Validitas Butir Soal Uji Coba Asesmen ke-2 Skala Besar

59 dengan tingkat perkembangan siswa dengan bahasa yang mudah dipahami; 4 asesmen yang dikembangkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis siswa, dan menurut guru mampu meningkatkan keingintahuan siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau proses inkuiri lebih lanjut karena didukung dengan bacaan-bacaan yang menambah wawasan; 5 penampilan asesmen menarik, fleksibel bila digunakan oleh guru lain dan mempermudah untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa.

4.2.1.8.2 Validitas Butir Soal

Menurut Arikunto 2009 sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur jika memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: 1 validitas; 2 reliabilitas; 3 tingkat kesukaran; 4 daya pembeda soal. Instrument asesmen berbasis inkuiri yang dikembangkan diujicobakan pada 1 kelas dengan jumlah siswa 34, kemudian hasilnya diolah dengan Microsoft excel. Hasil uji coba dan pengolahan data Lampiran 24 tentang validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal. Menurut Arikunto 2009 sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian pengembangan asesmen berbasis inkuiri yang dikembangkan oleh peneliti bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa dalam pembelajaran IPA tema “Cahaya dan Penglihatan”. Hasil analisis validitas butir soal Lampiran 24 dan 25 menunjukkan bahwa 35 butir soal dalam asesmen yang dikembangkan sudah valid dan dapat digunakan lebih lanjut untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa. Analisis butir soal yang kedua adalah reliabilitas. Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain Arikunto, 2009. Hasil analisis reliabilitas instrumen dengan rumus yang telah ditetapkan, menunjukkan bahwa asesmen instrumen yang dikembangkan sudah reliabel Lampiran 25. Analisis butir soal yang ketiga adalah tingkat kesukaran soal. Ditinjau dari tingkat kesukaran, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa cepat putus asa. Jadi soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar dengan 60 indeks kesukaran difficulty index atau soal dalam kriteria sedang Arikunto, 2009. Hasil analisis tingkat kesukaran soal dalam asesmen yang dikembangkan menunjukkan bahwa 11 soal kriteria sulit, 22 soal kriteria sedang, dan 17 soal kriteria mudah dari total keseluruhan 50 soal Lampiran 27. Analisis tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa 22 soal dari 50 soal merupakan soal yang baik, karena mempunyai tingkat kesukaran yang sedang. Analisis butir soal yang terakhir adalah daya pembeda soal. Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah Arikunto, 2009. Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuai kemampuan soal dalam asesmen yang dikembangkan untuk membedakan siswa yang termasuk pandai kelompok atas dan siswa yang termasuk kelompok kurang kelompok bawah. Analisis daya pembeda soal dilakukan dengan membagi 2 seluruh peserta tes dengan nilai tertinggi sampai terendah, dalam penelitian ini 17 siswa dalam kelompok atas dan 17 siswa kelompok bawah. Hasil analisis daya pembeda soal direkapitulasi dalam Tabel 4.10 dan perhitungan daya pembeda soal Lampiran 28, menunjukkan jumlah butir soal dan nomor soal dengan kriteria sangat baik 4 soal, baik 17 soal, cukup 20 soal, jelek 7 soal, dan negatif 2 soal dari total 50 soal dalam asesmen yang dikembangkan Lampiran 24 dan 28. Hasil analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal menunjukkan bahwa asesmen yang dikembangkan telah memenuhi validitas isi content validity, sedangkan hasil analisis validasi pakar meliputi pakar asesmen, materi, dan bahasa menunjukkan bahwa asesmen yang dikembangkan telah memenuhi validitas konstruksi construct validity, sehingga disimpulkan bahwa instrumen asesmen yang dikembangkan valid karena telah memenuhi content validity dan construct validity.

4.2.1.9 Revisi Asesmen ke-2