian (KED)

KED = PHTx ; (kg/hari)

Keterangan:

: Koefisien kebutuhan es untuk pendistribusian (1 kg hasil tangkapan = 0,8 kg es)

4) Kebutuhan cold storage

Kebutuhan terhadap cold storage dapat diketahui dengan melakukan perhitungan berikut:

CS =

CS HT

K P  % 57 , 9

Keterangan :

CS : Kebutuhan cold storage (unit)

KCS : Kapasitas cold storage (kg/ unit)


(36)

2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2006 tentang Pelabuhan Perikanan Pasal 20 menyatakan bahwa Pangkalan Pendaratan Ikan memiliki kriteria teknis sebagai berikut:

(1) Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan di wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan;

(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 gross tonnage (GT);

(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam minus 2 m;

(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 gross tonnage (GT) kapal perikanan sekaligus.

Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke merupakan pusat pendaratan ikan yang terdapat di Jakarta dan secara administratif pemerintahan, Muara Angke terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Menurut Anonim (2008a), sejak tahun 1976 kawasan Muara Angke secara keseluruhan dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang tersebar di beberapa lokasi yang berada di sekitar wilayah Jakarta.

Kawasan Muara Angke sampai saat ini telah dimanfaatkan untuk perumahan nelayan, pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT), tambak uji coba serta kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan beserta fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang lainnya. Di kawasan PPI Muara Angke telah dibangun berbagai fasilitas baik yang dibangun oleh Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT PKPP dan PPI), instansi terkait maupun pihak swasta. Fasilitas-fasilitas yang telah dibangun di PPI Muara Angke adalah sebagai berikut:


(37)

Tabel 1 Fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang di PPI Muara Angke Jenis fasilitas

Fasilitas pokok Fasilitas fungsional Fasilitas penunjang 1. Lahan

2. Dermaga 3. Pemecah

gelombang 4. Kolam pelabuhan

5. Fender

6. Bolder

7. Turap/tanggul penahan air pasang

8. Jalan kawasan 9. Saluran

pembuangan air

1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

2. Pasar grosir 3. Pasar pengecer 4. Menara pengawas

5. Navigasi pelayaran/lampu suar

6. Pabrik es 7. Air bersih

8. Cold storage

9. SPBU/SPBB/SPCC/SPDN 10.Dock tradisional

11.Dock diatas 30 GT 12.Tempat perbaikan jaring 13.Waduk penampungan 14.IPAL

15.Kantor UPT/Pengelola 16.Kantor instansi terkait 17.Fasilitas penanganan dan

pengolahan ikan

18.Alat transportasi ikan dan angkut es

19.Kios ikan bakar

1. Tempat pembinaan nelayan

2. Pos jaga/pos terpadu 3. MCK

4. Tempat peribadatan 5. Tempat penginapan

nelayan

6. Kios penunjang 7. Fasilitas IPTEK 8. Sarana kesehatan 9. Sarana pendidikan

Sumber : Anonim (2008a)

Pemanfaatan atau aktivitas dari masing-masing fasilitas yang berada di kawasan PPI Muara Angke dapat diketahui dari penjelasan berikut (Anonim, 2008a):

(1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat pelelangan ikan mempunyai nilai strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan. Fasilitas tersebut memberikan pelayanan lelang dalam proses penetapan harga hasil tangkapan yang didaratkan. Harga yang terbentuk merupakan harga yang menjadi kesepakatan antara juru lelang, pembeli dan pedagang atau nelayan pemilik hasil tangkapan. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan dalam proses penjualan dan pembelian hasil tangkapan tersebut.


(38)

Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke memiliki tempat pelelangan ikan dengan luas 3.237 m2 yang terdiri atas ruang lelang, ruang kantor, gudang penyimpanan dan lahan parkir. Tempat Pelelangan Ikan ini pun menyediakan fasilitas pendukung kegiatan pelelangan ikan seperti basket/trays, lori, timbangan dan blong.

(2) Pasar Grosir

Pasar grosir merupakan salah satu mata rantai distribusi atau pemasaran ikan yang berada di Muara Angke. Pasar grosir ini menyediakan 870 lapak yang dimanfaatkan oleh 275 pedagang grosir. Aktivitas grosir dilakukan pada malam hari dan ikan yang diperdagangkan selain dari hasil lelang di Muara Angke serta Muara Baru juga berasal dari luar daerah seperti Tuban, Pekalongan, Tegal, Cilacap, Lampung dan daerah lainnya.

Perputaran perdagangan ikan di pasar grosir rata-rata mencapai 35 ton hanya dalam satu malam. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pembeli ikan, pada tahun 2007-2008 telah dibangun pasar grosir baru dengan kapasitas 216 lapak.

(3) Pasar Pengecer

Guna memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan ikan dalam jumlah kecil, PPI Muara Angke telah menyediakan fasilitas bagi pedagang pengecer. Luas pasar pengecer adalah 1.260 m2 dengan jumlah lapak 150 unit yang dimanfaatkan oleh 148 orang pedagang. Pasar pengecer ini melayani kebutuhan konsumen dan para pengunjung yang akan mengkonsumsi ikan bakar di Pusat Jajan Serba Ikan yang masih berada di kawasan PPI Muara Angke.

Penjualan ikan di pasar pengecer dalam satu minggu mencapai 500 kilogram (kg) per pedagang. Puncak keramaian biasanya terjadi pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat tingkat menengah ke atas pada tahun 2008 yang lalu dibangun pasar pengecer higienis yang lokasinya berada di sebelah barat pasar grosir lama.

(4) Pabrik Es

Guna memenuhi kebutuhan nelayan, pedagang dan pengolah ikan, di kawasan Muara Angke telah tersedia 1 unit pabrik es dengan kapasitas 300 ton


(39)

yang dibangun pada tahun 2004. Pabrik es ini merupakan hasil kerja sama antara Pemda DKI Jakarta dengan PT. AGB ICE.

(5) Cold storage

Ikan merupakan produk yang cepat sekali mengalami pembusukan apabila tidak ditangani secara baik. Oleh karena itu, kegiatan penanganan ikan seharusnya dilakukan sejak penangkapan, pendaratan dan pembongkaran, pengangkutan, distribusi dan pemasaran.

Untuk penanganan hasil tangkapan, pihak PPI Muara Angke telah mengupayakan 1 unit cold storage. Cold storage yang telah dibangun oleh PT. AGB Tuna pada tahun 2003 diatas lahan seluas 3.000 m2 memiliki kapasitas sebesar 900 ton. Pasokan ikan berasal dari nelayan Muara Angke, Palabuhanratu dan Muncar dengan jenis ikan yang disimpan adalah layur, bawal, cumi dan tenggiri dengan besar biaya penyimpanan sebesar Rp. 20,- per kg per hari.

(6) Stasiun Pengisian Bahan Bakar/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBB/SPBU)

Fasilitas fungsional yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan untuk operasional penangkapan adalah SPBB/SPBU sebagai pemasok bahan bakar. Penyediaan bahan bakar minyak ini baik untuk kebutuhan kapal maupun kendaraan darat sejak tahun 1997 dilayani oleh SPBU dwi fungsi yang dibangun di atas lahan seluas 2.212 m2.

Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pada tahun 2008 SPBU dwi fungsi dipecah menjadi SPBU untuk melayani kendaraan darat dan SPBB untuk melayani kapal perikanan. Adapun jumlah SPBB yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan nelayan di kawasan PPI Muara Angke adalah 2 unit SPBB terapung yang dikelola oleh pihak swasta.

Sarana yang tersedia dan bahan bakar minyak yang terjual di SPBB/SPBU yang berada di darat yaitu sebagai berikut :

a. Pompa solar sebanyak 10 unit dengan kapasitas tangki solar 180.000 liter b. Pompa premium sebanyak 3 unit dengan kapasitas tangki premium

50.000 liter

c. Pompa pertamax sebanyak 1 unit dengan kapasitas tangki pertamax 20.000 liter


(40)

d. Penjualan solar (data tahun 2004) 45.811.978 liter e. Penjualan premium (data tahun 2004) 4.680.879 liter f. Penjualan pertamax (data tahun 2004) 245.219 liter g. Dapat melayani 10-25 kapal per hari.

(7) Tempat Pengepakan Ikan

Tempat pengepakan ikan merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di PPI Muara Angke terutama untuk memenuhi kebutuhan ikan segar di supermarket dan kebutuhan pasar ekspor. Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke memiliki 30 unit gedung pengepakan dengan luas masing-masing 50-200 m2 yang terdiri atas bangunan satu lantai dan dua lantai.

Produksi dari pengepakan ini rata-rata per bulan mencapai 75 ton. Adapun negara tujuan ekspor yaitu Singapura, Malaysia dan Hongkong. Jenis ikan yang diekspor meliputi bawal, ekor kuning, kakap merah, kerapu, tenggiri dan lain-lain. Sementara bahan baku diperoleh dari Muara Angke sebanyak 40% dan dipasok dari luar daerah sebanyak 60%.

(8) Pusat Jajan Serba Ikan

Pusat jajan serba ikan merupakan fasilitas kios ikan bakar yang dibangun pada tahun 1996. Jumlah kios yang tersedia adalah 24 unit dengan masing-masing kios berukuran 5 x 17 m. Tujuan pembangunan pusat jajan serba ikan ini yaitu dalam rangka merangsang minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan dan menciptakan peluang pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk bakar.

(9) Instansi lain, Fasos dan Fasum

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di kawasan PPI Muara Angke terdapat instansi pemerintah, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Adapun instansi tersebut meliputi UPT Dinas Perhubungan Laut, Syahbandar dan Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), Dewan Perwakilan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPD HNSI), Pos Polisi KP3 Muara Angke (KP3 = Kesatuan Polisi Pengamanan Pantai), Pos Kesehatan, Pos Pemadam Kebakaran, Terminal Bus Muara Angke, Pasar Inpres (Perusahaan Daerah Pasar Jaya), Rumah Sakit Paru-Paru, Puskesmas serta TK, SD dan SMP.


(41)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk bahan yang digunakan adalah data kuesioner yang merupakan hasil wawancara dengan berbagai pihak terkait, data produksi ikan yang didaratkan dan data frekuensi kapal yang beraktivitas di PPI Muara Angke.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Aspek yang diteliti, yaitu aspek penanganan hasil tangkapan dan aspek fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan berbagai pihak terkait. Pengamatan yang dilakukan berkaitan dengan aktivitas penanganan hasil tangkapan mulai dari pembongkaran hasil tangkapan hingga ikan siap dilelang. Wawancara yang dilakukan berhubungan dengan kondisi fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait penanganan hasil tangkapan. Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari instansi terkait, yaitu pengelola PPI Muara Angke mengenai data produksi ikan yang didaratkan, armada penangkapan dan fasilitas terkait penanganan hasil tangkapan.

Informasi dan data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung kebutuhan fasilitas kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan selama sepuluh tahun ke depan. Adapun fasilitas kepelabuhanan tersebut meliputi luas ruang lelang TPI, basket, air bersih, es balok dan cold storage.


(42)

Pengamatan dan wawancara yang dilakukan dapat dirinci sebagai berikut: 1) Pengamatan

(1) Dilakukan pengamatan aktivitas penanganan hasil tangkapan mulai dari pembongkaran dari atas kapal hingga pengangkutan ke gedung TPI yang meliputi proses pembongkaran hasil tangkapan, mekanisme lelang, fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang digunakan.

(2) Pengamatan terhadap kondisi fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait dengan penanganan hasil tangkapan ikan selama berada di pelabuhan perikanan. Fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang diamati adalah TPI, fasilitas air bersih, pabrik es dan cold storage. 2) Wawancara

Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan kepada pihak-pihak terkait. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu memilih responden yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian yang terdiri atas: pihak pengelola TPI (2 orang), nelayan (6 orang), pengelola pabrik es (1 orang), pengelola cold storage (1 orang), pengelola depot air bersih (1 orang), agen air bersih (1 orang), agen es (1 orang) dan pihak pengelola PPI Muara Angke (1 orang). Data dan informasi yang diambil dari responden tersebut meliputi:

(1) Pihak pengelola TPI (2 orang)

Kondisi aktual fisik gedung TPI, jumlah basket (trays) yang disediakan oleh TPI, saluran air bersih, mekanisme pelelangan, jadwal pelaksanaan lelang dan biaya yang dikeluarkan untuk pemanfaatan fasilitas TPI (retribusi).

(2) Nelayan (6 orang)

Jenis armada penangkapan, jumlah dan jenis hasil tangkapan yang didaratkan, kapasitas palka armada penangkapan, proses pembongkaran hasil tangkapan, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memanfaatkan fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan, penjualan hasil tangkapan (ke penampung atau dilelang di TPI), besarnya kebutuhan es dan air bersih untuk perbekalan melaut.


(43)

(3) Pengelola pabrik es (1 orang)

Status kepemilikan/pengelola, ukuran luas pabrik es, jumlah serta rata-rata balok es yang mampu diproduksi dan ditampung, bobot setiap balok es, sarana/alat penunjang, harga jual per balok es, pihak yang terkait dengan pendistribusian pabrik es, pihak-pihak yang memanfaatkan, dan bahan baku es balok.

(4) Pengelola cold storage (1 orang)

Status kepemilikan/pengelola, luas cold storage, kapasitas cold storage, jumlah ikan yang masuk dan keluar cold storage, biaya pemanfaatan

cold storage, jenis ikan yang masuk cold storage, pihak-pihak yang memanfaatkan dan lamanya waktu penyimpanan.

(5) Pengelola depot air bersih (1 orang)

Status kepemilikan/pengelola, sumber/asal air bersih, suplai air bersih, kebutuhan air bersih per hari dan tahunan, pihak-pihak yang memanfaatkan, sarana/alat penunjang dan harga jual air bersih.

(6) Agen air bersih (1 orang)

Tujuan pendistribusian, siapa produsen dan konsumennya, harga jual ke konsumen, jumlah dalam satu kali distribusi, jumlah distribusi dalam satu hari dan alat pendistribusian.

(7) Agen es (1 orang)

Tujuan pendistribusian, siapa produsen dan konsumennya, harga jual ke konsumen, harga beli dari pabrik, jumlah balok es dalam satu kali distribusi, jumlah distribusi dalam satu hari dan alat pendistribusian. (8) Pihak pengelola PPI Muara Angke (1 orang)

Status kepemilikan/pengelola tiap fasilitas kepelabuhanan perikanan, jumlah fasilitas yang terdapat di PPI Muara Angke, ukuran/kapasitas masing-masing fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan, pihak-pihak yang memanfaatkan fasilitas, rencana ke depan untuk fasilitas yang dimiliki oleh PPI Muara Angke dan permasalahan yang ada di PPI Muara Angke.


(44)

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:

(1) Data produksi hasil tangkapan bulanan yang didaratkan di PPI Muara Angke (5 tahun terakhir, mulai tahun 2005 sampai dengan 2009); (2) Daya tampung/kapasitas TPI, tangki air bersih, pabrik es dan cold

storage;

(3) Data frekuensi kapal yang beraktivitas bulanan di PPI Muara Angke (5 tahun terakhir, mulai tahun 2005 sampai dengan 2009);

(4) Perkembangan jumlah dan jenis unit penangkapan yang ada di Kotamadya Jakarta Utara (selama 5 tahun terakhir);

(5) Laporan tahunan PPI Muara Angke dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta;

(6) Data kondisi umum daerah penelitian tingkat kabupaten dalam angka pada 5 tahun terakhir.

3.4 Analisis Data

1) Analisis kondisi aktual fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke

Untuk mengetahui aktivitas penanganan hasil tangkapan dan kondisi aktual dari fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke dilakukan analisis secara deskriptif, penghitungan rata-rata, tabulasi dan analisis grafik berdasarkan pengamatan dan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan. Data dan informasi tersebut dideskripsikan agar dapat tergambar secara jelas kondisi aktual dari proses penanganan hasil tangkapan serta fasilitas dan pelayanan kepelabuhanan yang terkait dengan penanganan hasil tangkapan.

2) Analisis proyeksi jumlah hasil tangkapan dan frekuensi kapal bongkar sampai sepuluh tahun ke depan

Analisis proyeksi menggunakan 60 titik data bulanan hasil tangkapan yang didaratkan dan data bulanan frekuensi kapal yang beraktivitas di PPI Muara Angke selama 60 bulan (5 tahun terakhir, mulai tahun 2005 sampai 2009). Analisis data yang digunakan pada pembahasan ini yaitu metode peramalan (forecasting).


(45)

Untuk mengetahui model proyeksi yang akan digunakan dalam peramalan, apakah termasuk model polinomial, eksponensial, linear atau model lainnya, Pane (2010) menyatakan bahwa pada tahap pertama dilakukan analisis grafik Yi dengan memplotkan data bulan produksi pada sumbu horizontal (sumbu x) dan data produksi bulanan hasil tangkapan pada sumbu vertikal (sumbu y), kemudian digambarkan garis kurvanya yang bentuknya mengikuti bentuk pola kecenderungan sebaran titik-titiknya. Tahap kedua dilanjutkan dengan pemilihan model-model dengan menguji model tersebut dan mencari koefisien korelasi tertinggi. Tahap berikutnya, setelah diperoleh model peramalan produksi, maka dihitung proyeksi produksi ikan yang akan didaratkan.

Pada penelitian ini proyeksi produksi ikan yang didaratkan dilakukan selama 120 bulan atau 10 tahun ke depan, yaitu tahun 2011-2020. Cara yang sama seperti di atas diterapkan pula pada data frekuensi kapal bongkar untuk meramalkan proyeksi frekuensi kapal yang akan beraktivitas selama 120 bulan atau sepuluh tahun ke depan.

Pada analisis proyeksi di atas baik untuk data produksi bulanan hasil tangkapan yang digunakan selama 60 bulan, yaitu data tahun 2005-2009 maupun data frekuensi kapal bongkar yang digunakan selama 60 bulan, tahun 2005-2009 terlebih dahulu dilakukan moving average dan penggantian data ekstrim dengan nilai rata-rata untuk tujuan ”penghalusan” data. Setelah didapatkan data proyeksi jumlah hasil tangkapan didaratkan dan proyeksi frekuensi kapal yang beraktivitas di PPI Muara Angke selama 10 tahun ke depan, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan besaran kebutuhan fasilitas kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI Muara Angke, yaitu ruang lelang TPI, basket/trays, air bersih, es balok dan cold storage.


(46)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara

4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Jakarta Utara

Wilayah Jakarta Utara yang menjadi bagian dari pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta terletak pada posisi 6o 06’ 17” LS dan 106o 46’γ7” BT. Wilayah ini mempunyai luas 137,6 km2, yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang kurang lebih 35 km, serta menjorok ke darat antara 4 sampai dengan 10 km (Anonim, 2009a). Keadaan ini membuat beberapa wilayah yang terdapat di Jakarta Utara memiliki garis pantai dan perbatasan dengan perairan laut. Sehingga wilayah ini cukup berpotensi dalam bidang perikanan maupun transportasi laut.

Kondisi topografi wilayah Jakarta Utara yang diukur berdasarkan ketinggian wilayahnya dari permukaan laut, menurut data BPS Kota Administrasi Jakarta Utara (Anonim, 2009a) diketahui bahwa wilayah tersebut memiliki ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai dengan 2 meter. Di lokasi tertentu ada yang berada di bawah permukaan laut, yang sebagian besarnya terdiri dari rawa–rawa atau empang air payau.

Wilayah Jakarta Utara yang merupakan tempat bermuaranya 9 (sembilan) sungai dan lokasi 2 (dua) banjir kanal, menyebabkan wilayah ini menjadi daerah yang rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang laut. Wilayah ini juga merupakan pantai beriklim panas dengan suhu rata-rata 28,2oC, curah hujan setiap tahun rata-rata 152,48 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan Pebruari (707,3 mm) dan kelembaban udara rata-rata 74%, dengan kecepatan angin sekitar 4,76 knot sepanjang tahun. Curah hujan tertinggi tahun 2009 menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 1.829,7 mm (Anonim, 2009a).

Menurut BPS Kota Administrasi Jakarta Utara, wilayah Jakarta Utara berbatasan dengan (Anonim, 2009a):

1) Sebelah Utara : Laut Jawa dengan koordinat 106o07’ 00” - 106oβ9’ 00” BT dan 005o10’ 00” - 015o10’ 00” LS

2) Sebelah Selatan : Kab. Dati II Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur


(47)

3) Sebelah Barat : Kab. Dati II Tangerang dan Jakarta Pusat 4) Sebelah Timur : Kab. Dati II Bekasi dan Jakarta Timur.

Berdasarkan penggunaannya, daratan Jakarta Utara dapat dirinci sebagai berikut: 52,7% untuk perumahan, 15,3% untuk areal industri, 10,4% digunakan sebagai perkantoran dan pergudangan dan sisanya sekitar 21,6% merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan lahan lainnya (Anonim, 2008b). Lahan kosong yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah. Sehingga semua wilayah yang masih menjadi lahan kosong di Jakarta Utara dapat termanfaatkan dengan baik dan secara tidak langsung juga dapat menambah pemasukan kas daerah.

Wilayah Jakarta Utara terbagi dalam 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Cilincing (Anonim, 2009a). Namun dari keenam kecamatan yang dimiliki oleh Jakarta Utara hanya beberapa kecamatan yang memiliki garis pantai, yaitu Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Tanjung Priok. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya pelabuhan di tiga kecamatan tersebut. Pelabuhan-pelabuhan tersebut diantaranya PPS Nizam Zachman, PPI Kamal Muara dan PPI Muara Angke yang terletak di Kecamatan Penjaringan, PPI Cilincing dan PPI Kalibaru yang terletak di Kecamatan Cilincing, serta Pelabuhan Tanjung Priok yang terletak di Kecamatan Tanjung Priok.

4.1.2 Kondisi demografi dan pendidikan 1) Penduduk dan angkatan kerja

Penduduk yang tinggal di wilayah Jakarta Utara terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1 yang menyajikan perkembangan jumlah penduduk Jakarta Utara selama 5 tahun terakhir, yaitu 2004-2008. Peningkatan jumlah penduduk ini diduga menjadi penyebab semakin padatnya wilayah Jakarta Utara tiap tahunnya.


(48)

Sumber : Anonim (2009a) (data diolah kembali)

Gambar 1 Grafik perkembangan jumlah penduduk di Jakarta Utara tahun 2004-2008

Jumlah penduduk Jakarta Utara pada tahun 2008 mencapai angka 1.201.308 jiwa yang terdiri atas 51,08% laki–laki dan 48,92% perempuan. Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya tinggal di Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Cilincing. Persentase dari masing-masing kecamatan tersebut mencapai 25,98% dan 20,04% dari total penduduk Jakarta Utara pada tahun 2008. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2, Kecamatan Koja menjadi kecamatan terpadat di Jakarta Utara dengan kepadatan 17.655 jiwa per km2, diikuti Kecamatan Tanjung Priok dengan kepadatan 12.422 jiwa per km2.

Sumber : Anonim (2009a) (data diolah kembali)

Gambar 2 Diagram pie persentase jumlah penduduk menurut kecamatan di Jakarta Utara tahun 2008


(1)

Lampiran 10 Perhitungan kebutuhan

cold storage

di PPI Muara Angke mulai tahun 2011-2020

1.

Perkiraan jumlah hasil tangkapan yang akan didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2011-2020

Jumlah hasil tangkapan per hari

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

kg/tahun 6.686.540 6.583.704 6.663.103 6.924.736 7.368.605 7.994.708 8.803.047 9.793.620 10.966.428 12.321.471 ton/tahun 6.687 6.584 6.663 6.925 7.369 7.995 8.803 9.794 10.966 12.322

2.

Perkiraan kebutuhan

cold storage

di PPI Muara Angke tahun 2011-2020

Kebutuhan cold storage

Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Proyeksi ht yang masuk

cold storage (ton) 640,00 630,00 638,00 663,00 705,00 765,00 842,00 937,00 1.049,00 1.179,00

CS 0,36 0,35 0,35 0,37 0,39 0,43 0,47 0,52 0,58 0,66

Unit 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Contoh perhitungan untuk kebutuhan cold storage tahun 2011:

CS

2011

=

CS HT

K P

% 57 , 9

=

=

0,36

≈ β unit

Keterangan:

-

Apabila hasil perhitungan kebutuhan

cold storage

> 1, maka 2 unit

cold storage

(dengan kapasitas ideal masing-masing per unit = 900

ton) yang telah tersedia di PPI Muara Angke telah menampung hasil tangkapan melebihi kapasitas idealnya, sehingga diperlukan

penambahan fasilitas

cold storage

lagi untuk hasil yang optimal dalam menjaga kualitas hasil tangkapan.


(2)

Lampiran 11 Perhitungan

kebutuhan

fasilitas

dan

pelayanan

kepelabuhanan terkait penanganan hasil tangkapan di PPI

Muara Angke tahun 2009

Tahun Fasilitas Satuan Perkiraan kebutuhan

2009

Luas ruang lelang TPI m2 per tahun 474,9

Trays atau basket Unit per hari 598

Unit per tahun 215.410

Es balok balok per hari 1.314

balok per tahun 472.981

Cold storage Unit per tahun 2

Air bersih m

3

per hari 2.172,6 m3 per tahun 782.134,0

Ruang lelang TPI

S

2009

= (10.770.514/360) / (221,7 x 1 x 0,284) = 474,9 m

2

Basket (

trays

)

JKB

2009

= (10.770.514/360) / 50 = 598 unit/hari = 215.410 unit/tahun

Es balok

a.

Kebutuhan untuk melaut (ton per hari)

K

EK

= (15.277 x 3) = 45.832 kg/hari = 45,83 ton/hari = 917 balok es/hari

b.

Kebutuhan es balok untuk penanganan hasil tangkapan di TPI (ton

per hari)

K

EP

= (15.277 x 0,5) = 7.639 kg/hari = 7,64 ton/hari = 153 balok es/hari

c.

Kebutuhan es balok untuk pendistribusian hasil tangkapan (ton per

hari)

K

ED

= (15.277 x 0,8) = 12.222 kg/hari = 12,22 ton/hari = 244 balok es/hari

Kebutuhan total = (45,83 + 7,64 + 12,22) ton/hari = 65,69 ton/hari

=

1.314 balok/hari

=

23.649 ton/tahun

=

472.981 balok/tahun

Cold storage

CS

2009

= (9,57% x 10.770,5) / 1.800 = 0,57 ≈ β unit

Air bersih

a.

Kebutuhan melaut

= 2.093.004 liter/hari = 2.093,00 m

3

/hari

b.

Kebutuhan non melaut = 79.590,45 liter/hari = 79,6 m

3

/hari

Total kebutuhan

= 2.172.594 liter/hari = 2.172,6 m

3

/hari

=782.134,0 m

3

/tahun

Keterangan:


(3)

Sumber: Data primer, 2010

Keterangan: SPBU = Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum; IPAL = Instalasi Pengolahan Air Limbah

Lampiran 12 Fasilitas pokok, fungsional dan penunjang di PPI Muara

Angke, 2010

Kelompok

fasilitas Jenis fasilitas Volume/Luas

Fasilitas Pokok

1. Lahan 71,71 ha

2. Dermaga pendaratan 403 m / 3.402 m2

3. Pemecah gelombang 1.750 m

4. Kolam pelabuhan 3 m / 63.993 m2

5. Fender 450 m

6. Bolder 122 unit

7. Turap/tanggul penahan air pasang 1.400 m

8. Saluran pembuangan air 3.900 m

Fasilitas fungsional

1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.212 m2 / 3.237 m2

2. Pasar pengecer

800 lapak (4.000 m2); 212 lapak (1.900 m2); 70 lapak (400 m2) 3. Navigasi pelayaran/lampu suar 3 m2 / 2 unit

4. Pabrik es 2.800 m

2

(lahan); 760 m2 (bangunan)

5. Air bersih 1 unit

6. Cold storage 9 unit

7. SPBU 1.800 m2 / 1 unit

8. Dock tradisional 2.300 m2 / 3 unit

9. Dock diatas 30 GT dan Tempat perbaikan

jaring 4 unit

10.Waduk penampungan dan IPAL 500 m 2

(pelabuhan); 1.800 m2 (perumahan)

11.Kantor UPT/Pengelola 288 m2

12.Kantor Instansi terkait

200 m2 (syahbandar); 30 m2 (Adpel tingkat 5 muara

angke, syahbandar dishub, kantor kesehatan); 160 m2 (pos polisi); 120 m2 (pemadam kebakaran) 13.Fasilitas penanganan dan pengolahan ikan 3.800 m

2

/ 30 unit (ekspor); 308 m2 / 22 unit (tradisional) 14.Alat transportasi ikan dan angkut es Paket swasta

15.Kios ikan bakar 2.040 m2 / 24 unit

Fasilitas Penunjang

1. Pos jaga/pos terpadu (trantip) 20 m2 / 2 unit

2. MCK 180 m2 / 6 unit

3. Masjid 400 m2 dan 100 m2 / 2 unit

4. Tempat pendaratan 5.877/3 unit

5. Kios penunjang 65 unit

6. Fasilitas IPTEK 1 unit

7. Sarana kesehatan 2.260 m2/3 unit


(4)

Lampiran 13 Peta lokasi penelitian di PPI Muara Angke, Jakarta Utara

T

S

B

U

PPI Muara Angke

Sumber: Microsoft Encarta Premium, 2009

Teluk Jakarta

106o46’ 37” BT


(5)

Lampiran 14

Lay out

PPI Muara Angke

T

S

B

U


(6)

Lampiran 15 Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia tahun 2005

dan 2008

Tahun Jenis BBM Harga awal Harga setelah

dinaikkan/diturunkan

2005 Oktober Premium Rp. 2.500/liter Rp. 4.500/liter Solar Rp. 2.100/liter Rp. 4.300/liter

2008

Juni Premium Rp. 4.500/liter Rp. 6.000/liter Solar Rp. 4.300/liter Rp. 5.500/liter Desember Premium Rp. 6.000/liter Rp. 5.000/liter Solar Rp. 5.500/liter Rp. 4.800/liter Sumber : Nizami (2008)