18
konkret; 4 analisis yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu keadaan dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor yang satu dengan faktor lainnya; 5 evaluasi yaitu kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, sesuai dengan
patokan yang berlaku; 6 mencipta create yaitu kemampuan seseorang dalam mengabstraksi, merancang, atau memproduksi sesuatu sesuai dengan ide atau
kreasinya. Menurut Sudjana 2011 kedua aspek pertama yaitu pengetahuan dan pemahaman disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi. Menurut Maisaroh dan Rustriningsih 2010, nilai hasil belajar merupakan
salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar seseorang, sehingga dapat mencerminkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam panduan kurikulum 2013, penilaian pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh agar mampu mengukur proses kerja
dan tingkat berpikir siswa. Penilaian hasil belajar IPA akan lebih baik jika menggunakan asesmen IPA yang dapat mengukur kemampuan berpikir logis
siswa, karena dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk mampu berpikir logis dalam membentuk pengetahuannya berdasarkan fenomena yang ada. Penelitian
ini mengambil penilaian hasil belajar siswa pada aspek kognitif dengan menggunakan asesmen IPA berbasis inkuiri yang berupa soal pilihan ganda untuk
mengukur kemampuan berpikir logis.
2.7 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Wenning 2007 mengkaji tentang asesmen IPA berbasis inkuiri, dengan produk
akhir yaitu Scientific Inquiry Literacy Test ScInqLiT. Dalam penelitian tersebut menerapkan inkuiri dalam suatu instrumen tes IPA berisi 40 butir soal pilihan
ganda meliputi bidang kajian Fisika, Biologi, dan Kimia, yang disesuaikan dengan indikator inkuiri. ScInqLiT merupakan instrument asesmen berbasis inkuiri yang
sudah valid dan reliabel, serta telah digunakan di 425 sekolah di USA. Soal-soal di dalam ScInqLiT merupakan soal yang melatih dan memacu siswa untuk
mengidentifikasi, mengembangkan hipotesis atau model, membuat prediksi,
19
menganalisis dan menginterpretasi data, menarik kesimpulan berdasar penalaran logis.
Penelitian yang dilakukan oleh Valanides 1997 menunjukkan bahwa mengukur kemampuan berpikir logis dapat menggunakan Test of Logical
Thingking TOLT, dengan hasil penelitian bahwa siswa pada rata-rata usia 12,25- 16,79 tahun, rata-rata berada dalam tahapan berpikir logis formal. Tujuan dari
penelitian Valanides 1997 adalah untuk mengetahui tahapan kemampuan berpikir logis siswa yang diukur dengan TOLT, akan tetapi dari hasil
penelitiannya untuk mengukur kemampuan berpikir logis tidak harus menggunakan TOLT, tetapi bisa menggunakan instrumen asesmen lainnya yang
sudah dimodifikasi dan disesuiakan dengan indikator komponen tes berpikir logis yang ada di dalam TOLT.
Penelitian yang dilakukan Usdiyana 2009 menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan siswa dalam berpikir logis, maka semakin baik pula kemampuan
siswa dalam menganalisis suatu masalah, sehingga siswa mampu membentuk pengetahuan yang diperolehnya. Sebagai penerapannya kemampuan berpikir logis
penting dalam pembelajaran IPA, sehingga guru harus memberikan unsur rangsangan dengan membuat asesmen yang dapat membentuk pola berpikir siswa
dari menghafal, mengingat, dan memahami menuju ke mengaplikasikan, menganalisis dan menginterpretasi, mengevaluasi, dan mengkreasikan sehingga
mampu membentuk pola berpikir yang logis. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto 2012 menunjukkan bahwa
penerapan strategi inkuiri dalam proses pembelajaran dan penilaian dapat mempengaruhi kemampuan berpikir logis siswa. Besar pengaruh penerapan
strategi inkuiri terhadap kemampuan berpikir logis adalah 34,81 dan kemampuan berpikir logis siswa dalam hal ini dibedakan menjadi tiga tahapan
yaitu tahap berpikir logis konkret, transisi dan formal.
2.8 Kerangka Berpikir