Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan lingkungan sekolah, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang bersangkutan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMP Negeri 2 Kendal masih sering menggunakan model pembelajaran ekspositori. Dalam model ini masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan peserta didik dan pembelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga tidak mendorong siswa menjadi aktif didalam proses pembelajaran. Peserta didik cenderung menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang mereka butuhkan, akibatnya mempengaruhi kualitas kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Matematika sebagai sumber dari ilmu yang lain memiliki peran penting dalam kehidupan. Oleh sebab itu, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan dasar matematika. Peserta didik dalam mempelajari matematika harus melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dalam mewujudkannya dirumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu: 1 belajar untuk berkomunikasi mathematical communication, 2 belajar untuk bernalar mathematical reasoning, 3 belajar memecahkan masalah mathematical problem solving, 4 belajar untuk mengaitkan ide mathematical connection, dan 5 pembentukan sikap positif terhadap matematika. Semua itu disebut Mathematical Power daya matematis. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi karena aspek-aspek kemampuan matematika seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, dan komunikasi matematika dapat dikembangkan secara lebih baik. Pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dianggap penting oleh guru dan peserta didik. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya baik peserta didik maupun guru mengalami kesulitan. Peserta didik kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya didalam memecahkan masalah, kurang percaya diri, dan tidak berani mengemukakan pendapat. Sedangkan guru mengalami kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahkan masalah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan Mouse Mischief. Djamarah Zain 2002: 136-140 secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pembelajaran. Salah satu media yang mendukung dalam penelitian ini adalah program Mouse Mischief. Dengan menggunakan program Mouse Mischief dapat membantu peserta didik terlibat secara aktif, inovatif, antusias, dan mandiri dalam proses pembelajaran, serta menghindari terjadinya kesalahan komunikasi. Peserta didik juga berperan langsung dalam pembelajaran di kelas menggunakan mouse pada layar tunggal sehingga peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget mengenai tiga prinsip utama belajar yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan belajar lewat pengalaman sendiri Sugandi, 2007. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan komunikasi dan membantu peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri, maka harus digunakan sarana yang dapat membantu dan mendukung pembelajaran. Sarana tersebut adalah program Mouse Mischief. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran NHT berbantuan Mouse Mischief pada materi kubus dan balok untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran tersebut terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kendal . Berdasarkan uraian di atas, melalui model pembelajaran Numbered Heads Together berbantuan Mouse Mischief diharapkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. Selain itu, diduga bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan model pembelajaran Numbered Heads Together berbantuan Mouse Mischief lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik dengan pembelajaran ekspositori.

2.3 Hipotesis Penelitian