Tema Cahaya dan Penglihatan Kemampuan Berpikir Logis

14 kritis, sehingga asesmen berbasis inkuiri dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar, kemampuan berpikir sistematis, logis, dan kritis yang dimiliki siswa. Penerapan inkuiri pada asesmen kognitif dapat disisipkan pada soal-soal yang membuat siswa dapat mengobservasi, merumuskan pertanyaan, membuat prediksi, merencanakan, mereview materi yang telah diketahui, menganalisis dan menginterpretasi data yang disajikan, kemudian meyimpulkan. Adapun indikator inkuiri yang dimaksudkan dalam asesmen di penelitian ini meliputi: 1 merumuskan pertanyaan; 2 mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara kritis; 3 membuat prediksi; 4 merencanakan penyelidikan atau investigasi; 5 mereview materi yang telah diketahui; 6 menganalisis dan menginterpretasi data; 7 mengkomunikasikan hasil. Adanya asesmen berbasis inkuiri, harapannya siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya yang berawal dari hanya hafalan dan pemahaman menuju mengaplikasikan, menganalisis dan menginterpretasi, mengevaluasi, dan mengkreasikan, sehingga mampu mengukur kemampuan berpikir logis.

2.4 Tema Cahaya dan Penglihatan

Kurikulum 2013 menganjurkan agar pembelajaran IPA untuk SMPMTs dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran IPA di SMPMTs pada tema cahaya dan penglihatan dipadukan dari materi IPA Fisika dan Biologi yaitu cahaya dan mata sebagai alat optik dengan Kompetensi Dasar KD 3.11 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, struktur mata pada hewan dan prinsip kerja alat optik. Selain itu juga dapat dipadukan dengan materi IPA Biologi kelas VII Semester 2 KD 3.6 mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi makanan, transformasi energi dalam sel, metabolisme sel, respirasi, sitem pencernaan makanan, dan fotosintesis. Pada tema Cahaya dan Penglihatan khususnya KD 3.6 kelas VII semester genap, hanya mengambil bagian faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis khususnya faktor cahaya dalam proses fotosintesis. Dua kompetensi dasar tersebut dipadukan menggunakan model webbed dengan tema Cahaya dan Penglihatan. Jaringan tema IPA model webbed yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 2.1. 15 Model webbed merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan suatu tema tertentu sebagai dasar pembelajaran untuk berbagai disiplin ilmu. Kelebihan model pembelajaran ini yaitu membantu siswa untuk melihat keterhubungan antar gagasan ilmu yang akan dipelajari sesuai dengan kurikulum IPA, sehingga siswa dapat memahami IPA secara holistik.

2.5 Kemampuan Berpikir Logis

Menurut Menurut Poespoprodjo 2011, berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin; mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu realitas. Logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa. Menurut Wahyudi, sebagaimana dikutip dalam Susilaningsih 2013, berpikir logis adalah proses penggunaan penalaran secara konsisten untuk mengambil sebuah kesimpulan. Kemampuan berpikir logis setiap individu atau siswa pada dasarnya tidak sama, tergantung pada perkembangan intelektualnya. Menurut Piaget seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir logis memiliki perkembangan pada tingkat operasi formal yaitu pada umur lebih dari 12 tahun. Pada tahap ini, siswa sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak, secara hipotesis dan logis Rahyubi, 2012. Menurut Purwanto 2012, kemampuan berpikir logis memerankan Gambar 2.1. Jaringan Tema Cahaya dan Penglihatan Pembentukan bayangan pada cermin dan lensa Faktor yang mempengaruhi fotosintesis Cahaya dan Penglihatan Sifat-sifat cahaya Mata sebagai alat optik dan pembentukan bayangan pada mata 16 peranan penting dalam pemahaman dan pembelajaran konsep abstrak dalam sains dan untuk memperoleh prestasi yang lebih baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Usdiyana 2009, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berpikir formal dengan prestasi belajar siswa dalam biologi, kimia, fisika dan matematika, selain itu berpikir formal yang dimiliki siswa dapat membantu memahami konsep abstrak. Menurut Tobin Capie, sebagaimana dikutip oleh Valanides 1997, mengukur kemampuan berpikir logis berdasarkan teori perkembangan mental dari Piaget untuk membedakan siswa tahap operasi konkrit, transisi dan operasi formal. Kemampuan berpikir logis dikelompokkan menjadi tida kategori, yaitu kategori pertama adalah level operasional konkret, keduaa tahap transisi, dan ketida adalah berpikir formal. Berdasarkan hasil penelitian Tobin Capie, sebagaimana dikutip oleh Valanides 1997, mengukur kemampuan berpikir logis dapat menggunakan Test of Logical Thingking TOLT, akan tetapi untuk mendapatkan keterangan tentang perkembangan kemampuan berpikir logis seorang anak tidak mutlak harus berdasarkan hasil TOLT, tetapi bisa menggunakan TOLT yang sudah dimodifikasi sesuai dengan budaya Indonesia namun tetap dangan konstruk yang sama dengan tes aslinya, atau menggunakan tes dalam bentuk lain yang disesuaikan dengan komponen indikator untuk mengukur kemampuan berpikir logis. Lima komponen yang dimaksudkan yaitu: 1 mengontrol variabel controlling variable; 2 penalaran proporsional proportional reasoning, 3 penalaran probabilistik probalistic reasoning, 4 penalaran korelasional correlational reasoning, dan 5 penalaran kombinatorik combinatorial thingking. Dalam tes yang dimodifikasi tersebut, sub tes penalaran proporsional dapat disajikan dalam bentuk serangkaian pertanyaan, diikuti dengan pilihan jawaban menarik kesimpulan logis berdasarkan penalaran logis. Berdasarkan literatur terhadap indikator berpikir logis, maka Hidayat 2013 mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir logis meliputi kemampuan; 1 menarik kesimpulan, membuat perkiraan dan interpretasi berdasarkan proporsi yang sesuai; 2 menarik kesimpulan atau membuat perkiraan dan prediksi 17 berdasarkan peluang; 3 menarik kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan korelasi antara dua variabel; 4 menetapkan kombinasi beberapa variabel; 5 analogi adalah menarik kesimpulan atau perkiraan berdasarkan keserupaan dua proses; 6 melakukan pembuktian; 7 menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus. Berdasarkan uraian seperti diatas, maka indikator kemampuan berpikir logis yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu 1 kemampuan mengontrol variabel controlling variable; 2 menarik kesimpulan berdasarkan proporsi yang sesuai proporsional reasoning; 3 menarik kesimpulan berdasarkan peluang probabilistic reasoning; 4 menarik kesimpulan atau membuat prediksi berdasarkan korelasi correlational reasoning; 5 menarik kesimpulan atau membuat prediksi berdasarkan kombinasi beberapa variabel combinatorial thingking.

2.6 Hasil Belajar