29
N = jumlah skor ideal Sudijono, 2006 Hasil persentase data akan dikonversikan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Angket Tanggapan Guru dan Siswa
Interval skor Kriteria
82 - 100 63 - 81
44 - 62 25 - 43
Sangat baik Baik
Kurang baik Tidak baik
Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, asesmen yang dikembangkan dinyatakan baik jika memperoleh skor 62.
3.5.4 Analisis Instrumen Penelitian
Analisis instrumen asesmen analisis butir soal meliputi analisis validitas butir soal, reliabilitas soal, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda soal.
3.5.4.1 Analisis Validitas Butir Soal
Analisis validitas butir soal dengan menggunakan rumus Korelasi point biserial yaitu sebagai berikut.
Keterangan:
pbis
r
= Koefisien korelasi biserial M
p
= Skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal M
t
= Skor rata-rata total p
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal S
t
= Standar deviasi skor total q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal 1-p. Arikunto, 2009
Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan harga dengan taraf signifikansi toleransi ketidakpercayaan 5. Jika lebih besar
dari harga , maka butir soal tersebut dapat dinyatakan valid.
3.5.4.2 Analisis Reliabilitas Soal
Analisis reliabilitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus:
q p
S M
M r
t t
p pbis
pbis
r
pbis
r
30
Keterangan : r
11
= Reliabilitas tes secara keseluruhan Vt
= Varians skor total M
= N
Y = rata
– rata skor total K
= Jumlah butir soal Arikunto, 2009.
Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan harga
. Jika
maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel.
3.5.4.3 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Rumus yang digunakan Arikunto, 2009 adalah:
Keterangan:
= indeks kesukaran
= banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Soal dengan indeks kesukaran P, dapat diinterpretasikan dengan kriteria dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Nilai P
Interpretasi Sukar
Sedang Mudah
3.5.4.4 Analisis Daya Pembeda Soal
Perhitungan Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk menunjukan sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan siswa yang menguasai bahan
dan siswa yang tidak menguasai bahan. Daya pembeda dihitung dengan rumus Arikunto, 2009:
Vt M
K M
K K
r 1
1
11
31
Keterangan: J
= jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.
Tolok ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria Arikunto, 2009 pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda Soal Nilai Dp
Interpretasi 0,00 ≤ Dp ≤ 0,20
jelek 0,20 Dp ≤ 0,40
cukup 0,40 Dp ≤ 0,70
baik 0,70 Dp ≤ 1,00
sangat baik Dp = negatif
semuanya tidak baik, sebaiknya soal dibuang
Soal dengan daya pembeda negatif dan jelek dalam penelitian ini tidak digunakan dalam tahap selanjutnyadibuang.
3.5.5 Analisis Deskriptif Metode Tes